1
Author

administrator

Browsing

Pada zaman jahiliah, berkembang anggapan bahwa bulan Safar adalah bulan sial atau dikenal dengan istilah tasyaum. Bulan yang tidak memiliki kehendak apa-apa ini diyakini mengandung keburukan-keburukan sehingga ada ketakutan bagi mereka untuk melakukan hal-hal tertentu. Pikiran semacam ini juga masih menjalar di zaman sekarang. Sebagian orang menganggap bahwa hari-hari tertentu membawa hoki alias keberuntungan, sementara hari-hari lainnya mengandung sebaliknya. Padahal, seperti bulan-bulan lainnya, bulan Safar netral dari kesialan atau ketentuan nasib buruk. Jika pun ada kejadian buruk di dalamnya, maka itu semata-mata karena faktor lain, bukan karena bulan Safar itu sendiri. Dari Abu Hurairah, Rasulullah pernah bersabda : “Tidak ada ‘adwa, thiyarah, hamah, shafar, dan menjauhlah dari orang yang kena penyakit kusta (lepra) sebagaimana kamu menjauh dari singa.” (HR Bukhari dan Muslim) Adwa adalah keyakinan tentang adanya wabah penyakit yang menular dengan sendirinya, tanpa sebuah proses sebelumnya dan tanpa seizin Allah. Thiyarah adalah keyakinan tentang nasib baik dan buruk setelah…

Dalam rangka meningkatkan taqwa kita kepada Allah, kita perlu melakukan ibadah dengan ikhlas, setulus hati. Tujuan kita diciptakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala tiada lain kecuali untuk beribadah atau mempersembahkan semua gerak tubuh kita sepanjang hidup hanya karena Allah. Bukan berarti selama 24 jam kita hanya boleh menghabiskan waktu untuk shalat dan membaca Al-Quran saja. Namun sekolah, belajar di pesantren, bekerja mencari nafkah, membantu orang tua, berbaik budi kepada teman, makan, minum dan sejenisnya bisa juga bernilai ibadah tergantung niat kita. Semua itu merupakan bagian dari ibadah, persisnya ibadah ghairu mahdlah. Ibadah baik mahdlah maupun ghairu mahdlah, masing-masing membutuhkan niat yang ikhlas, murni karena Allah. Jika tidak mampu ikhlas secara penuh, seseorang hanya akan diberi pahala dengan presentase sebesar mana ikhlasnya. Jika persentase ikhlas seseorang dalam hati hanya sebesar 40 persen, selebihnya dia berniat bukan karena Allah—untuk tujuan supaya mendapatkan materi, misalnya niscaya ia hanya akan mendapatkan balasan dari 40…

Dalam Islam ada empat bulan utama di luar Ramadhan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab. Karena kemuliaan bulan-bulan itulah, Islam menganjurkan pemeluknya untuk memanfaatkan momentum tersebut sebagai ikhtiar memperbanyak ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah. Mereka didorong untuk memperbanyak puasa, dzikir, sedekah, dan solidaritas kepada sesama. Dalam Kitab Ihya’ Ulumid-Din, Imam Al-Ghazali mengenalkan istilah al-ayyam al-fadhilah (hari-hari utama). Menurutnya, hari-hari utama selalu dijumpai dalam tiap minggu dan bulan. Al-Ghazali juga menyebut istilah al-asyhur al-fadlilah (bulan-bulan utama). Bulan-bulan utama ini juga selalu dijumpai di tiap tahun. Waktu adalah salah satu dari makhluk Allah, seperti juga manusia, jin, dan binatang. Namun, sebagaimana ada tempat-tempat utama, seperti Muktazam, Masjid Nabawi, Masjidil Haram, dan lainnya, waktu pun demikian. Dalam tiap rentang waktu tertentu (hari, pekan, bulan, dan tahun) selalu terkandung bagian waktu yang diistimewakan, misalnya waktu antara maghrib dan isya, sepertiga malam terakhir, hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Muharram, dan lain sebagainya. Dalam waktu-waktu…

