1
Muslim Lifestyle

Bagaimana Seharusnya Seorang Mukmin Memposisikan Diri? Begini Nasihat Ali bin Abi Thalib

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Dalam kesehariannya, seorang mukmin harus berbeda dengan mereka yang belum beriman. Keimanannya harus membuat pikiran dan perilakunya berbeda, sehingga mencerminkan akhlaq seorang mukmin yang baik.

Lalu bagaimana cara tepat untuk memposisikan diri sebagai orang mukim? Kita bisa melihat nasihat dari Ali bin Abi Thalib. Ali bin Abi Thalib pernah bertutur “Jadilah manusia yang paling baik di sisi Allah, jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu sendiri, dan jadilah manusia biasa di hadapan orang lain”.

Jadilah Manusia yang Paling Baik di Sisi Allah

Seorang mukmin harus memiliki keinginan untuk menjadi hamba yang paling baik di sisi Allah. Di dalam hatinya, ada keinginan untuk dicintai Allah, dengan melaksanakan apa yang Allah perintahkan, serta meninggalkan apa yang dilarang Allah.

Setiap hari, kita dianjurkan untuk bertaqwa kepada Allah dengan sebenar-benarnya taqwa. Walaupun jika belum bisa, diperbolehkan berusaha taqwa semampu kita (mastatho’tum). Hal yang perlu diperhatikan adalah kita selalu berusaha istiqomah di jalan Allah.

Jadilah Manusia Paling Buruk dalam Pandangan Dirimu Sendiri

Orang yang mengetahui keburukan kita adalah kita sendiri. Karena itu, kita hendaknya memperhatikan cela dan aib yang ada pada diri sendiri. Jika memperhatikan setiap dosa yang kita lakukan, tentunya kita akan disibukkan untuk memperbaiki diri setiap hari. Tidak ada waktu dan kesempatan untuk melihat cela dan aib orang lain.

Nasihat Syekh Abdul Qadir al-Jailani

  • Jika bertemu orang lain, kita hendaknya memiliki pemikiran bahwa ‘Bisa jadi dia lebih baik dan lebih tinggi derajatnya di sisi Allah daripada diriku’.
  • Jika bertemu orang yang lebih muda, kita hendaknya berpikir, ‘bisa jadi anak kecil ini lebih mulia karena belum banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku telah banyak berdosa’.
  • Kalau bertemu orang yang lebih tua, kita hendaknya berpikir, ‘Orang ini telah lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada aku’.
  • Jika bertemu dengan orang ‘alim, hendaknya merasa ‘Orang ini telah diberi Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih, dan ia telah mendapatkan apa yang tidak aku dapatkan, mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya’.
  • Kalau bertemu orang yang bodoh, berkatalah dalam hati ‘Orang ini durhaka kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepadaNya padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu bagaimana umurku akan Allah akhiri atau dengan bagaimana umur orang bodoh ini akan Allah akhiri (khusnul khotimah atau su’ul khotimah)’.
  • Jika bertemu dengan orang kafir, berpikirlah ‘Aku tidak tahu, bisa jadi dia akan masuk Islam, lalu menyudahi seluruh amalnya dengan amal sholeh, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalku dengan amal buruk’.

Jadilah Manusia Biasa di Hadapan Orang Lain

Dikatakan oleh Syekh Nawawi, Allah tidak senang jika melihat hambaNya berbeda dari yang lain. Oleh karena itu, seorang mukmin hendaknya tidak memiliki keinginan untuk terlihat lebih dari pada orang lain. Keinginan tersebut akan berpotensi menjerumuskan manusia ke dalam kesombongan, dan Allah tidak menyukai orang yang sombong.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.