Umroh.com – Hafshah binti Umar bin al-Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Adi bin Ka’ab bin Luay radhiallahu ‘anha adalah putri dari Umar bin Khattab. Umar bin Khaththab adalah seorang penguasa yang adil dan memiliki hati yang sangat khusyuk. Ia dilahirkan pada 18 tahun sebelum hijrah. Hafshah lahir saat orang-orang Quraisy membangun Baitullah. Ia merupakan anak sulung dari Umar bin al-Khattab.
Hafshah Memeluk Islam
Umroh.com merangkum, Hafshah tidak termasuk ke dalam golongan orang yang pertama masuk Islam, karena ketika awal-awal penyebaran Islam, ayahnya Umar bin Khaththab. masih menjadi musuh utama umat Islam hingga suatu hari Umar tertarik untuk masuk Islam. Ketika suatu waktu Umar mengetahui keislaman saudara perempuannya, Fathimah dan suaminya Said bin Zaid, dia sangat marah dan berniat menyiksa mereka. Sesampainya di rumah saudara perempuannya, Umar mendengar bacaan Al-Qur’an yang mengalun dan dalam rumah, dan memuncaklah amarahnya ketika dia memasuki rumah tersebut. Tanpa ampun dia menampar mereka hingga darah mengucur dari kening keduanya.
Baca juga: Bolehkah Wanita saat Haid Masuk dalam Masjid?
Akan tetapi, hal yang tidak terduga terjadi, hati Umar tersentuh ketika meihat darah mengucur dari dahi adiknya, kemudian diambilnyalah Al Qur’an yang ada pada mereka. Ketika selintas dia membaca awal surat Thaha, terjadilah keajaiban. Hati Umar mulai diterangi cahaya kebenaran dan keimanan. Allah telah mengabulkan doa Nabi yang mengharapkan agar Allah membuka hati salah seorang dari dua Umar kepada Islam. Yang dimaksud Rasulullah dengan dua Umar adalah Amr bin Hisyam atau lebih dikenal dengan Abu Jahl dan Umar bin Khaththab.
Setelah kejadian itu, dari rumah adiknya dia segera menuju Rasulullah dan menyatakan keislaman di hadapan beliau, Umar bin Khaththab bagaikan bintang yang mulai menerangi dunia Islam, serta mulai mengibarkan bendera jihad dan dakwah hingga beberapa tahun setelah Rasulullah wafat. Setelah menyatakan keislaman, Umar bin Khaththab segera menemui sanak keluarganya untuk mengajak mereka memeluk Islam. Seluruh anggota keluarga menerima ajakan Umar, termasuk di dalamnya Hafshah yang ketika itu baru berusia sepuluh tahun.
Rumah Tangga Hafshah Hingga Menjadi Istri Rasulullah
Hafshah bersuamikan seorang laki-laki yang bernama Khunais bin Hudzafah as-Sahmi. Keduanya memeluk Islam bersama. Kemudian Khunais hijrah ke Habasyah pada hijrah yang pertama. Saat itu, jumlah sahabat yang hijrah terdiri dari dua belas orang laki-laki dan empat orang perempuan. Mereka dipimpin oleh Utsman bin Affan yang membawa istrinya, Ruqayyah putri Rasulullah. Kemudian Khunais dan istrinya Hafshah berhijrah pula ke Madinah. Ia turut dalam pasukan Badar. Dan wafat karena luka yang ia derita di perang pertama itu.
Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!