Tahun Baru Muharram, Tahun Baru dalam kalender Islam. Tahun awal permulaan baru. Proses perhitungan perubahan apakah menjadi lebih buruk, tetap pada posisi ataukah berubah menjadi lebih baik. Bulan Muharram adalah bulan yang mulia derajatnya. Dinamakan dengan bulan Muharram, karena Allah mengharamkan peperangan dan konflik di bulan mulia ini. Selain itu, bulan ini juga termasuk salah satu dari bulan-bulan yang mulia. Bulan Muharram adalah momen terbaik untuk meningkatkan kebaikan dan ketakwaan kepada Allah. Di bulan Muharram ini terdapat hari yang istimewa, yaitu hari ‘Asyura. Di hari tersebut umat Islam disunnahkan untuk berpuasa pada hari tersebut. Para sahabat bertanya pada Nabi, bahwa hari ‘Asyura adalah hari yang dimuliakan oleh orang Yahudi dan Nasrani. Kemudian Nabi bersabda: “Insya Allah tahun depan kita berpuasa di hari yang ke Sembilan”. Dari hadits tersebut di atas, Imam Syafi’i berpendapat bahwa disunnahkan berpuasa di hari Sembilan dan sepuluh di bulan Muharram. Karena Nabi telah melaksanakan puasa…

Akhir-akhir ini aktivitas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap para koruptor baik secara Operasi Tangkap Tangan (OTT) atau tertangkap secara proses administratif. Kinerja yang sangat istimewa ditunjukkan oleh KPK. Tetapi pernahkah kita lihat tersangka korupsi malah berekspresi santai, senyum senyum dan tertawa saat tertangkap atau setelah dakwaan jatuh dari hakim? mengapa bisa seperti itu? Bisa jadi hal itu disebabkan oleh adanya barang haram dalam tubuh seseorang. Dalam Islam, mengonsumsi yang halal adalah wajib. Masuknya barang haram dalam diri manusia tak hanya membuat ia dosa tapi juga berdampak lanjutan kepada keruhnya batin dan kerasnya hati. Syaikh Abu Ishaq Ibrahim al-Matbuli dalam kitab Syaikh Abdul Wahab asy-Sya’rani yang berjudul al-Minahussaniyyah pernah berwasiat : “Hindarilah olehmu makanan yang haram. Sebab makanan yang haram mengeraskan hati, menggelapkannya, dan menghalanginya dalam bermakrifah kepada Allah, serta merusakkan pakaian (akhlak luhur)” Dengan demikian, ada konsekuensi nyata dari apa seseorang makan terhadap kondisi hatinya: semakin mendekat kepada Allah atau…

Selain menjalankan ibadah-ibadah pokok seperti shalat, puasa, dan lain sebagainya, di antara cara meningkatkan kualitas takwa dan keimanan kita adalah dengan selalu berdzikir kepada Allah subhanahu wa ta’ala baik dalam kondisi sendiri maupun secara berjamaah. Dzikir kepada Allah, tidak hanya disyariatkan saat bersendiri sajam namun juga diperintahkan oleh syariat dengan dilakukan secara bersama-sama sebagaimana sabda Nabi dalam Riwayat Abu Hurairah dalam Shohih Bukhari dan Muslim yang terjemahnya : “Sesungguhnya Allah ta’ala mempunyai malaikat yang bertugas berkeliling di jalan-jalan mencari orang-orang ahli dzikir. Jika malaikat-malaikat tersebut menemukan ada kaum yang berdzikir kepada Allah azza wa jalla, para malaikat menyeru, “Sampaikan apa kebutuhan kalian?” “Malaikat meliputi mereka dengan sayap-sayapnya hingga sampai langit dunia, yaitu langit yang paling rendah.” Malaikat-malaikat itu kemudian ditanya oleh Allah, sedangkan Allah adalah Dzat yang Maha-mengetahui: “Apa yang dibaca oleh hamba-hambaku?” “Mereka bertasbih kepada-Mu, Ya Allah. Bertakbir kepada-Mu, bertahmid, dan memuliakan nama-Mu.” Begitu jawab Malaikat. Allah lalu kembali…

