Makna Q.S. Al-Fatihah “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai di Hari Pembalasan. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” [Q.s. al-Fatihah: 1-7] Pertama, Allah SWT memulai dengan Basmalah, sebagaimana sabda Nabi: “Tiap ucapan atau perkara yang mempunyai nilai, yang tidak dibuka dengan menyebut Allah, maka ia sia-sia, atau terputus [keberkahannya].” Untuk mengajarkan kepada kita, tentang adab dan bagaimana seharusnya kita memulai sesuatu yang bernilai, baik ucapan maupun perbuatan. Adapun lafadz, “Allah”, bagi orang Arab, meski Kafir sekalipun, adalah nama yang sangat dikenal [a’rafu al-ma’arif], sehingga tidak ada satu pun orang Arab yang tidak mengenal nama tersebut. Sedangkan lafadz, “Ar-Rahman”, dan…
Mungkin beberapa dari kita ada juga yang cukup sering mendengar kisah-kisah para istri nabi. Dimana istri-istri tersebut tidak menikah lagi ketika sudah ditinggal oleh sang suami yang telah kembali ke pangkuan-Nya. Miungkin beberapa diantara kita ada juga yang merasa heran sehingga bertanya-tanya, “emang kenapa sih kok gak boleh nikah lagi?”, Sejauh ini rasanya masih banyak orang yang belum mendapatkan jawaban yang memuaskan sesuai dengan kaidah syara dari orang-orang yang dulu menceritakannya. Alhamdulillah, inysaAllah dalam tulisan ini kita semua bisa mendapatkan jawaban’nya, dan akan dibagikan juga pada sobat semua mengenai alasan-alasan para istri Nabi yang memutuskan untuk tidak menikah lagi, semoga bermanfaat ya gaes 😊 Satu hal yang perlu kita ketahui semua khususnya untuk para wanita, bahwa sesungguhnya kelak para wanita shalihah akan bersama suami terakhirnya (yang dinikahi sang istri terakhir sebelum dia meninggal) saat mereka berada di dalam Syurga kelak. Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wasallam: “Seorang wanita itu bersama suami terakhirnya.”…
Karena anak, dakwah gak jalan? Karena dakwah, anak gak keurus? Mungkin kita pernah menjumpai penyakit yang sering kali diidap sosok ibu yang juga bergelar ‘hamilatud dakwah’ ini. Bukan satu, tapi banyak. . Anak menjadi tameng untuk bermalas-malasan dalam gerak dakwahnya. Atau, dakwah dijadikan alasan untuk terlalu sibuk mengurus objek dakwah di luar sana namun umat terkecil di keluarganya terabaikan haknya. Nastaghfirullahal’adzim. . Menjadi seorang ibu adalah nikmat dari Allah. Ibu, tidak hanya mengurus anak kandungnya. Namun, ibu sekaligus hamilatud dakwah juga harus mengurus anak orang lain (umat). Meriayah keduanya (anak kandung dan riayahan) hingga benar-benar siap jadi generasi kuat, tentunya butuh sosok ibu yang hebat. . / Kenapa Harus Bahagia ? / . Mendapatkan anak kandung dan ‘anak riayahan’ dakwah merupakan anugrah. Sayangnya, banyak yang tidak menyadari hal ini. Seolah-olah, semakin banyak anak kandung dan anak riayahan hanyalah menambah beban. Jadi, ujian. Bahkan, musibah. Sehingga, mereka tidak bahagia dalam menjalaninya.…
Pengantar Sebagai orang Mukmin, jujur kita akui dan yakini, bahwa al-Qur’an, baik keseluruhan, maupun ayat per ayat, maknanya tidak pernah kering. Maha Benar Allah, Dzat yang telah menjadikan al-Qur’an sebagai sumber pemikiran, hukum dan pedoman hidup kita. Al-Qur’an benar-benar mukjizat abadi, seperti kata penyair Mesir, Syauqi. Diturunkan dengan menggunakan bahasa Arab, yang juga unik dan luar biasa. Kapan pun kita membaca al-Qur’an, dan dalam kondisi apapun, seolah ia hidup, dan bisa memberikan respons sebagaimana yang kita butuhkan. Itulah hebatnya al-Qur’an. Begitulah, ketika kita membaca al-Fatihah, surat yang tiap hari kita baca berulang-ulang tiap rakaat shalat kita, tak bosan kita cerna, dan gali maknanya. Di situ, kita akan menemukan kedahsyatannya. Tulisan ini, selain terinspirasi oleh Dr. Nourman Ali Khan, yang telah memberikan penjelasan luar biasa tentang makna Q.s. al-Fatihah, juga apa yang saya sendiri gali dari berbagai penjelasan dalam kitab, baik Tafsir maupun Qawaid Lughah. Karena penjelasan Dr. Nourman Ali Khan…
