(untuk bagian sebelumnya, dapat dilihat di link berikut: https://www.umroh.com/blog/antara-islam-indonesia-part-1/)
Dengan pemahaman yang baik tentang definisi Islam dan Indonesia, maka kita akan dengan mudah memberikan jawaban yang obyektif tentang pertanyaan ini.
Untuk menjawab dengan obyektif, pertanyaan tersebut akan sedikit dimodifikasi terlebih dahulu: “Kita lahir di Indonesia itu kebetulan (takdir) atau pilihan? Dan kita memeluk Islam itu kebetulan atau pilihan?”.
Pertanyaan pertama: “Kita lahir di Indonesia itu kebetulan (takdir) atau pilihan?” Jawaban dari pertanyaan ini sangat jelas, bahwa kita lahir di Indonesia adalah takdir (kebetulan), bukan suatu pilihan. Bagi orang yang mengidolakan barat, seandainya disuruh milih, pasti dia ingin dilahirkan di Amerika atau Inggris dan diberi nama Michael atau George, namun apa daya, ia lahir di Indonesia dan diberi nama Siti Musdah atau Paijo, dan lain-lain. Jadi, kita lahir di Indonesia dan menjadi bagian dari bangsa Indonesia adalah suatu yang kebetulan atau takdir, bukan suatu pilihan.
Sementara untuk tinggal di Indonesia atau selain Indonesia, ini memang pilihan. Bisa saja kita lahir di Indonesia, namun kita kemudian pindah ke Amerika, Inggris, Irak, Mesir atau yang lain. Meski demikian kita tetap dianggap memiliki kewarga-negaraan Indonesia.
Pertanyaan kedua: “Kita memeluk Islam itu kebetulan atau pilihan?”. Saya tidak tahu pendapat orang lain, namun bagi saya sangat jelas, meskipun saya ditakdirkan lahir di keluarga Muslim (dan saya sangat bersyukur atas hal itu), namun Islam itu adalah pilihan saya. Kalau saya mau, saya bisa memilih agama apapun selain Islam. Namun, menurut saya, Islam adalah agama yang diridloi Allah, yang akan mengantarkan orang yang konsisten di dalamnya untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Saya dulu dan sekarang memilih Islam dan semoga ke depan Allah membuat hati saya tetap istiqomah di dalam Islam. Jadi, Islam itu bukan kebetulan, tetapi pilihan.
Dengan demikian, lahir di Indonesia itu “kebetulan”, tinggal di Indonesia itu “pilihan”, dan beragama Islam itu juga “pilihan”.
Karena itu jika ditanyakan: “Kita ini sebetulnya orang Islam yang kebetulan lahir di Indonesia, ataukah orang Indonesia yang kebetulan beragama Islam?”, maka kita dapat memberikan jawaban yang obyektif, yaitu “Kita ini sebetulnya orang Islam yang kebetulan lahir di Indonesia”, bukan “orang Indonesia yang kebetulan beragama Islam”.
Namun jika pertanyaannya diubah sedikit: “Kita ini sebetulnya orang Islam yang kebetulan hidup (tinggal) di Indonesia, ataukah orang yang hidup (tinggal) di Indonesia yang kebetulan beragama Islam?”. Maka pertanyaan ini, tidak ada jawabannya. Sebab “hidup di Indonesia” dan “beragama Islam”, itu sama-sama pilihan, sama-sama bukan kebetulan. Ini salah pertanyaan. Wah, saat masih sekolah, kalau dapat soal seperti ini, pasti para siswa senang sekali, karena dapat soal bonus.
*****
Kita beragama Islam itu pilihan. Karena Islam itu pilihan, maka saat kita memutuskan ber-Islam, maka kita harus konsekuen dengan Islam yang jadi pilihan kita, termasuk konsekuensi pelaksanaan syariah Islam, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat atau negara.
Dan, ternyata Islam itu memang indah dan sangat komprehensif. Islam mengatur manusia dalam semua aspek kehidupannya, agar manusia hidup dalam kebahagiaan. Islam tidak pernah mengekang manusia, tetapi Islam mengatur manusia agar pemenuhan semua kebutuhan dan nalurinya berjalan dengan baik dan memuaskan semua pihak.
Hal ini sangat wajar, karena Islam berasal dari pencipta alam semesta dan seluruh isinya, termasuk manusia, yaitu Allah SWT. Ini berbeda dengan agama dan ideologi lain yang merupakan produk akal manusia yang serba terbatas. Aturannya tidak komprehensif, kontradiktif dan bertentangan satu dengan yang lain.
Karena itu, Islam memang diturunkan Allah SWT sebagai rahmat bagi seluru alam, termasuk bagi bangsa Indonesai, dan tentu saja kepada bangsa-bangsa lain yang ada di dunia ini. Allah berfirman:
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan agar menjadi rahmat bagi alam semesta” (QS. Al Anbiya’ 107).
Pertanyaan lain yang masih berkaitan dengan pertanyaan ini: Apakah Islam bertentangan dengan adat dan budaya masyarakat, termasuk bangsa Indonesia? Jawabnya adalah sebagai berikut: Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam memiliki hukum-hukum yang komprehensif yang mengatur seluruh aspek kehidupa. Dalam Islam, aturan itu diklasifikasi menjadi 5 (ahkam al khomsah), yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram.
(bersambung ke part 3)