1
Author

administrator

Browsing

Suami: “Tadi di kantor, pakai topi ini ada yang komentar, Pak, kok jadi kelihatan lebih muda ya,” Istri: “Halah, pasti aja begitu,” Suami: “Beneran,” Istri: “Terus, maunya cari bini lebih muda gitu, biar serasi?” Suami: “Loh, kok arahnya ke situ,” Istri: “Istrimu ini dong dimudain, kasih biaya perawatannya sini, biar adil.” . *** . Wahai para suami, ketahuilah. Istrimu menua karena melayanimu. Melayani anak-anakmu. Kantong matanya melorot karena kurang istirahat. Kulitnya kering tersebab kurang belaian body lotion. Rambutnya rontok karena tak kenal kata creambath. . Bagaimana istri tak cepat menua. Tak sedikitpun waktu tersisa untuk merawat dirinya. Jangankan perawatan berbiaya di salon-salon kecantikan, yang kau pun tak menganggarkan dalam daftar nafkahnya. Perawatan alami nol bugdet pun tak sempat. Walau sekadar memanfaatkan sisa putih telur yang menempel di kulit untuk olesan muka. Perasan seledri untuk penyubur rambutnya. Atau remasan mentimun sisa lalap yang tidak kau makan, untuk mengencangkan aset di dadanya.…

Quality time menjadi hot issue yang menarik dalam konteks pengasuhan, terutama ketika dihadapkan pada fakta orang tua bekerja. Para pakar parenting menekankan quality time bersama seluruh anggota keluarga sebagai upaya membangun komunikasi dan hubungan baik ortu-anak. Lee Raby, seorang penulis dan psikolog dari University of Minnesota, Amerika, menyatakan, hubungan yang dekat dan hangat antara orangtua dan anak harus ditanamkan sejak dini, demi investasi jangka panjang kehidupan si kecil kelak. Konsep quality time sesungguhnya tidak pernah ditemukan dalam masyarakat Islam. Karena keluarga-keluarga muslim yang terikat syariat dalam pembagian peran laki-laki dan perempuan di ranah domestik maupun publik, serta tumbuh dalam naungan kehidupan yang Islami, tidak mengalami problem komunikasi dan pengasuhan. Konsep ini justru berasal dari masyarakat Barat yang sakit, dimana ayah dan (atau) ibu memiliki kesibukan luar biasa sehingga tak memiliki cukup waktu untuk menjalin komunikasi juga mempraktikkan pengasuhan. Ayah atau ibu menghabiskan sebagian besar waktunya untuk bekerja di luar rumah,…

Ada sebuah kasus dimana terdapat seseorang yang mengajak adik lelakinya untuk tinggal bersama di rumahnya, sekaligus menemani dan menyopiri mobil istrinya. Lama-lama terungkap bahwa adik lelakinya bukan hanya menyopiri mobil istrinya, namun juga ‘menyopiri’ istrinya. Mereka akhirnya bercerai, dokter tersebut membeli rumah baru, sementara mantan istrinya menikah dengan adiknya. Kejadian yang kurang lebih sama juga terjadi di pelosok Kalimantan Selatan. Bedanya, sang istri yang membawa adik perempuannya tinggal bersama dia dan suaminya. Suatu ketika gegerlah rumah tersebut karena adiknya yang belum menikah ternyata hamil, dan pelakunya ternyata adalah suaminya sendiri. Setelah diteliti, ternyata perselingkuhan itu telah berlangsung lama, 7 tahun!. Tak heran, jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jauh-jauh hari mengingatkan: “Berhati-hatilah kalian masuk menemui wanita.” Lalu seorang laki-laki Anshar berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda mengenai al hamwu?” Beliau menjawab, “al hamwu adalah kematian.” (HR. Bukhari & Muslim). Para ahli bahasa sepakat bahwa al hamwu adalah kerabat suami, seperti…

