“emang pacaran dalam Islam nggak boleh ya?” | iya, Rasul melarang segala jenis khalwat (berdua-duaan) yg bukan mahram, termasuk pacaran “walaupun beda negara? LDR gitu” | mau beda negara, mau beda alam, mau beda dunia, mau LDR mau tetangga, tetep aja haram “kan pacarannya nggak ngapa-ngapain?” | nggak ngapa-ngapain aja dapet dosa, rugi kan? mendingan nggak usahlah “tapi kan kita punya perasaan” | so? punya perasaan nggak buat kamu boleh melanggar hukum Allah yang kasi kamu perasaan “kalo pacarannya bikin positif?” | positif hamil maksudnya? “hehe.. jangan suudzann, maksudnya bersamanya bikin rajin shalat geto” | shalatmu untuk Allah atau untuk pacar? pernah denger ikhlas? “nggak, maksudnya kita, dia kan ber-amar ma’ruf..” | halah, dusta, mana ada kema’rufan dalam membangkang aturan Allah 🙂 “kalo orangtua udah restui?” | mau orangtua restui, mau orangutan, tetep aja pacaran maksiat “katanya ridha Allah bersama ridha ortu?” | wkwk.. ngawur, dalam taat pada Allah iya,…
👫 Anak adalah Ladang amal dan Tabungan tiada henti, deposito akhirat. 👫 Anak adalah fotocopy dari Ummi dan abi nya, Ayah bundanya, artinya Jadilah orang tua yg Shalih dan Shalihah lillahi ta’ala. ﻛُﻞُّ ﻣَﻮْ ﻟُﻮﺩٍ ﻳُﻮﻟَﺪُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟﻔِﻄْﺮَﺓ ﻓَﺄﺑَﻮَﺍﻩُ ﻳُﻬَﻮِّﺩَﺍﻧِﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﻨَﺼِّﺮَﺍﻧِﻪِ ﺃَﻭْ ﻳُﻤَﺠِّﺴَﺎﻧِﻪِ “Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan diatas fithrah (bertauhid). Maka, kedua orang tuanyalah yang menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi” (HR.Bukhari, no.1384 dan HR. Muslim, no.2658, Hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu) 👫️ Anak adalah amanah. Setiap ayah adalah Pemimpin bagi Keluarganya, setiap ibu adalah Pemimpin bagi anak-anaknya. ﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﺭَﺍﻉٍ ﻭَﻛُﻠُّﻜُﻢْ ﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ﺍﻟْﺈِﻣَﺎﻡُ ﺭَﺍﻉٍ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ﻭَﺍﻟﺮَّﺟُﻞُ ﺭَﺍﻉٍ ﻓِﻲ ﺃَﻫْﻠِﻪِ ﻭَﻫُﻮَ ﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ ﻭَﺍﻟْﻤَﺮْﺃَﺓُ ﺭَﺍﻋِﻴَﺔٌ ﻓِﻲ ﺑَﻴْﺖِ ﺯَﻭْﺟِﻬَﺎ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮﻟَﺔٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻬَﺎ ﻭَﺍﻟْﺨَﺎﺩِﻡُ ﺭَﺍﻉٍ ﻓِﻲ ﻣَﺎﻝِ ﺳَﻴِّﺪِﻩِ ﻭَﻣَﺴْﺌُﻮﻝٌ ﻋَﻦْ ﺭَﻋِﻴَّﺘِﻪِ “Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya. Imam adalah pemimpin yang akan diminta pertanggungjawaban atas…
Inilah beberapa manfaat buah takokak untuk kesehatan: – Memar Terbentur benda keras dapat menyebabkan memar dan bengkak. Atasí dengan cara mudah. Jemur akar takokak sampaí keríng, ambíl 15 gram. Rebus dengan 800 ml aír sampaí menyísakan 400 ml. Mínum saat pagí dan sore harí, dengan takaran satu gelas. – Asam urat tínggí Untuk menurunkan kadar asam urat yang terlalu tínggí, síapkan 100 gram buah nanas dan takokak. Tambahkan rebon (sejenís udang kecíl), kemudían dítumís híngga matang. Masakan íní dapat díkonsumsí setíap harí. – Sakít pínggang Pínggang terasa kaku tentu saja membuat anda menjadí tídak nyaman, serta mengganggu aktívítas seharí-harí. Untuk mengatasí kondísí medís íní, síapkan beberapa bahan alamí. Ambíl buah cepoka dan akar sawí langít, masíng-masíng 30 gram. Síapkan juga jahe dan temulawak, dengan takaran 20 gram. Semuanya dírebus dalam 800 ml aír, sampaí aírnya tertínggal 400 ml. Mínum 3 kalí seharí. – Flu Cara meredakan gejala flu, dapat menggunakan…