Setelah suaminya wafat, ayahnya, Umar bin al-Khattab, iba dengan keadaannya. Ia berusaha mencarikan untuk putrinya ini seorang suami yang shaleh. Ketika Hafshah binti Umar menjanda, Umar mencarikan laki-laki terbaik di sekelilingnya untuk dijodohkan dengan anaknya. Ia berusaha menjodohkan putrinya dengan orang-orang terbaik setelah para nabi, Abu Bakar. Tapi Abu Bakar tak memberi tanggapan. Kemudian ia dekati laki-laki yang malaikat pun malu padanya. Lalu ke Utsman bin Affan, tapi Utsman juga tak merespon seperti yang Umar harapkan. Ternyata, Allah berikan laki-laki yang jauh lebih baik dari keduanya, yaitu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Berdasarkan pemaparan tim Umroh.com, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menikahi Hafshah pada bulan Sya’ban. Ada yang menyebutkan Rasulullah menikahinya pada tahun ke-3 H. Ummul Mukminin Hafshah radhiallahu ‘anha termasuk salah seorang istri nabi yang dikenal memiliki kecemburuan dibanding istri-istri yang lain. Sifat ini lumrah di kalangan perempuan. Ya, ini karakter mereka. Terlebih seorang istri yang suaminya memiliki beberapa orang istri selain dirinya. Tentu masing-masing akan bersaing untuk menjadi yang paling diperhatikan dan dicintai suaminya. Masing-masing menginginkan menjadi yang paling istimewa dibanding lainnya. Karena itu, diriwayatkan dari Aisyah radhiallahu ‘anha bahwa istri-istri nabi itu terdiri dari dua kelompok. Satu kelompok terdiri dari Aisyah, Hafshah, Shafiyah, dan Saudah. Kelompok lainnya adalah Ummu Salamah dan istri-istri yang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mentalak satu Hafshah radhiallahu ‘anha. Saat Umar mengetahui kabar ini, ia lumuri kepalanya dengan debu. Umar berkata, “Pada hari ini, Allah tak menghiraukan Umar dan putrinya.”
Dari Qays bin Yazid, ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah men-talak Hafshah binti Umar dengan talak satu. Salah seorang pamannya dan Utsman bin Mazh’un menemuinya. Hafshah menangis dan berkata, ‘Demi Allah, tidaklah beliau menceraiku karena suatu aib’. Kemudian Nabi datang dan bersabda, ‘Jibril menyampaikan kepadaku, ‘Rujuklah Hafshah. Karena dia adalah seorang wanita yang rajin berpuasa dan shalat. Dan dia adalah istrimu di surga’.”
Melancarkan rezeki Anda, yuk temukan paket umrohnya cuma di umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Kisah Rasulullah mentalak Hafshah ini juga mengandung pelajaran bahwa seorang wanita yang ditalak satu oleh suaminya, bisa dirujuk kembali. Dan sikap yang benar bagi seorang perempuan yang untuk pertama kali ditalak suaminya -suaminya shaleh dan paham agama- adalah introspeksi diri. Berdiam di rumah. Merenungkan perbaikan rumah tangganya.
Selain cemburuan, Ia sangat mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Buktinya adalah Hafshah selalu mencari ridha Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menjalankan apa yang ia inginkan, juga menjauhi apa yang beliau benci. Hafshah binti Umar tidak pernah surut dalam upaya membahagiakan dan menggembirakan beliau. Setiap saat yang ia lalui di samping Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu ia manfaatkan untuk semakin mendekat dan mendekat lagi kepada Allah. Ia mempelajari semua bentuk ketaatan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mendekatkannya kepada Allah. Seperti itulah kehidupan suami istri yang mewujudkan kebahagiaan yang selalu menyeruak di rumah mereka. Hafshah juga dikenal sangat cerdas karena ia diajarkan khusus oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, sampai ia mahir dalam kitabah (penulisan) karena diajarkan oleh Asy-Syifa’ binti ‘Abdillah.
Bahkan sepeninggal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Hafshah tetap dikenal rajin dalam ibadah termasuk juga rajin bersedekah pada fakir miskin yang membutuhkan. Ia juga sering jadi tempat bertanya para sahabat lainnya. Karya besar Hafshah bagi Islam adalah terkumpulnya Al-Qur’an di tangannya setelah mengalami penghapusan karena dialah satu-satunya istrii Nabi. yang pandai membaca dan menulis. Pada masa Rasul, Al-Qur’an terjaga di dalam dada dan dihafal oleh para sahabat untuk kemudian dituliskan pada pelepah kurma atau lembaran-lembaran yang tidak terkumpul dalam satu kitab khusus. Al-Qur’an yang telah dikumpulkan berawal dari masa Abu Bakar, lalu berpindah pada Umar. Lalu setelah bapaknya wafat, Al-Qur’an tersebut berpindah pada Hafshah.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Hafshah meninggal dunia tahun 45 Hijriyah pada khilafah Mu’awiyah. Yang menyolatkannya ketika meninggal dunia adalah Marwan bin Al-Hakam yang menjabat di Madinah ketika itu. Yang menurunkan jenazahnya dalam kubur ketika itu adalah dua saudaranya ‘Abdullah bin ‘Umar dan ‘Ashim bin ‘Umar, juga putra-putra dari Ibnu ‘Umar yaitu Salim, ‘Abdullah, dan Hamzah.