Masya Allah, kisah persahabatan yang patut dicontoh… Bismillah Salman Al Farisi sudah waktunya menikah. Seorang wanita Anshar yang dikenalnya sebagai wanita mu’minah shalihah juga telah mengambil tempat di hatinya. Tapi bagaimanapun, ia merasa asing di Madinah ini. Sebagai imigran asal Persia, melamar seorang gadis pribumi tentu menjadi sebuah urusan yang pelik. Gelegak hati itu akhirnya ia sampaikan kepada sahabat Anshar yang telah dipersaudarakan dengannya, Abu Darda’. Salman ingin Abu Darda’ menjadi juru bicara dalam proses Khitbah yang ingin ia lakukan. . ”Subhanallaah.. wal hamdulillaah.. ,” girang Abu Darda’ mendengarnya. Keduanya tersenyum bahagia dan berpelukan. . ”Saya adalah Abu Darda’, dan ini adalah saudara saya Salman seorang Persia. Allah telah memuliakannya dengan Islam dan dia juga telah memuliakan Islam dengan amal dan jihadnya. Dia memiliki kedudukan yang utama di sisi Rasulullah Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam, sampai-sampai beliau menyebutnya sebagai ahli bait-nya. Saya datang untuk mewakili saudara saya ini melamar putri Anda…
Hijab dan Akhlak Adalah 2 Aspek Berbeda Berhijab tapi akhlaknya masih banyak yang kurang benar? Iya, mungkin masih banyak yang kita lihat dari para muslimah. Tertawa masih keras, emosi tidak terkontrol, bercanda seringkali kelewatan dan tidak menjaga ucapan, serta masih sangat sering mengeluh… Iya, mungkin tidak jarang kita masih menemui hal tersebut dari para muslimah. Pasti terlintas dipikiran kalian… “Kok bisa berkerudung tapi kelakuannya masih seperti itu?” Begini sahabat, berkerudung bukan berarti berubah jadi malaikat… Bukan apa-apa, tapi para muslimah memang sedang berusaha untuk memenuhi kewajiban saya sebagai wanita, meskipun belum sepenuhnya memenuhi syari’at😊.. Jika engkau berjilbab kemudian ada org yg mempermasalahkan Akhlaq… Maka katakan kepada mereka… “bahwa antara jilbab dan akhlaq adalah 2 hal yg sangat berbeda…” Berjilbab adalah murni perintah Allah! Wajib bagi Wanita yg telah baligh… Sedangkan akhlaq adalah budi pekerti yg bergantung pada pribadi masing2…. Jika seorang berjilbab melakukan dosa atau pelanggaran, itu bukan karna jilbabnya…
Lebih dulu, penting kita pahami makna rizki. Pasalnya, selama ini, rizki sering dimaknai sekadar aneka rupa benda: uang atau makanan. Tidak jarang, kesehatan, kesempatan, bahkan hidayah kita sangka bukan rizki. Kata “rizki” berasal dari bahasa Arab: razaqa yarzuqu rizqun. Dalam kamus Maqayis Al-Lughah karya Ibu Faris, rizqun artinya segala pemberian Allah kepada kita. Sementara Abu Al-Baqa Al-Kafawi, dalam Al-Kulliyyat, mendefinisikan rizki adalah segala karunia yang dapat dimanfaatkan, baik yang bisa dimakan atau tidak bisa dimakan. Itulah makna rizki. Makanya, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rizki didefinisikan segala sesuatu pemberian Tuhan yang dipakai untuk memelihara kehidupan. Dengan demikian, banyak rizki yang bukan berwujud materi atau benda. Al-Qur’an sendiri puluhan kali menyebut rizki. Tidak seluruhnya bermakna materi atau benda. “Dan orang-orang yang berhijrah di jalan Allah, kemudian terbunuh atau mati, maka Allah akan berikan rizki yang baik.” Makna rizki di situ ialah surga. Ayat setelahnya, “…wa innallaha la huwa khairurraziqin,” artinya ialah “…sungguh Allah adalah sebaik-baik pemberi pahala.” (Qs Al-Hajj [22]: 58). Tegasnya, sekali…