Asam Urat Tínggí Sembuh Total, Mata Mínus Terobatí, Wasír Musnah, Sírkulasí Darah Jadí Lancar Dengan Buah Ajaíb Íní Tahukah anda bahwa mata mínus ternyata dapat díobatí dengan cara tradísíonal? Ya, salah satunya menggunakan buah takokak. Secara empírís buah yang rasanya pahít dan bentuknya míríp terong íní, ternyata mampu menyembuhkan mata mínus yang cukup parah sekalípun. Nah, apa saja manfaat takokak atau cepoka laínnya? Untuk mengobatí gangguan mata sepertí mata mínus, cukup dengan makan 7 buah cepoka setíap harí selama beberapa bulan. Anda dapat mengecek perubahan yang terjadí ke dokter spesíalís mata. Híndarí kebíasaan buruk laínnya yang dapat memícu kerusakan pada mata, sepertí baca buku dalam posísí tídur, nonton tv terlalu dekat Takokak dísebut juga dengan cepoka, pokak, cokawana, turkey berry, dll. Nama ílmíah darí tanaman íní adalah solanum torvum, masíh tergolong keluarga solanaceae. Círí-círí tanaman takokak yang mudah díkenalí adalah batang pohonnya berukuran kecíl, berdurí dan banyak…
Tidak dapat dipungkiri, dizaman now saat ini..peran seorang ibu mengalami pergeseran. Bagaimana tidak? Peran seorang ibu yang sebenarnya merupakan peran yang mulia. Dimana, ibu adalah sosok yg bertanggung jawab dalam mengurus rumah, mengasuh, dan mendidik anak. Tetapi karena pengaruh sistem kapitalisme sekuler, dimana pekerjaan sulit dicari oleh para ayah ditambah lagi kondisi carut marut perekonomian, membuat para ibu harus ikut bekerja menopang ekonomi keluarga. Sehingga para ibu akhirnya sibuk bekerja mencari nafkah sehingga akhirnya teralihkan dari tanggung jawab mendidik anak. Kalaupun ada para ibu yang dirumah, kadang-kadang kebingungan seperti apa mendidik anak. Kadang ada celutukan, “yang penting anak dikasih makan, minum..pasti dia besar sendiri”. Walhasil, anak akhirnya tumbuh dengan seadanya. Anak adalah buah hati orang tua. Banyak harapan orang tua yang digantungkan kepada anak dan banyak doa yang dipanjatkan. Diantara doa orangtua terhadap anak adalah ingin anaknya menjadi anak yang soleh dan solehah. Persoalannya, bagaimana mendidiknya agar menjadi soleh dan…
Apakah anak-anak sudah memiliki naluri seksual? Tentu sudah karena Allah ciptakan naluri ini sejak manusia itu lahir. Naluri ini salah satu penampakan naluri nau’ (naluri melestarikan keturunan). Naluri Naw’u adalah potensi hidup karenanya manusia bisa hidup dan lestari keturunanya di muka bumi ini hingga hari kiamat. Naluri inipun sangat sensitif dari kepunahan manusia, makanya menuntut untuk dipenuhi. Naluri seks (gharizah jinsiyyah) tidaklah identik dengan naluri naw’u, karena fenomena naluri naw’u juga diwujudkan dalam bentuk rasa keibuan, rasa kebapakan, anak sayang ibu, ibu sayang anak, adik sayang abang, abang sayang adik, empati pada sesama manusia dll., jadi tidak melulu wujudnya seksual. Pada dasarnya gharizah jinsiyyah (naluri seks) itu karakternya seperti: – Tergantung rangsangan Sebagaimana halnya rasa keibuan walau dia seorang wanita tetap saja harus dirangsang jika wanita tadi hendak mencurahkan kasih sayang yang seluas-luasnya pada anaknya, bisa dengan pemikiran-pemikiran tentang posisi anak, amanah dan tanggung jawab pada anak, visi kita tentang…
– Jadilah orang yg pema’af* Harus disadari dalam pergaulan selalu terjadi pergesekan *_“Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Dan sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.” (Fushshilat: 34-35)_* Justru kita malah dituntut untuk memiliki sifat yang mudah memaafkan, termasuk kepada teman kita. Sifat pema’af ini sangat mulia, karena pahalanya menjadi tanggungan Allah, tentunya semau-Nya Allah dalam memberikan pahalanya. Seperti pahala puasa juga tergantung pada Allah. *_“Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa. Barangsiapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (Asy-Syura: 40)_* Jika kita sampai memiliki sifat yang pendendam serta tidak mudah memaafkan seseorang termasuk kepada teman, mestinya kita merasa…
