1
Author

administrator

Browsing

Bagi seorang wanita, tidak ada peran yang lebih mengagumkan selain peran seorang ibu. Peran menjadi seorang ibu menciptakan kehidupan yang baru, sejak pertama kali mengandung, melahirkan, kemudian merawat anak-anaknya. Tugas utamanya sebagai ibu dan pengatur rumah (Ummu wa rabbatul bait) serta pendidik pertama bagi anak-anaknya. Seorang ibu yang menjalankan tugas pokok dan fungsinya seutuhnya, maka akan melahirkan generasi unggul yang dapat menentukan kualitas masyarakat dan negara. Tak pelak, seorang ibu (perempuan) diibaratkan tiang negara yang mampu mencerahkan peradaban. / Ibu di Tengah Zaman / Sepanjang sejarah peradaban manusia, peran seorang ibu sangat besar dalam mewarnai dan membentuk dinamika zaman. Namun peran ini mengalami tantangan yang berat di tengah dinamika saat ini. Seorang ibu harus tetap menjadi sosok feminim yang lembut, penuh perhatian dan kasih sayang, serta sarat sentuhan cinta yang tulus kepada suami dan anak-anak. Sementara nilai-nilai global semakin liberal, komplek, dan carut marut kian menyerang keluarga. Seorang ibu bagaikan…

– Gali Passionmu Setiap orang pasti memiliki sesuatu hal yang disukai, diinginkan dan disayangi yang bisa ia lakukan berjam-jam tanpa merasa capek. Karena ia melakukan semua itu dengan senang hati, bahkan meski ia tak mendapatkan keuntungan apapun, ia tetap melakukan hal itu dengan keinginan sendiri. Setiap orang pasti memiliki sesuatu yang ia tidak pernah bosan untuk melakukannya, dimana ia akan mengorbankan segala hal untuk mencapai itu.Sesuatu yang dikerjakan dengan ikhlas, tanpa paksaan dan suatu bentuk panggilan dari alam bawah sadar manusia, dimana ia tidak memikirkan untung dan rugi. Yaps, itulah yang disebut passion. Seseorang yang memiliki passion akan terus menerus memikirkan, built-in dalam dirinya, untuk mewujudkan sesuatu, dan ia tidak pernah akan berhenti sebelum sesuatu itu terjadi. Tiada hari tanpa memikirkannya, hari perhari, siang-malam, setiap saat dia tidak akan pernah menyerah, never give-up. Tapi ingat ya, sebagai seorang muslimah passionmu itu tidak boleh yang bertentangan dengan agama dan harus bisa…

Bagaimana sih caranya agar para kaum hawa dapat menjadi muslimah produktif, aktif dan peduli dengan ummat? Maka jadilah muslimah yang penuh semangat serta mager (makin greget). Greget dalam menuntut ilmu, greget dalam kebaikan, greget membuat karya, dan greget peduli dengan lingkungan sekitar. Pokoknya, ia totalitas banget dalam setiap tindakannya. Greget banget kan? Berikut 5 beberapa tips agar kita menjadi muslimah mager (makin greget): – Temukan tujuan hidupmu Untuk menjadi seorang muslimah yang greget, maka pertama kali yang harus dilakukan ialah menemukan tujuan hidup. Ibaratnya kita mau naik angkot tentu kita harus tahu tempat kita yang mau dituju kan? Bayangkan jika sebelumnya kita tidak tahu tempat tujuan kita kemudian kita asal naik angkot apa saja, tentu perjalanan kita akan nyasar atau bahkan tak sampai-sampai seharian. Begitupun dengan hidup, jika kita tidak memiliki tujuan hidup di dunia ini sebagai seorang muslimah, maka dijamin hidup kita akan mengalir seperti air apa adanya saja.…

Siapa yang tidak tahu tugas seorang dokter adalah menyembuhkan orang sakit? Termasuk hari ini, para pengemban dakwah yang mengaku hidupnya adalah untuk mengemban risalah Islam, sudahkah kita menyadari peran besar kita adalah “menyembuhkan” umat hari ini dari penyakit akut bernama sekulerisme? Jika sudah, kenalkah kita jenis “obat” apa saja yang bisa menyembuhkan “penyakit” umat kini? Mengajak orang untuk mau ikut mengkaji Islam memang tidak semudah yang di bayangkan. Apalagi sistem hari ini telah mendukung untuk berlomba- lomba mengejar dunia sedangkan akhirat adalah masalah belakangan. Harus diakui masyarakat kita masih banyak yang menganggap kalau tidak bisa ilmu agama itu menjadi hal yang biasa-biasa saja. Padahal Rasulullah shalallahu alaihi wassalam telah bersabda “Menuntut Ilmu Itu Wajib Atas Setiap Muslim”(H.R. Ibnu Majah di nilai Shahih oleh Syaikh Al Bani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah No.224). Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan masyarakat hari ini masih enggan di ajak untuk mengkaji Islam? Bukankah…

