1
Motivasi Muslim Lifestyle Tips

Agar Dakwah Dan Keluarga Tetap Seimbang (Part 1)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Banyak alasan ketika tidak ada kemauan untuk melakukan sesuatu, termasuk dakwah. Ada orang yang ketika diajak untuk mendakwahkan Syariah Islam yang kaffah, namun mereka menolak secara halus dengan menyatakan dakwahkan dahulu untuk diri masing-masing dan keluarga kita, kemudian untuk orang lain.

Bahkan ia menyampaikan ayat :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. Al-Tahrîm [66]: 6)

Berikut ini penjelasan Ustadz Irfan Abu Naveed al-Atsari Penulis buku kajian tafsir & balaghah “Menggugah Nafsiyyah Dakwah Berjama’ah”.

PERTAMA, Ayat yang agung ini bukan dalil untuk menolak ajakan dakwah Islam dari orang lain, terlebih tidak benar jika ia dijadikan dalil untuk tidak berdakwah di tengah-tengah masyarakat. Allah Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS. Al-Tahrîm [66]: 6)

Al-Hâfizh Ibn al-Jauzi (w. 597 H) ketika menafsirkan kalimat ayat (قوا أنفسكم وأهليكم ناراً) menjelaskan bahwa yang dimaksud menjaga diri (wiqâyat al-nafs) adalah dengan melaksanakan perintah-perintah dan meninggalkan larangan-larangan (sesuai tuntunan syari’at Islam), adapun menjaga keluarga (wiqâyat al-ahl), dimana di antara tanggung jawab utama orang tua adalah mendidik anak-anaknya; yakni dengan memerintahkan mereka kepada keta’atan dan melarang mereka dari kemaksiatan.[1]

Sampai di sini, kita tidak menemukan alasan untuk mengabaikan upaya mendakwahi masyarakat luas, terlebih bertolak belakang dengan apa yang diamalkan oleh generasi terbaik umat ini. Prinsip yang dicontohkan oleh sebaik-baiknya teladan, al-Mushthafa Muhammad Rasulullah ﷺ adalah:

webinar umroh.com

Beliau ﷺ mendakwahi keluarganya, disamping mendakwahi masyarakat luas, hingga kita saksikan ada dari keluarga beliau ﷺ sendiri, dari Bani Hasyim, Suku Quraisyi yang menolak dakwah dan memilih memusuhi beliau ﷺ dan kutlah dakwahnya, lantas apakah hal itu menjadikan beliau ﷺ tidak mendakwahi masyarakat? Begitu pula keteladanan salafuna al-shalih dari jajaran sahabat yang berhadap-hadapan dengan keluarganya yang memusuhi dakwah Islam. Kalau sekiranya pemahaman ”fokus mendakwahkan keluarga dahulu (abai mendakwahi masyarakat)” dibenarkan, niscaya Islam takkan sampai ke bumi Nusantara, tapi bi fadhliLlahi Ta’ala, Allah memberikan taufik-Nya, beliau ﷺ dan para sahabat.

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu teladan yang baik bagimu, (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan ia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzâb [33]: 21)

KEDUA, Benar dakwahi dahulu diri sendiri dan keluarga, namun jangan lupakan masyarakat, karena dakwah kepada semua kalangan bisa dilakukan beriringan, keberhasilan mendakwahi keluarga bukan syarat penentu dakwah di masyarakat, maka mendakwahi keluarga tidak boleh dijadikan alasan untuk tidak mendakwahi masyarakat. Seiring sejalan kita memperbaiki diri, kita pun wajib memperbaiki keluarga dan masyarakat secara bersamaan, tetap diupayakan. Terlebih keluarga adalah bagian dari masyarakat itu sendiri, rusaknya masyarakat (perhatikan definisi masyarakat) bisa berdampak pada keluarga dan individu pula.

(bersambung ke part 2)