(untuk cerita sebelumnya, bisa dilihat di link berikut: https://www.umroh.com/blog/kisah-ashim-bin-tsabit-yang-jasadnya-dikerumuni-lebah-part-1/)
Rasulullah SAW. tak menaruh curiga, beliau mengabulkan permintaan mereka, dikirimlah 10 orang sahabat (Ibnu Ishaq). Diriwayat lain disebuatkan jika ada 6 sahabat yang diketuai ‘Ashim bin Tsabit.
Utusan Rasul SAW tersebut berangakat ke perkampungan Adhul dan Qarah bersama orang-orang Adhul dan Qarah tersebut. Sesuai rencana yabg telah disiapkan Sufyan bin kholid, ketika utusan Rasul saw. tersebut sampai di Raji’ (daerah sumber mata air milik suku Hudzail) tiba-tiba beberapa orang utusan dari Adhul dan Qarah tersebut melakukan pengkhianatan dengan memprovokasi kabilah Hudzail yakni bani Lihyan. Terkumpullah 100 orang dengan mengepung 6 atau 10 utusan Rasul saw. tersebut.
Mereka berkata, “Kami tidak ingin menumpahkan darah di tanah kami, kami hanya ingin membawa kalian untuk ditukar dengan harta, maka ikutilah kami, kami tidak akan membunuhmu”
‘Ashim menjawab, “Sungguh orang-orang ini telah mengkhianati kita” (pengkhianatan mereka akan dibalas oleh Rasul saw., ditema lain Insya Alloh).
‘Ashim berseru, “Janganlah kalian lemah, ghonimah berupa sahid telah menanti kita, para bidadari pun telah menunggu menyambut kita.” Karena jumlah yang tidak seimbang, ‘Ashim bin Tsabit menemui apa yang telah dijanjikan Rabbnya, syahid.
Sebelum menghembuskan nafas terakhirnya, dan ia pun telah mendengar perihal sayembara tersebut, ‘Ashim berdoa, “Yaa Allah, sampaikan berita ini kepada Rasul-Mu, Yaa Allah aku telah mengorbankan diriku di jalan agama-Mu yang benar, selamatkan diriku (kepalaku) dari tangan tangan kotor Musuh-Mu.”
Allah SWT kemudian mengabulkan doanya dengan cara mengirimkan sekelompok lebah yang mengerumuni tubuh ‘Ashim, sehingga dengan demikian musuh-musuhnya tidak bisa memenggal kepalanya. Ketika mereka hendak mendekat ke jasad Ashim, sekelompok lebah tersebut menyerangnya.
Hingga mereka berharap akan bisa memenggal kepala ‘Ashim di malam hari atau esuk hari, tapi dimalamnya ternyata Allah SWT menurunkan hujan yang sangat lebat yang menimbulkan banjir, sehingga jasad Ashim terbawa arus banjir tersebut, hingga mereka tidak dapat menemukan jasad Ashim.
Allahu Akbar!! Maha suci Allah inilah cara-Nya menjaga hamba hamba-Nya yang bertaqwa, yang memperjuangkan agama-Nya, menjaga kesuciannya dari tangan-tangan keji musuh-musuh Allah. Namun Rasul saw. amat sedih atas peristiwa Raji’ ini.
Tatkala Umar bin Khattab ra. mendengar kejadian ini, beliau berkata:
“Allah Menjaga hamba-Nya yang mukmin setelah meninggalnya sebagaimana Dia menjagaNya sewaktu masih hidup”.( Mubarokfuri)
Setiap zaman selalu ada saja hamba-hamba Allah yang bersikap ikhlas, mau menetapi jalan hidupnya agar senantiasa dijalan Allah, siang-malam tak kenal lelah untuk selalu memperjuangkan syariah-Nya tiada takut dan gentar dan tak akan mundur setapak pun, terhadap cacian orang-orang yang mencaci. Hidupnya ia belanjakan untuk meraih janji Allah. Allohu akbar.
Namun ada juga orang-orang yang malah dengan gampanya mencaci mencibir, menghalangi risalah ini, melakukan pengkhianatan bersama orang-orang lalim. Jangan mengira, jangan mengira upaya mereka akan menemui hasil, mereka akan berhadapan dengan pemilik kehidupan ini.
Akhirnya, di barisan mana kita berada?