Nabi Muhammad adalah sosok yang menyenangkan dan sesekali suka bercanda dengan para Sahabat. Misalnya ketika Rasul bercanda dengan seorang nenek yang bertanya tentang kehadiran nenek di surga, atau ketika Rasulullah bercanda tentang kurma dengan sahabat Ali.
Walaupun tidak melakukannya sepanjang waktu, bercanda ala Rasulullah ini bisa kita tiru untuk mencairkan suasana. Namun ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar tidak berlebihan. Ketika bercanda, inilah yang biasanya dilakukan oleh Rasulullah.
Tidak Menyimpang dari Masalah Iman
Canda atau gurauan seharusnya tidak menyimpang dari masalah iman. Canda tidak seharusnya mengolok-olok kaidah-kaidah dalam Islam atau menjadikan pedoman dalam keimanan sebagai bahan candaan. Aturan yang telah ditetapkan oleh Allah untuk hambaNya adalah sesuatu yang harus dipenuhi, dan bukan jadikan sebagai candaan.
Tidak Menyakiti Perasaan Orang Lain
Tujuan dari bercanda adalah menghasilkan tawa. Namun jika canda yang kita lontarkan sampai menyakiti hati orang lain, tentunya bukan lagi tawa yang akan ditimbulkannya, melainkan rasa dendam atau sakit hati.
Ketika bercanda, usahakan untuk tidak meremehkan orang lain, mengejek, menyebut dengan panggilan-panggilan yang menyakitkan hati, dan sebagainya. Olah dahulu candaan yang ingin kita lontarkan, agar tidak menyakiti orang lain.
Berkata Sesuatu yang Tidak Benar atau Dusta
Seberapa pentingnya tawa, hingga kita harus berdusta untuk menghasilkannya? Ketika kita bercanda atau bergurau, seharusnya kita tidak menghadirkan kebohongan atau kepalsuan agar orang lain tertawa. Bahkan jika ada orang yang sengaja membuat orang lain tertawa dengan kebohongan, Rasulullah sampai memperingatkannya. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud dan Imam At Tirmidzi, Rasulullah bersabda, “Celakalah berbicara lantas berdusta untuk membuat suatu kaum tertawa. Celakalah dia. Celakalah dia”.
Tidak Menumbuhkan Rasa Takut
Lelucon yang kita lontarkan juga seharusnya tidak menimbulkan rasa takut di hati orang-orang yang mendengarnya. Rasa takut itu bisa berasal dari dusta atau intimidasi kepada suatu pihak. Karena itu, pilihlah benar-benar bahan candaan yang dilontarkan, agar tidak membuat pihak-pihak lain merasa takut atau terintimidasi.
Bisa Menempatkan Waktu dan Kondisi
Tentunya, bercanda tidak boleh dilakukan di acara yang serius atau formal, apalagi ketika acara tersebut merupakan acara duka, di mana banyak orang yang menangis dan bersedih. Lihatlah situasi dan kondisi ketika kita ingin bercanda.
Harus Memperhatikan Etika dan Sopan Santun
Ada etika dan sopan santun yang harus diperhatikan ketika berkomunikasi dengan orang lain, terlebih ketika bercanda. Sebagai orang Indonesia, yang menganut budaya timur dengan tata kramanya, kita harus memperhatikan etika dan sopan santun ketika sedang bercanda. Jangan sampai canda yang dilakukan melanggar norma. Seperti tidak menghormati orang yang lebih tua, menggunakan kata-kata yang kasar, dan menghina suku agama dan ras tertentu.