Bulan Rajab adalah salah satu dari empat (4) bulan yang dimuliakan oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Keempat yang dimuliakan tersebut adalah bulan Rajab, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram. sebagaimana firman Allah dalam QS. At-Taubah 36 yang terjemahnya : “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Ayat di atas menjelaskan tentang kemuliaan empat bulan dibanding bulan lain dalam setahun. Apakah mungkin Allah yang menciptakan semua bulan itu sendiri, tapi ada yang lebih mulia daripada bulan yang lain?. Kita bisa melihat, ada hari-hari dalam seminggu, namun dibandingkan yang lain, hari Jumat merupakan hari paling mulia. Ada bulan-bulan dalam setahun, Ramadhan…

Di era teknologi masa kini memungkinkan kita untuk menerima informasi dengan sangat banyak dan cepat. Akan tetapi benarkah informasi yang kita terima itu adalah hal yang benar? ataukah informasi yang tidak benar?. Allah SWT berfirman dalam Q.S. Al-Hujurat ayat 6 yang terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” Allah memerintahkan kita untuk melakukan tabayun (klarifikasi) terhadap segala informasi yang kita terima dan tidak mudah terpengaruh yang mengakibatkan musibah bagi diri kita dan orang lain. Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa: Dulu, orang yang berpengetahuan adalah orang yang memiliki banyak informasi. Tapi sekarang, orang yang berpengetahuan adalah orang yang mampu menyaring banyak informasi. kalimat ini sangat relevan sekali dengan kondisi di zaman teknologi dan informasi saat ini di mana arus informasi mengalir…

Rajab berasal dari kata “tarjib” yang bermakna agung dan mulia. Allah SWT memberikan keistimewaan terhadap Rajab di antara bulan-bulan lain yang juga menyandang predikat mulia, yaitu Muharram, Dzulhijjah, Dzulqa’dah, dan Rajab. Bulan Rajab adalah bulan yang penuh rahmat, anugerah, dan kebaikan dari Allah SWT. Menurut Syekh Abdul Qodir Al Jailani dalam kitab al-Ghuniyah, Rajab terdiri dari tiga huruf, yaitu Ra’, Jim, dan Ba’. Ra’ adalah Rahmatullah (rahmat Allah), Jim adalah Judullah (kemudahan Allah), dan Ba’ adalah Birrullah (kebaikan Allah). Maksudnya, mulai awal hingga akhir bulan Rajab, Allah SWT melimpahkan (3) tiga anugerah kepada hamba-hamba-Nya, yaitu limpahan rahmat, kemudahan, dan kebaikan dari Allah SWT. Ini menunjukkan kemuliaan dan keagungan dari bulan Rajab. Kemuliaan bulan Rajab semakin bertambah dengan peristiwa monumental isra’ dan mi’raj Nabi Muhammad SAW dari dari Masjidil haram Makkah menuju masjidil Aqsho Palestina. Kemudian dilanjutkan dari masjidil Aqsha menuju Sidratil Muntaha untuk menghadap Allah SWT sang pencipta Alam semesta.…

Memang tidak ada sebuah batasan atau aturan khusus mengenai bacaan yang dilafadzkan atau dibaca dalam shalat sunnah fajar atau shalat sunnah qabliyah subuh. Akan tetapi, tidak ada salahnya juga apabila kita berkaca pada apa yang telah dicontohkan Nabi Muhammad SAW. Oleh karena itu, sepatutnya juga jika kita mengetahui bacaan yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW dalam melaksanakan shalat sunnah fajar dua rakaat. Terdapat beberapa sumber dari hadits yang mengatakan jika bacaan surat yang biasa dibaca oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam setelah membaca surat Al Fatihah dalam shalat sunnah fajar atau shalat sunnah qabliyah subuh: – Hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang berbunyi : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَرَأَ فِي رَكْعَتَيْ الْفَجْرِ قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ وَقُلْ هُوَ اللَّهُ أَحَدٌ “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membaca dalam dua rakaat shalat sunnah subuh surat Al Kafirun dan surat Al Ikhlas” (H.R Muslim 726) – Hadits Ibnu ‘Abbas radhiyallahu…