-Nusayba binti Harith Nusayba binti Harith Al Ansari hadir sebagai sosok lain. Ia merawat para prajurit terluka. Ia juga seorang tabib khitan. Masa pun berjalan. Pada abad ke-15, seorang ahli bedah dari Turki, Serefeddin Sabuncuoglu (1385-1468), penulis karya tentang bedah, Cerrahiyyetu’l-Haniyye. Dia tak ragu menggambarkan secara terinci mengenai prosedur gineologi atau menggambarkan perawatan terhadap pasien perempuan. Bukan hanya menggambarkan, namun Sabuncuoglu pun bekerja dengan para ahli bedah perempuan. Saat itu, dikabarkan rekan-rekannya di dunia Barat, malah menentang bekerja sama dengan para perempuan. Bahkan, dalam bukunya, ia menggambarkan bagaimana para ahli bedah perempuan menjalankan pekerjaannya. -Sutayta Al-Mahamli Pakar matematika ini hidup pada paruh kedua abad ke-10. Ia berasal dari keluarga berpendidikan tinggi di Baghdad, Irak. Ayahnya, Abu Abdallah Al Hussein, menjabat sebagai seorang hakim yang juga penulis sejumlah buku, termasuk Kitab fi Al Fiqh dan Salat Al’idayn. Sang ayah tak memandang sebelah mata Sutayta yang berjenis kelamin perempuan itu. Ia mengajarkan…

Inilah beberapa sosok perempuan cemerlang yang pernah ada dalam peradaban Islam. Panggung peradaban Islam, tak hanya dominasi laki-laki. Perempuan, muncul pula memberikan kontribusi. Mereka, menunjukkan kecemerlangan pemikirannya dalam beragam bidang. Hal ini, telah bermula sejak zaman Nabi Muhammad dan para sahabatnya saat merintis masyarakat berperadaban. Salim T S Al Hassani, profesor emiritus di University of Manchester, Inggris, dalam tulisannya, ‘Women’s Contribution to Classical Islamic Civilisation:Science, Medicine and Politics’, menyatakan, bahwasannya selain dalam bidang agama, mereka juga berkiprah di bidang ilmu lainnya seperti pengetahuan. Bahkan ada sejumlah perempuan yang memiliki kemampuan dalam bidang medis. Kemunculan mereka terkadang dipicu oleh suatu peristiwa tertentu, seperti peperangan yang tak dapat terelakkan. Dalam peristiwa peperangan, di antara mereka ada Rufayda Al Aslamiyyah, yang mengawali kariernya merawat para tentara terluka. Ada pula nama-nama lainnya, yang menguasai matematika. -Rufayda al-Aslamiyyah Perempuan ini sering pula dipanggil dengan nama Rufayda binti Sa’ad. Ia dianggap sebagai perawat pertama dalam lintasan…

-Cara Bijak Menyikapi Hinaan: Anda boleh dihina, tapi jangan menghina. Anda boleh diolok-olok, tapi jangan pernah mengolok-olok. Kita bisa dibenci, tapi jangan membenci Sebab di- dan me- itu berbeda. Me- itu dihisab sedang di- itu tidak dihisab. Kita tidak dihisab karena dihina, tapi kita akan dihisab ketika kita menghina Apalagi masa sosial media, kita dihadapkan pada para anonim yang tak bertanggung jawab, dan yang punya nama tapi tidak punya akal Tanpa lelah menghujat, tanpa henti mencela, komentar penuh kenegatifan sudah wajar, mengejek orang lain sudah jadi pengganti prestasi Penelitian banyak menunjukkan, bagaimana komentar negatif ini banyak mempengaruhi emosi dan kecerdasan, merugikan bagi mental dan fisik kita Karenanya abaikan saja bila ada yang berkomentar negatif, tak perlu repot menghadapinya, sebab itu justru merusak diri kita sendiri Tahukah kita, setiap kata buruk yang kita tulis, mata kita terlebih dahulu yang membacanya, kita yang terpapar paling banyak terhadap kejelekannya Sama dengan tiap kata…

