Keshalihan seorang anak berawal dari ibunya. Seorang ibu yang sholeh dan beriman kepada Allah akan mencetak anak-anak sholeh dengan iman yang kuat. Seperti kisah seorang ibu yang bernama Ummu Ibrahim Al Haasyimiyyah.
Teladan tentang kesholehan seorang ibu yang ditularkan kepada sang anak bisa kita simak dalam kisah Ummu Ibrahim. Seorang wanita yang sholeh dan sangat beriman kepada Allah. Keimanannya berhasil memotivasi sang anak, Ibrahim, untuk ikut serta beriman dan menjalankan perintah Allah.
Baca juga: Perlu Dipahami, Ternyata Begini Kedudukan Seorang Ibu
Sebuah Panggilan Berjihad untuk Warga Basrah
Umroh.com merangkum, Abdul Wahid bin Zayd Al Bashri, murid Hasan Al Basri yang tinggal di Basrah, suatu hari mengumumkan bahwa ada sebuah kota Islam yang diserang. Pemimpin kota ini kemudian mendorong warganya ikut berjuang dan melawan. Kala itu ada seorang wanita sholehah di Basrah bernama Ummu Ibrahim Al Hashimiyah. Dan ia hadir mendengar seruan Abdul Wahid bin Zayd.
Di dalam pidatonya, Abdul Wahid bin Zayd mengisahkan tentang Bidadari Surga. Siapa saja yang berjihad di jalan Allah akan dinikahkan oleh Allah dengan bidadari surga. Rupanya, Ummu Ibrahim sangat tertarik dengan penjelasan itu. Kepada Abdul Wahid, Ummu Ibrahim berkisah tentang anaknya yang bernama Ibrahim. Ia berkata, “Engkau tahu anakku Ibrahim? Engkau pun tahu betapa mulianya bila menikahkan anakku itu dengan gadis Basra. Tetapi, saya suka dengan Al Hur (Bidadari Surga) yang engkau ceritakan, dan aku ingin menikahkan anakku dengannya. Bisakah engkau menjelaskannya kepadaku sekali lagi?”. Abdul Wahid kemudian menjelaskan lebih detail tentang bidadari surga.
Ummu Ibrahim Meyakini dan Berniat Menikahkan Anaknya dengan Bidadari
Ummu Ibrahim semakin yakin dan berkata, “Saya ingin Ibrahim menikah dengan gadis itu (Bidadari Surga). Saya akan membayar 10.000 dinar sebagai mas kawinnya. Ajaklah anakku bergabung dalam tentara ini. Anakku itu mungkin akan meninggal sebagai syuhada. Semoga kelak, ia bisa mendoakanku di hari kiamat”.
Mendengar maksud Ummu Ibrahim, Abdul Wahid berkata, “Jika engkau melakukannya, itu adalah kebahagiaan yang besar untukmu dan Ibrahim”. Ummu Ibrahim kemudian memanggil sang anak di antara orang-orang yang hadir. Ibrahim menyahut, “Ya, Ibuku”.
Ibrahim Menyanggupi Maksud Hati Ibunya
Kepada anaknya, Ummu Ibrahim bertanya, “Apakah kamu senang menikahi gadis itu dengan syarat memberikan jiwamu kepada Allah?”. Ibrahim berkata, “Ya, saya sangat senang”.
Ummu Ibrahim kemudian berdoa, “Ya Allah, engkaulah saksi bahwa saya telah menikahkan Ibrahim dengan Al Hur, dengan syarat ia mengorbankan jiwanya dalam mencari ridhaMu”. Ummu Ibrahim pun pulang dan mengambil uang 10.000 Dinar. Lalu ia kembali dan memberikannya kepada Abdul Wahid.
Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda sekarang juga!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Ummu Ibrahim Merelakan Hartanya dan Anaknya
“Ini mas kawinnya. Ambil dan gunakan untuk menyediakan keperluan para mujahid yang berjuang di jalan Allah itu”, kata Ummu Ibrahim kepada Abdul Wahid. Ummu Ibrahim juga membelikan kuda yang gagah untuk anaknya, serta melengkapinya dengan senjata.
Saat para mujahid berbaris, Ibrahim keluar seraya membaca surat At Taubah ayat 111. Di Ayat tersebut, Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar”.
Ummu Ibrahim kemudian menghampiri anaknya dan berkata, “Berhati-hatilah. Semoga tidak ada kekurangan untukmu. Jika kurang, mintalah kepada Allah”. Dipeluk dan diciumnya putra kesayangannya itu, dan Ummu Ibrahim kembali berkata, “Semoga Allah tidak mempertemukan kita lagi, kecuali pada hari Kiamat di surga kelak”.
Ibrahim Terjun ke Medan Perang dan Memperoleh Syahid
Para tentara muslim kemudian menyerbu wilayah musuh dengan gagah berani. Ibrahim di barisan paling depan. Dengan semangat, ia berhasil membunuh banyak musuh. Perang yang berlangsung lama ini menguras tenaga Ibrahim. Dan saat ia kelelahan, musuh membunuhnya.
Pasukan muslim kemudian kembali ke Basrah usai berperang. Di perjalanan pulang, Abdul Wahid berpesan kepada pasukannya agar tidak memberitahu syahidnya Ibrahim kepada ibunya. “Biar saya yang mengatakan kepadanya”, ujar Abdul Wahid.
Ketika tiba di Basrah, Ummu Ibrahim menemui Abdul Wahid dan bertanya “Apakah Allah menerima hadiahku dan aku bisa berbahagia, atau hadiah itu ditolak sehingga diriku harus menangis?”. Abdul Wahid berkata, “Allah menerima hadiah darimu, dan Ibrahim meninggal sebagai syuhada”. Ummu Ibrahim langsung bersujud dan bersyukur kepada Allah. Ia berkata, “Terima kasih, Ya Allah, telah menerima hadiah dariku”.
Kabar Gembira untuk Ummu Ibrahim Al Haasyimiyyah
Keesokan harinya, Ummu Ibrahim menemui Abdul Wahid di masjid. Ia berkata, “Bergembiralah”. Abdul Wahid bertanya, “Ada kabar baik apa, Wahai Ummu Ibrahim?”
Ummu Ibrahim berujar, “Saya melihat Ibrahim semalam di dalam mimpi. Dia berada di sebuah taman yang indah dan memakai pakaian hijau. Ia duduk di singgasana yang terbuat dari mutiara, dan memakai mahkota di kepalanya. Di mimpi itu, Ibrahim berkata kepadaku, ‘Bergembiralah duhai ibuku. Saya telah menikah dengan pengantinku'”.
Baca juga: Ini yang Terjadi saat Rasulullah Menangis di Pusara sang Ibu
Kisah Ummu Ibrahim Al Haasyimiyyah dan sang anak, Ibrahim, menjadi teladan bagi kita. Mereka sangat mempercayai janji Allah, dan menjadikannya motivasi untuk mengorbankan hal-hal duniawi yang mereka sayangi.