– Jangan sampai kita mencintai teman kita secara berlebihan dan janganlah membencinya kecuali sewajarnya.* Karena mencintai sesuatu atau pun seseorang secara berlebihan akan dapat menyebabkan kita terjerumus pada cinta yang buta, sehingga hal tersebut akan membuat menumpulkan hakekat yang baik dan buruknya. Dan jangan pula membenci seseorang secara berlebihan, karena walaupun sekecil apapun tentunya masih ada sisi baiknya. Juga seseorang tersebut masih dapat berubah dengan hidayah Allah. – Biasakan mengucapkan salam pada teman* Dengan banyak mengucapkan salam maka akan timbul saling mencintai. _Rasulullah bersabda :_ *_“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan tidak akan sempurna iman kalian hingga kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan kalian pada sesuatu yang jika kalian lakukan kalian akan saling mencintai? Sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR. Muslim no. 54)_* Al-Imam An-Nawawi menjelaskan, dalam hadits ini terdapat anjuran kuat untuk menyebarkan salam dan menyampaikannya kepada seluruh kaum muslimin, baik yang engkau kenal maupun yang…
(untuk bahasan sebelumnya, bisa dilihat di link berikut: https://www.umroh.com/blog/inilah-beberapa-sifat-penghuni-surga-yang-wajib-kamu-tahu-part-3/) -Beberapa Pelajaran Penting yang Dapat Diambil Dari Sikap Penghuni Surga Pertama: Penyebutan sifat hamba–hamba Allah SWT yang menjadi penghuni surga ketika di dunia. Sifat pertama adalah menunaikan nadzar mereka dengan sempurna. Ini disebutkan dalam firman-Nya: yûfûna bi al-nadzr (mereka memenuhi nazar). Sebagaimana diterangkan para mufassir, maksud dari ayat ini adalah mereka menunaikan semua kewajiban, baik kewajiban ditetapkan oleh Allah SWT atas semua mukallaf maupun kewajiban yang ditetapkan mukallaf sendiri atas diri mereka. Kewajiban jenis kedua inilah yang secara syar’i disebut sebagai nadzar. Oleh para ulama, ayat ini sekaligus dijadikan dalil atas kewajiban menunaikan nazar yang sudah ditetapkan oleh mukallaf. Fakhruddin ar-Razi berkata, “Ayat ini menunjukkan dalil atas kewajiban memenuhi nadzar. Sebab, Allah SWT mengiringi ayat ini dengan firman-Nya: wayakhafûna (dan mereka takut akan suatu hari). Ini mengharuskan mereka untuk memenuhi nadzar tersebut karena mereka takut terhadap azab pada hari itu. Hal ini…
(untuk bahasan sebelumnya, bisa dilihat di link berikut: https://www.umroh.com/blog/inilah-beberapa-sifat-penghuni-surga-yang-wajib-kamu-tahu-part-2/) Kemudian disebutkan: Innâ nakhâfu min Rabbinâ yawm[an] ‘abûs[an] qamtharîr[an] (Sungguh kami takut akan [azab] Tuhan kami pada suatu hari yang [di hari itu] orang-orang bermuka masam penuh kesulitan). Maknanya, mereka sangat takut terhadap azab dari Allah SWT pada Hari Kiamat. Dalam ayat ini, azab yang terjadi pada hari itu disifati dengan dua sifat. Pertama, ‘abûs[an]. Maknanya: wajah-wajah pada saat itu bermuka masam yang disebabkan oleh kedahsyatan dan kengeriannya. Kedua, qamtharîr[an]. Menurut Ibnu Jarir, al-qamtharîr bermakna asy-syadîd (keras). Al-Akhfasy berkata, “al-qamtharîr adalah hari yang paling keras dan panjang bencananya. Dengan demikian hari itu benar-benar sangat dahsyat lagi mengerikan dan menakutkan. Itu tercermin dari wajah-wajah manusia yang mendapati hari tersebut. Peristiwa itulah yang mendorong mereka menginfakkan sebagian hartanya dengan memberikan makanan kepada orang yang membutuhkan. Al-Khazin berkata tentang makna ayat ini, “Sungguh kebaikan kami kepada kalian disebabkan karena rasa takut kami terhadap dahsyatnya hari…