Ibu, ibu dan ibu, terucap tiga kali pada lisan mulia seorang baginda Nabi Saw, bukan tanpa sebab, Islam menempatkan seorang ibu pada kedudukan mulia yang wajib dihormati. Ialah madrasah pertama bagi anak-anaknya, pengayom mereka. Ialah pendamping suami dan ibu dari anak-anaknya, pengatur urusan rumah tangganya, ialah ibu ummun wa rabbat al-bayt. Rusaknya seorang ibu, awal kehancuran sebuah institusi keluarga. Maka ibu, berperan penting dalam mewujudkan generasi siap tanding. Islam, jelas sangat memuliakan seorang ibu dan menjaga kehormatannya dengan seperangkat aturan agung yang paripurna, syari’ah islamiyyah, dimana Islam mewajiban negara menjaga mereka dari berbagai fitnah dunia, dari mulai aturan berbusana, hingga membekali mereka semenjak muda belia dengan pendidikan berbasis akidah Islam, hingga siap memegang amanah agung sebagai seorang “ibu”, menghadapi segudang problematika keluarga di dunia; perceraian, perselingkuhan, pergaulan bebas, LGBT, problematika anak dan remaja yang disebabkan pola asuh salah, pornografi, penelantaran anak, human traficking, prostitusi, kecanduan gawai, dan lainnya. Ibu, jelas…

Kata kunci dari hijrah adalah perubahan. Yang mana perubahan menuju lebih baik dalam segala hal yang dilakukan semata-mata untuk kebaikan,manfaat dan karena mencari Ridha Allah SWT. Nah karena itu dalam proses hijrah seseorang perlu untuk menetapkan arah atau tujuan dengan jelas. Ketika seseorang memutuskan dirinya untuk berhijrah, maka ia akan siap untuk menerima segala konsekuensi dari pilihan. Karena untuk melakukan perubahan seseorang harus bergerak dan berpindah yang bisa berarti meninggalkan. Sebab bila seseorang yang ingin berhijrah namun ia hanya bertahan di satu tempat dan enggan untuk melihat dunia luar, akan sulit berubah ke arah kebaikan. Berhijrah mungkin membuat kita harus meninggalkan segala kenyamanan yang ada ; teman-teman lama, kebiasaan lama atau lingkungan lama. Namun meninggalkan bukan berarti berpisah selamanya. Begitulah sebagian proses daripada hijrah yaitu rela berkorban. Meskipun harus meninggalkan. Contohnya seperti meninggalkan seorang teman. Karena saat berhijrah sahabatku, kita senantiasa perlu untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang mendukung agar hijrah…

Apa yang kau anggap atas dirimu sendiri? Apakah kita sudah merasa begitu banyaknya berbuat kebaikan dan juga pahala serta selalu berusaha untuk menyebarkan banyak manfaat untuk orang lain? Atau justru sebaliknya, dimana begitu banyakkah dosa dan noda yang sudah kita lakukan, serta sudah sering kita menyebarkan banyak kemudharatan pada orang lain? Tak peduli yang mana, namun yang terpenting adalah ketahuilah jika setiap manusia –siapa pun dia- pasti juga memiliki kesalahan, tidak ada manusia sempurna, dan sebaik-baik manusia yang membuat kesalahan adalah yang mau bertaubat. Mari jadilah yang terbaik… Saudaraku … Apa yang menghalangimu dalam membela agamamu? Apa hal-hal yang begitu merintangimu untuk beramal demi kejayaan Islam dan kaum muslimin yang ada di muka bumi? Dosa, noda, dan maksiat itukah yang menjadi penghalangmu? Ketahuilah, jika kau diam saja, tidak beramal karena merasa belum pantas berjuang, masih jauh dari sempurna, maka daftar noda dan maksiat itu semakin bertambah. Itulah tipu daya setan…

Munculnya azzam sebelum menikah memang perkara penting. Tanpa azzam, seseorang kadang maju-mundur dalam proses menuju pernikahan. Misal, ragu apakah mampu menikah di saat belum merasa mapan. Atau khawatir karena sedang menempuh studi. Atau karena ada halangan dari orang tua yang meminta untuk mendapatkan pekerjaan terlebih dahulu. Atau merasa ingin fokus di dakwah saja dulu. Nah hal-hal semacam ini biasanya hanya muncul pada seseorang yang azzam menikahnya belum kuat. Kalau memang belum siap untuk menikah, sebaiknya jangan memaksakan. Tetapi di saat yang bersamaan juga harus mempersiapkan diri. Berbicara tentang azzam menikah, bukan bicara masalah usia muda atau sudah tua. Banyak yang sudah cukup berumur misal usia 30 tahunan tetapi azzam menikahnya masih belum ada. Ada pula yang masih usia 20 tahunan namun sudah kuat azzamnya untuk menikah. Jadi azzam menikah itu kaitannya dengan keimanan dan ilmu. Apa Itu Azzam? Azzam adalah keinginan yang tegas tanpa keraguan. Termasuk keraguan adalah masih menyangsikan…