Yang masih muda berpikir, “Ah, hidup masih lama, selagi muda kita nikmati dulu hidup, mau apa saja masih bisa, mumpung muda, ibadah nanti maksimalkan pas tua”, pikirnya Yang tua berpikir, “Andai bisa kembali muda, pasti aku akan maksimalkan ibadah. Sebab ibadah setelah tua itu tidak enak, badan sudah tak bisa diajak dan dinego”, begitu adanya Begitulah manusia, dia kira dia miliki segalanya, dia mengatur segalanya, padahal dia kehilangan segalanya. Nikmat muda tanggung, ibadah tua juga tak mampu Penyesalan memang dibelakang, karena kebanyakan manusia tak cukup diperingatkan, harus mengalami sendiri, padahal yang mengalami kepahitan sudah banyak Kita diperintahkan 17 kali sehari merenungkan kalimat “Jalannya mereka yang Engkau berikan nikmat pada mereka, bukan jalan mereka yang Engkau murkai dan yang tersesat”. Artinya, selalu ambil pelajaran dari orang terdahulu, sebab pada mereka ada rumus kebahagiaan sejati dan juga ada rumus kesengsaraan hakiki, rumusnya pasti-pasti Andai kita meniti pilihan yang sama, maka kita akan…

Untuk bagian sebelumnya, bisa dilihat di link ini: https://www.umroh.com/blog/ingin-hidup-tidak-susah-perhatikan-juga-shalat-subuhmu-part-1/ Darisini, kita sudah seharusnya langsung sadar , dan memang coba kita perhatikan , *orang – orang tua kita jaman dulu* yang *SHOLAT SUBUH-nya disiplin berjamaah di masjid* bukan hanya *rejekinya dicukupkan ALLAH* SUBHANAHU WA TA’ALA , tetapi *tubuhnya sehat terjaga*. Nah sebelum kita _*’muhasabah’*_ dosa-dosa kita yang lain… coba *CEK sholat Subuh* kita , *sholat Subuh Istri* kita…!!! *Jam berapa* dan *di mana…?* Kalau untuk *laki-laki* sudah jelas *berjamaah di MASJID*. Buat *perempuan* mesti *diawal waktu*. ——————————— Memangnya *ada apa* dengan *sholat Subuh…?* Satu hal yang pasti *saat Subuh , ALLAH perintahkan jutaan malaikat-Nya* untuk *mem-BAGI-kan REJEKI* , baik yang mohon ketenangan hidup , mohon sehat , mohon hutangnya lunas , mohon usaha , mohon kerjaan… *Nah bagaimana kita mau dapat.* *Pas pembagian kita masih terlelap tidur .* *Benar tidak… ??? Jadi *wajar* kalau *hidup penuh masalah*, karena kita *tidak kebagian kebaikan…

😢 ” JIKA *HIDUP SERING SUSAH*, LIHATLAH *SHOLAT SHUBUH*-MU “😢 Waktu kita berada dalam kesusahan hidup , pernah kadang terbersit ” Ya ALLAH , kan saya sudah melakukan semuanya , Sholat sudah , ngaji sudah , sedekah sudah kok tetap saja ada masalah ??? ” Begitulah kita, kalo boleh demo dengan ALLAH , mungkin kita juga pernah merasakan hal demikian. Ternyata kesusahan yang ALLAH hadirkan tadi karena ALLAH SAYANG dan akan memberikan HADIAH . Apa hadiahnya…??? ILMU-lah hadiahnya . Kalau tidak diingatkan kita mungkin tidak akan memikirkannya . Dari situlah kita sudah seharusnya mencoba mencari tahu, apa yang salah dibalik musibah atau yang kita terima? Darisini, kita sudah seharusnya untuk mulai *”tafakur”* dari sekian *kesalahan* dan *dosa* yang telah kita lakukan , baik yang *benar-benar dosa* maupun *dosa* yang dilakukan pada *saat ibadah*. Yang mencolok dari itu mungkin pada saat kita sadar bahwasannya *sholat subuh* kita *sering terlambat*. Berawal dari pengalaman dan juga…