– Makan dari pinggirnya, tidak mengambil mulai dari tengah (atas) makanan.
Mengapa kita harus mengambilnya dari pinggir dan bukan tengah/atas saat makan? Karena keberkahan makanan itu diturunkan dari tengahnya.
Jika suatu makanan ditaruh dalam suatu wadah tertentu, maka satu hal yang wajib kita terapkan adalah mengambil makanan tersebut mulai dari pinggirnya, tidak mengambil makanan tersebut dari tengah-tengah.
Jika kita melihat fenomena yang ada di tengah masyarakat sekarang dalam perihal makan, mungkin tidak jarang kita mendapati bahwa banyak orang yang ketika makan tidak mengambilnya dari bagian pinggir, akan tetapi langsung mengambilnya dari bagian tengah atau atas.
Tentulah harus bisa terus kita ingat dan perhatikan, agar ke depannya ketika makan kita selalu terbiasa untuk mengambil makanan mulai dari pinggirnya. Semoga saja kita semua bisa menerapkan hal ini dalam makan.
كُلُوا مِنْ جَوَانِبِهَا وَدَعُوا ذُرْوَتَهَا يُبَارَكْ فِيهَا
“Makanlah dari tepinya dan tinggalkan (jangan dimakan dulu) bagian atasnya niscaya akan diberkahi padanya”
(H.R anNasaai, Ibnu Majah, dinyatakan sanadnya shahih oleh al-Hafidz Ibnu Hajar dan dishahihkan al-Albany)
– Tidak berlebih-lebihan dalam makan.
Ingatlah bahwa segala sesuatu yang berlebih-lebihan itu tidak ada yang baik. Tak terkecuali juga dalam hal makan. Kita memang dilarang untuk berlebih-lebihan dalam makan. Bahkan kita sering juga mendengar ungkapan yang menyebut “Makanlah setelah lapar dan berhentilah sebelum kenyang”.
Ungkapan itu menjadi gambaran bagi kita bahwa jangan berlebih-lebihan dalam makan. Bahkan apabila saat makan kita melihat ada porsi yang banyak dan kita tidak tahu sampai batas mana kita akan kenyang, lebih baik mengambil sedikit dahulu dan apabila merasa kurang bisa menambah, daripada langsung mengambil banyak tapi rupanya tidak habis sehingga banyak yang terbuang.
وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ
“Makan dan minumlah, namun jangan berlebihan. Sesungguhnya Dia (Allah) tidak menyukai orang-orang yang berlebihan”
(Q.S al-A’raaf:31)
مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ
“Tidaklah ada suatu tempat yang lebih buruk untuk dipenuhkan (isinya) oleh anak Adam selain perut. Cukuplah bagi anak Adam makanan (sekedar) untuk menegakkan tulang sulbinya. Jika lebih dari itu paling tidak sepertiga untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga untuk bernafas”
(H.R atTirmidzi, Ibnu Majah, dishahihkan al-Hakim dan disepakati keshahihannya oleh adz-Dzahaby dan al-Albany)