Setiap waktu ada amalan shalih yang Allah syariatkan demi kebaikan para hambanya, di antaranya adalah puasa 6 hari di bulan syawal.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh” [HR. Muslim]
Berdasarkan hadits tersebut maka mayoritas para ulama seperti Ibnu Abbas, Thawush, asy-Sya’bi, Maimun bin Mihran, Ibnul Mubarak, Asy-Syafi’i, Ahmad, Ishaq bin Rahuyah dan yang lainnya mengatakan disunnahkan untuk melakukan puasa 6 hari syawal. [Lathaif al-Ma’arif juz 1 hal. 244]
Al-Imam an-Nawawi asy-Syafi’i rahimahullah berkata, “Disunnahkan untuk melaksanakan puasa 6 hari syawal berdasarkan hadits tersebut.” [Al-Majmu:6/227]
Ibnu Muflih rahimahullah berkata, “Dan disunnahkan untuk melanjutkan puasa Ramadhan dengan puasa 6 hari syawal.” [Al-Furu: 5/84]
FAIDAH SEPUTAR PUASA SYAWAL
- Puasa syawal melengkapi pahala puasa Ramadhan.
Rasulullah shallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ
“Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh” [HR. Muslim]
- Puasa syawal merupakan rowatib buat puasa Ramadhan.
Kalau pada ibadah shalat wajib ada sunnah rowatib yang mengiringinya dan menjadi penyempurna pada hari kiamat jika ada kekurangan,
Begitu pula ibadah puasa Ramadhan ada ibadah sunnah yg mengiringinya, yaitu puasa sebelumnya dan puasa sesudahnya.
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam dahulu memperbanyak puasa sya’ban, sebagaimana disampaikan ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, begitu pula beliau menganjurkan puasa syawal, sebagaimana hadits di atas.
Sedang suatu amal menjadi mulia kadang disebabkan ibadah yang mengiringinya.
- Puasa syawal merupakan tanda diterimanya puasa Ramadhan kita.
Al-Imam Ibnu Rajab rahimahulloh mengatakan dalam kitab beliau lathoiful ma’arif:
“Membiasakan puasa setelah puasa Ramadhan adalah tanda diterimanya puasa Ramadhannya, karena Allah apabila menerima amal seorang hamba, akan memberikan taufik untuk beramal shalih setelahnya”.
Sebagaimana kejelekan bisa mengantarkan seseorang berbuat kejelekan yang lain, Allah berfirman:
وَجَزَاءُ سَيِّئَةٍ سَيِّئَةٌ مِثْلُهَا
“Balasan kejelekan adalah berupa kejelekan serupa” [Surat Ash-Syura: 40]
Maka kebaikan juga tabiatnya membuahkan kebaikan yang lainnya,
Allah berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).” [Surat Ar-Rahman: 60]
TATA CARA PUASA 6 HARI SYAWAL
Adapun dalam tata cara pelaksanaan kapan dimulainya puasa 6 hari syawal adalah sebagaimana penjelasan para ulama berikut:
- Al Imam an-Nawawi asy-Syafi’i berkata, “Dan disunnahkan untuk melakukan puasa (6 hari) secara berurutan harinya pada awal bulan syawal. Dan boleh juga melakukannya tidak berurutan harinya (terpisah harinya) atau melakukannya pada akhir syawal.” [Al-Majmu: 6/227]
- Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah pernah ditanya: “Bolehkah melakukan puasa 6 hari syawal tidak berurutan harinya ? Dan manakah yang lebih utama apakah dilakukan secara berurutan harinya atau terpisah harinya ?”
Beliau rahimahullah menjawab: “Yang lebih utama adalah melakukan puasa 6 hari syawal secara berurutan harinya dan dilakukan secara langsung setelah ‘Idul fitri (tanggal 1 syawal) karena perbuatan demikian merupakan bersegera menuju kebaikan. Jadi tidak mengapa untuk memulainya puasa 6 hari syawal sejak tanggal 2 syawal tidak berurutan harinya hingga akhir bulan syawal berdasarkan keumumam hadits ‘Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh’ [HR. Muslim]. Dan dalam hadits tersebut Nabi Shallallahu ‘alahi wa sallam tidak mempersyaratkan puasanya harus dilakukan secara berurutan dan tidak pula harus dilakukan langsung setelah Ramadhan selesai (2 syawal).” [Fatawa Nur ‘ala Darb, juz 25 hal. 210] - Asy-Syaikh Abdul Aziz Bin Baz rahimahullah pernah ditanya: “Apakah boleh bagi seorang untuk memilih waktu puasa 6 hari pada bulan syawal ? Apakah puasa 6 hari tersebut memiliki waktu-waktu tertentu? Dan apakah apabila seorang melaksanakan puasa tersebut maka akan jatuh kewajiban kepadanya?”
Beliau rahimahullah menjawab: “Telah datang riwayat dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menyebutkan, ‘Barang siapa puasa Ramadhan kemudian diikuti 6 hari di bulan syawal, maka dihitung seperti puasa satu tahun penuh’ [HR. Muslim] - 6 hari tersebut tidak memiliki waktu-waktu tertentu dari bulan syawal. Bahkan seorang mukmin bisa memilih kapan waktunya pada bulan syawal tersebut. Apabila dia mau, bisa berpuasa pada awal bulan atau pertengahan bulan atau akhir bulan dan kalau dia mau, puasanya bisa dilakukan secara terpisah atau berurutan harinya. Dalam hal ini sifatnya fleksibel – segala puji bagi Allah. Apabila dia bersegera untuk berpuasa dan dilakukan secara berurutan di awal bulan maka ini adalah lebih utama dikarenakan yang demikian ini termasuk bersegera dalam kebaikan. Puasa 6 hari syawal tidak akan menjadi wajib baginya. Bahkan boleh jntuk meninggalkannya pada tahun kapanpun. Akan tetapi rutin melaksanakan puasa 6 hari syawal setiap tahun adalah lebih utama dan lebih sempurna berdasarkan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Amalan yang paling dicintai di sisi Allah adalah yang rutin dilakukan walaupun sedikit’ dan Allah-lah yang memberi taufik.” [Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawi’ah li Ibn Baz, juz 15 hal. 390]