Kelahiran peradaban modern tak lepas dari peran Ibnu Tufail. Nama lengkapnya Abu Bakar Muhammad bin Abdul Malik bin Muhammad bin Ibnu Thufail Al-Qaysi. Karya-karya filsuf sekaligus dokter itu memberikan sumbangan besar bagi perkembangan peradaban manusia hingga kini. Terutama di bidang filsafat, sastra, kedokteran, dan psikologi.
Di bidang sastra dan filsafat, beliau sangat dikenal lewat karyanya yang berjudul Hayy ibn Yaqdhan. Novel filosofis yang juga dikenal oleh dunia barat dengan judul Philosophus Autodidactus.
Mengenal Sosok Ibnu Tufail
Ibnu Tufail adalah keturunan suku Arab Kays. Suku yang terkemuka, sehingga dirinya mendapat kemudahan untuk mengakses fasilitas belajar. Beliau juga sering disebut Al Andalusi atau Al Kurtubi Al Isybili. Orang-orang Eropa biasa memanggilnya Abubacer.
Baca juga: Bisa Jadi Solusi, Ini Jaminan Kesehatan Menurut Islam
Beliau dikenal sebagai seseorang yang memiliki semangat besar untuk menuntut ilmu. Semangat itu menuntunnya menjadi ilmuwan muslim penguasa berbagai bidang ilmu, seperti filsafat, kedokteran, matematika, astronomi, dan psikologi.
Novel Filosofis Karya Ibnu Tufail
Umroh.com merangkum, novel Hayy ibn Yaqdhan karya beliau coba menghidupkan pendapat dari Mu’tazilah. Penjelasan bahwa akal manusia sangat kuat, sehingga mampu mengetahui masalah-masalah seputar keagamaan seperti keberadaan Tuhan.
Di dalam novel, beliau juga menjelaskan kewajiban manusia dalam bersyukur kepada Tuhan, berbuat baik, dan menghindari perbuatan buruk. Untuk membantu manusia mencapainya, manusia menerima wahyu guna memperkuat akal. Dengan wahyu tersebut, manusia dapat menerima petunjuk dan ilmu dari Tuhan di mana pun ia berada.
Kisah yang disajikan dalam novel memberikan solusi terhadap masalah yang muncul akibat pertentangan antara filsafat dan agama, atau akal dan iman. Sang tokoh utama, Hayy, dilukiskan akhirnya menyadari bahwa kebenaran memiliki dua wajah, dan ada banyak cara untuk mencapai kebenaran. Tak heran novel karyanya ini menjadi karya yang sangat bersinar kala itu.
Philosophus Autodidactus yang ditulis Ibnu Tufail dikategorikan sebagai sebuah karya besar pada masanya. Dianggap sebagai respon terhadap filosofi Al Ghazali yang berjudul The Incoherence of The Philosophers yang dianggap tidak logis. Philosophus Autodidactus juga mendapat respon dari Ibnu An Nafis di abad 13 melalui tulisan Al Risalah Al Kamiliyyah fil Sira Al Nabawiyah, atau yang dikenal di Barat dengan judul Theologus Autodidactus.
Berperan Memajukan Ilmu Kedokteran
Bukan tanpa alasan jika kedokteran Spanyol Islam dikenal sebagai pusat bedah dan anestesi. Bidang kedokteran dunia berkembang lewat ilmuwan dari Spanyol Islam. Beliau juga disebut mempelajari ilmu kedokteran di Granada, Seville, dan Cordova.
Ibnu Tufail, yang dikenal sebagai dokter asal Andalusia ini, merupakan ilmuwan pertama yang memberi dukungan terhadap pembedahan dan otopsi. Dukungannya terhadap tindakan medis ini turut dituangkan ke dalam novelnya.
Beliau juga disebut membuat buku tentang kedokteran. Buku itu ditulis oleh dua orang muridnya, dan dipersembahkan kepada dirinya. Mereka adalah Al Bithruji yang menulis kitab Al Hai’ah, dan Ibnu Rushid yang menulis Fi Al-Buqa’ Al Maskunah sa Al Ghair Al Maskunah.
Selain itu, beliau juga menulis dua naskah tentang studi kedokteran, yaitu Al Kulliyat. Karya tulis ini memiliki banyak hubungan dengan tulisan Ibnu Rushid di bidang medis.
Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda di sini!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Sumbangan Ibnu Tufail di Bidang Psikologi
Besarnya sumbangan dirinya di bidang ilmu Psikologi tampak dari argument dia tentang tabula rasa, yang secara epistemologi dipahami bahwa manusia lahir tanpa isi mental bawaan. Semua pengetahuan dan perasaan manusia diperoleh secara bertahap, sedikit demi sedikit, dari pengalaman dan persepsi alat indera terhadap dunia luar.
Berperan di Pemerintahan
Ibnu Tufail pernah mengambil peran di pemerintahan. Profesinya sebagai dokter, dan karakternya yang ulet membuat dia dipercaya mengemban amanah di pemerintahan.
Pada tahun 1154 (594 H), beliau menjadi sekretaris dari gubernur Ceuta dan Tangier. Keduanya merupakan putra Abdul Mu’min, pendiri dinasti Al Muwahhidun (Almohad). Dinasti ini menguasai hampir seluruh Afrika Utara dan wilayah kekuasaannya meluas hingga Andalusia, Spanyol. Di tahun 1163-1184 (558-580 H), dirinya ditunjuk sebagai dokter oleh pemimpin Al Muwahhidun, Sultan Abu Ya’kub Yusuf.
Selain dokter pribadi, Ibnu Tufail juga berperan sebagai penasihat. Dan dia sempat menjabat sebagai menteri kesehatan. Al Bithruji, salah satu muridnya, menyebutkan bahwa gurunya merupakan hakim atau qadhi yang bijak. Beliau juga berperan merekrut sarjana-sarjana ke istana. Di sini dia memperkenalkan muridnya yang bernama Ibnu Rushid.
Sebelum Ibnu Tufail tutup usia, perannya sebagai dokter pribadi sultan digantikan oleh Ibnu Rushid. Salah satu murid kesayangannya. Pemikiran Ibnu Tufail banyak mempengaruhi Ibnu Rushid, dokter yang oleh dunia barat disebut Averroes. Ketika Ibnu Tufail wafat, Khalifah Abu yusuf turut hadir di pemakamannya untuk memberi penghormatan terakhir.
Baca juga: Inilah Sosok Frederick Akbar Mahomed, Dokter Muslim Teladan
Walaupun telah tiada, nama Ibnu Tufail tetap harum. Nama besarnya diabadikan sebagai nama sebuah perguruan tinggi di Kenitra, Maroko. Dari universitas ini banyak lahir intelektual serta cendekiawan.