Tidak dapat dipungkiri, dizaman now saat ini..peran seorang ibu mengalami pergeseran. Bagaimana tidak? Peran seorang ibu yang sebenarnya merupakan peran yang mulia. Dimana, ibu adalah sosok yg bertanggung jawab dalam mengurus rumah, mengasuh, dan mendidik anak. Tetapi karena pengaruh sistem kapitalisme sekuler, dimana pekerjaan sulit dicari oleh para ayah ditambah lagi kondisi carut marut perekonomian, membuat para ibu harus ikut bekerja menopang ekonomi keluarga. Sehingga para ibu akhirnya sibuk bekerja mencari nafkah sehingga akhirnya teralihkan dari tanggung jawab mendidik anak.
Kalaupun ada para ibu yang dirumah, kadang-kadang kebingungan seperti apa mendidik anak. Kadang ada celutukan, “yang penting anak dikasih makan, minum..pasti dia besar sendiri”. Walhasil, anak akhirnya tumbuh dengan seadanya.
Anak adalah buah hati orang tua. Banyak harapan orang tua yang digantungkan kepada anak dan banyak doa yang dipanjatkan. Diantara doa orangtua terhadap anak adalah ingin anaknya menjadi anak yang soleh dan solehah. Persoalannya, bagaimana mendidiknya agar menjadi soleh dan solehah? Siapa yang berperan dalam pendidikan anak di dalam islam?
Pendidikan merupakan tanggung jawab orangtua. Seorang ibu adalah sosok yang dibawah telapak kakinya ada syurga. Namun telapak kaki ibu bukanlah sembarang telapak kaki, tidak dinilai karena kemulusannya atau karena keindahan kakinya, tapi dinilai dari amal sholehnya mempertanggungjawabkan semua amanah rumah tangga yang dipikulnya, yakni sebagai ummu wa robbatul bait.
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ جَاهِمَةَ السَّلَمِيِّ أَنَّ جَاهِمَةَ جَاءَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَدْتُ أَنْ أَغْزُوَ، وَقَدْ جِئْتُ أَسْتَشِيْرُكَ. فَقَالَ: هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَالْزَمْهَا، فَإِنَّ الْجَنَّةَ تَحْتَ رِجْلَيْهَا
Dari Mu’wiyah bin Jahimah as-Salami bahwasanya Jahimah pernah datang menemui Nabi saw lalu berkata: Wahai Rasulullah, aku ingin pergi jihad, dan sungguh aku datang kepadamu untuk meminta pendapatmu. Beliau berkata: “Apakah engkau masih mempunyai ibu?” Ia menjawab: Ya, masih. Beliau bersabda: “Hendaklah engkau tetap berbakti kepadanya, karena sesungguhnya surga itu di bawah kedua kakinya.”
(H.R.An-Nasai)
Demikianlah untaian hadits yang mengungkapkan indahnya hubungan surga dengan ibu. Ungkapan berupa kiasan yang menunjukkan, betapa ibu bisa meretas jalan, langkah demi langkah menuju surga ketika dia memerankan fungsinya sesuai yg diperintahkan Islam.
Ummu warobbatul bait adalah posisi agung bagi perempuan, dimana setiap injakan kakinya mengurusi urusan rumah tangga adalah berbuah pahala, menyuapi makan, memandikan, mengasuhnya, memberikan kasih sayang, mengajarkan anak kepada tauhid, mengajarkan shalat, mengantarnya dan menjemputnya untuk menuntut ilmu dan usaha untuk mendidiknya adalah limpahan kebaikan yang berbuah surga.
“ Apakah kamu tidak rela salah seorang diantara kamu wahai wanita bahwasanya apabila: Dia hamil dari suaminya sedangkan suami ridla padanya, dia memperoleh pahala seperti pahala orang yang berpuasa yang aktif berjihad di jalan Allah. Apabila dia merasa sakit (akan melahirkan), maka penduduk langit dan bumi belum pernah melihat pahala yang disediakan kepadanya dari pandangan mata (sangat menyenangkan). Maka ketika dia melahirkan, tiadalah keluar seteguk susu dan anaknya menyusui seteguk melainkan setiap tegukan susu itu berpahala satu kebaikan. Dan jika dia tidak tidur semalam maka dia mendapatkan pahala seperti pahala memerdekakan tujuh puluh budak di jalan Allah dengan ikhlas.”
(HR. Al Hasan bin Sufyan, Thabrani dan Ibnu Asakir)
Demikianlah, betapa mulianya seorang ibu. Namun, seorang ibu juga harus bekerjasama dengan ayah. Seorang ayah berkewajiban mencari nafkah yang halal bagi keluarganya, saling bekerjasama dalam mendidik anak bersama ibu.
Disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Al-Imam Al-Bukhari dan Al-Imam Muslim, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Setiap di antara kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban”
Anak adalah ladang pahala kita, dengan mendidiknya menjadi anak yang soleh, maka akan menjadi ladang pahala untuk kita, yang kelak akan kita panen hasilnya nanti dihari akhir. Dan kita akan dimintai pertanggungjawaban dalam mengasuh dan mendidik anak. Siapkah kita untuk beramal diladang ini?
Selain peran orangtua, didalam Islam peran pendidikan anak juga dipikul oleh masyarakat dan negara. Dimana, negara berkewajiban menopang sistem pendidikan yang menyiapkan seorang anak untuk taqwa kepada Allah. Negara berkewajiban menyelenggarakan pendidikan dengan berasas aqidah islam, agama dijadikan pijakan kurikulum, bukan sekedar teori belaka. Selain itu negara juga membangun sarana dan prasarana pendidikan yang bisa diakses setiap orang, sehingga tidak seorangpun masyarakat yang ditimpa kebodohan. Dan negara seperti ini, hanya negara yang mempunyai visi dan misi sebagai institusi penerap dan penegak hukum-hukum Allah dalam kehidupan.
Wallahu a’lam