1
Muslim Lifestyle

Agar Tidak Salah, Perhatikan Batas Waktu Aqiqah Ini

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Kelahiran seorang bayi menjadi kegembiraan tersendiri bagi orang tua dan keluarga besar. Mengiringi lahirnya seorang bayi, Allah memerintahkan orang tua untuk melaksanakan aqiqah. Batas waktu aqiqah pun telah ditentukan.

Pengertian Aqiqah

Aqiqah artinya menyembelih hewan pada hari ketujuh kelahiran bayi, dan diiringi dengan mencukur rambut bayi. Rasulullah bersabda, “Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya” (HR.Bukhari).

Baca juga: Pelajari Hukum Aqiqah dalam Islam di Sini!

Pelaksanaan aqiqah untuk bayi perempuan adalah dengan menyembelih seekor kambing. Sementara bayi laki-laki sebanyak dua ekor kambing. Ada juga pendapat lain, menyembelih seekor kambing dalam rangka aqiqah bayi laki-laki dibolehkan.

Tujuan Aqiqah

Semua hal yang diperintahkan Allah tentu ada hikmahnya. Termasuk aqiqah. Perintah aqiqah mengandung tujuan dan hikmah yang akan dirasakan oleh umat Islam dan manusia pada umumnya.

Tujuan utama aqiqah adalah melaksanakan sunnah dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Selain itu, aqiqah menjadi tebusan sang anak bagi orang tuanya. Sehingga kelak anak bisa memberi syafaat bagi kedua orang tuanya.

Hanya di Umroh.com, Anda akan mendapatkan tabungan umroh hingga jutaan rupiah! Yuk download aplikasinya sekarang juga!

Aqiqah juga dilaksanakan dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah, dan meraih ridho Allah. Aqiqah menjadi wujud syukur dari orang tua, sebab Allah telah menganugerahkan anak kepada mereka. Kemudian, aqiqah juga menjadi syiar Islam untuk menampakkan kegembiraan atas kelahiran keturunan dari kaum mukmin.

Daging hewan untuk aqiqah yang dibagikan juga bisa mempererat persaudaraan di dalam masyarakat. Selain itu, aqiqah juga menjadi cara untuk mengurangi beban dari masyarakat yang kurang mampu. Dengan daging aqiqah yang dibagikan, semakin banyak orang-orang yang bisa merasakan kegembiraan dengan mengkonsumsi daging.

webinar umroh.com

Hukum Aqiqah

Umroh.com merangkum, hukum Aqiqah adalah Sunnah Muakkad. Sunnah yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan. Anjuran melaksanakan aqiqah menjadi tanggungan bagi sang ayah, yang menanggung nafkah si bayi. Anjuran untuk melaksanakan aqiqah dikenakan pada ayah jika dalam keadaan berkecukupan.

Menurut para ulama, jika sampai batas waktu aqiqah orang tua masih dalam keadaan tidak mampu, maka ia tidak diperintahkan untuk melaksanakan aqiqah. Para ulama menyandarkan kesimpulan itu dari firman Allah, “Bertakwalah kepada Allah semampu kalian” (QS.At Taghobun: 16).

Sunnah Waktu Pelaksanaan Aqiqah

Aqiqah sunnah dilaksanakan di hari ketujuh setelah kelahiran bayi. Rasulullah bersabda, “Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya, disembelihkan untuknya pada hari ketujuh, digundul rambutnya dan diberi nama.” (HR.Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad).

Aqiqah di hari ketujuh dihitung dari siang hari pada kelahiran bayi. Jika bayi dilahirkan di malam hari, maka malam tersebut tidak masuk dalam hitungan satu hari. Penghitungan akan dilanjutkan di hari berikutnya. Jika bayi dilahirkan di pagi hari, maka di hari ia dilahirkan sudah masuk hitungan hari pertama.

Menurut para ulama, hikmah dari disunnahkannya melaksanakan aqiqah di hari ketujuh adalah untuk meringankan keluarga bayi. Jika aqiqah disunnahkan untuk dilaksanakan di hari-hari awal (misal hari pertama), tentu saja keluarga bayi akan kesulitan karena masih disibukkan dengan kehadiran bayi yang baru lahir. Sementara mencari kambing untuk disembelih juga memerlukan usaha yang lebih. Disyariatkannya aqiqah pada hari ketujuh dirasa cukup memudahkan keluarga bayi dalam pelaksanaannya.

Tak hanya menjadi tamu Allah, umroh juga melancarkan rezeki Anda. Yuk temukan paketnya cuma di Umroh.com!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]

Jika Keluarga Melaksanakan Aqiqah Sebelum Hari Ketujuh

Pelaksanaan aqiqah bisa saja menemui kendala, sehingga keluarga bayi memutuskan untuk melaksanakan aqiqah sebelum hari ketujuh. Dengan berbagai alasan, aqiqah diusulkan untuk dilaksanakan sebelum bayi dilahirkan, atau sebelum mencapai hari ketujuh.

Penyembelihan aqiqah sebelum bayi dilahirkan termasuk sembelihan biasa menurut ulama Syafi’iyah dan Hambali. Dengan demikian, menyembelih aqiqah sebelum bayi dilahirkan dianggap tidak sah. Sementara itu, ulama Hanafiyah dan Malikiyah menganggap bahwa waktu penyembeliha aqiqah adalah di hari ketujuh, sehingga melaksanakan aqiqah sebelum mencapai batas itu tidak diperbolehkan.

Batas Waktu Aqiqah

Mengenai batas waktu aqiqah, ulama Malikiyah berpendapat bahwa batasnya tujuh hari. Sehingga setelah hari ketujuh aqiqah sudah gugur. Sementara itu, ulama Syafi’iyah menjelaskan bolehnya aqiqah sebelum anak mencapai usia baligh. Dalam hal ini, aqiqah masih menjadi kewajiban sang ayah.

Lain dengan pendapat ulama madzhab Hambali. Jika di hari ketujuh aqiqah tidak dilaksanakan, maka sunnah untuk melaksanakannya di hari ke-14. Jika tidak lagi sempat untuk melaksanakannya di hari ke-14, maka aqiqah disunnahkan untuk dilaksanakan di hari ke-21.

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!

Sementara menurut ulama Syafi’iyah, mengakhirkan pelaksanakan aqiqah dibolehkan. Namun, kita tetap dianjurkan untuk tidak mengakhirkannya hingga usia anak mencapai baligh. Ketika anak telah baligh, maka aqiqah dianggap gugur. Anak yang sudah baligh itu boleh memilih untuk melaksanakan aqiqah untuk dirinya sendiri.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.