Ilmu adalah simbol kemajuan suatu bangsa dan cahaya yang dikaruniakan Allah SWT kepada manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk ciptaan lainnya. Di antara kemuliaan orang yang berilmu adalah Allah akan mengangkat derajatnya di tengah-tengah umat manusia sesuai amalannya dan perbuatan baiknya terhadap manusia. Allah SWT akan mengangkat derajat mereka di surga sesuai dengan ilmu yang diamalkannya (Q.s. al-Mujadilah [58]: 11). Ilmu akan tetap kekal terhadap pemiliknya sekalipun ia telah meninggal dunia. Ilmu juga akan memudahkan pemiliknya menuju surga. Namun, sudah menjadi hal yang lumrah bahwa suatu perbuatan yang mulia, apalagi yang dapat mengantarkan seseorang masuk surga—dalam hal ini menuntut ilmu—memiliki banyak penghalang. Berikut ini adalah 10 penghalang dalam menuntut ilmu. Niat yang Rusak Niat adalah dasar dan rukun amal. Dalam Islam, faktor niat sangat penting. Apa saja yang dilakukan oleh seorang Muslim haruslah berdasarkan niat karena mencari ridha Allah, bukan berdasarkan sesuatu yang lain. Begitu pula dengan kita sebagai penuntut…
Dalam menuntut ilmu, ada beberapa penghalang yang bisa menggota serta menggoyahkan semangat kita untuk dapat terus istiqomah dalam menuntut ilmu. Tentu kita juga harus bisa menghindari dan mengatasinya. Berikut adalah diantara penghalang-penghalang tersebut: Enggan Belajar Pada Masa Kecil Banyak kita lihat anak-anak kecil pada era modern ini, mereka lebih suka bermain-main daripada belajar. Entah itu bermain game Playstation, ke warnet, dan lain-lain. Bermain boleh-boleh saja, akan tetapi itu hanya sekedar untuk menghilangkan rasa jenuh saja, bukan menjadi tradisi dan kebiasaan lagi bagi si anak. Dalam hal ini, orang tua sangat berperan sekali untuk membimbing dan mengawasi anak-anaknya dalam belajar, bukan membimbing dan mengawasi dalam hal bermain-main. Nah, dengan adanya pengawasan seperti ini agar supaya orang tua mengetahui apa yang dikerjakan oleh si anak, dan agar si anak fokus dalam belajarnya. Tidak Memberikan Perhatian Ketika Menuntut Ilmu Dewasa ini, kita melihat fenomena-fenomena yang terjadi dalam dunia pendidikan. Kita lihat ketika di kelas,…
🔮 Bismillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah wa ba’du, Menuntut ilmu adalah salah satu kewajiban yang harus kita kerjakan. Bahkan dibilang jika menuntut ilmu sendiri dimulai sejak lahir hingga ke liang lahat. Ilmu yang patut kit cari tentu saja ilmu agama lah yang diprioritaskan, meski pun ilmu dunia juga tidak masalah untuk kita pelajari. Dan ketika menuntut ilmu pun, ada adab dan akhlak serta nilai yang patut kita junjung dan perhatikan seperti berikut: *◆ Menyatukan Hati* Diantara *kewajiban* yang paling penting atas *para ahli ilmu baik para ustadz dan santri adalah berusaha untuk menyatukan barisan serta menyatukan hati diatasnya dan menghilangkan sebab-sebab kejelekan dan permusuhan* diantara mereka. Dan menjadikan hal ini sebagai prioritasnya. Mereka berusaha untuk menggapai hal ini dengan segala cara. Karena visi dan misinya satu sedangkan kebaikannya menyeluruh. Mereka melaksanakan tugas ini dengan *mencintai setiap ahli ilmu dan yang memiliki andil dalam ilmu*. Mereka tidak membiarkan onak dan…