Salah satu nikmat terbesar bagi setiap manusia adalah lisannya. Tanpa lisan, manusia tak bisa berkata-kata. Sayang, tidak semua manusia memanfaatkan lisannya untuk hal-hal yang berguna. Tak sedikit mereka menggunakan lisannya untuk hal-hal yang sia-sia bahkan mengandung unsur dosa; berkata-kata kotor, keji, berdusta, menggunjing, memfitnah, bersumpah palsu, merayu wanita asing, dsb. Padahal setiap orang yang dianugerahi nikmat, termasuk nikmat memiliki lisan, pasti akan dimintai pertanggung jawaban. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Kemudian pasti kalian akn ditanya pada hari itu (Hari Kiamat) tentang nikmat (QS at-Takatstsur [102]: 8). Karena itu sudah selayaknya setiap Muslim memperhatikan, menjaga dan memelihara lisannya. Hendaklah setiap Muslim hanya menggunakan lisannya untuk hal-hal yang bermanfaat dan mendatangkan pahala. Jika tidak sanggup, maka Baginda Rasulullah ﷺ telah memberikan pedoman, “Man kâna yu’minu bilLâh wa al-yawm al-akhir, qul khayran aw liyashmuth (Siapa saja yang mengimani Allah dan Hari Akhir, katakanlah yang baik atau diamlah).” (HR al-Bukhari dan Muslim). Karena itu,…

Setiap orang yang beriman tentu meyakini bahwa tidak ada suatu peristiwa yang terjadi tanpa seizin Allah. Bahkan daun yang gugur pun, terjadi atas seizin-Nya. Pun di dalam setiap peristiwa seperti musibah, tidak akan terjadi tanpa seizinnya. Begitu pula dengan apa-apa yang menimpa diri kita. “Tidak ada suatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali dengan ijin Allah dan barangsiapa yang beriman kepada Allah niscaya Dia akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun (64) : 11) Bila kita sudah meyakini bahwa setiap apa yang terjadi dalam kehidupan kita adalah karena izin Allah, maka hati kita akan tenang. Karena tahu bahwa di setiap peristiwa bahkan musibah sekali pun, pasti Allah selipkan hikmah dan kebaikan di dalamnya. Saat dihadapkan dengan permasalahan, seringkali manusia terlalu yakin bahwa dirinyalah yang paling bisa menyelesaikan. Merasa paling kuat dan tidak memerlukan bantuan siapapun. Merasa bahwa keberhasilan adalah buah dari usaha sendiri. Dan…

Kita ini kadang aneh,” kata ustaz muda itu di hadapan jamaahnya. “Jika lahiriah kita sakit, kita cepat-cepat cari obat. Jika sakitnya ringan, cukup pake ‘obat warung’. Jika agak berat, buru-buru ke dokter. Jika berat dan gak sembuh-sembuh, kita segera ke rumah sakit. Kita bahkan rela dirawat dan mengeluarkan banyak uang jika sakitnya parah dan mengharuskan kita masuk rumah sakit.” “Tapi, coba kalau yang sakit batiniah kita, hati/kalbu kita. Kita kadang tak segera menyadarinya, apalagi merasakannya. Boro-boro terdorong untuk mencari obatnya,” imbuhnya. “Orang sakit itu, biasanya makan/minum gak enak. Sakit demam saja, kadang segala yang masuk ke mulut terasa pahit di lidah. Padahal tak jarang, orang sakit disuguhi makanan yang enak-enak, yang lezat-lezat, kadang yang harganya mahal-mahal pula. Namun, semua terasa pahit, gak enak, gak selera,” tegasnya lagi. “Sebetulnya, mirip dengan sakit lahiriah, sakit batiniah juga membuat penderitanya merasa ‘pahit’. Apa-apa gak enak, gak selera, gak semangat. Shalat berjamaah di masjid…