Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam adalah utusan Allah, sekaligus teladan bagi seluruh umat manusia. Jika kita ingin meniru perbuatan dan akhlak yang baik, maka tirulah Rasulullah. Termasuk dalam hal berhubungan dengan orang kafir, kita juga hendaknya meniru Rasulullah.
Semasa hidupnya, Rasulullah dikenal sebagai pribadi yang santun dan lembut. Kesantunan dan kelembutan Beliau bukan hanya untuk para Sahabat, namun juga kepada kaum kafir.
Rasulullah Menyantuni Nenek Yahudi
Walaupun orang kafir masih mengingkari keesaan Allah Subhanahu Wa Ta’ala, Rasulullah tidak menunjukkan sikap perang kepada mereka. Jika tidak ada peristiwa yang mengancam, Rasulullah selalu menunjukkan sikap yang lembut dan senantiasa menolong kepada seseorang yang kafir.
Salah satu kisah yang menunjukkan kesantunan beliau adalah kisah Rasulullah dengan nenek tua Yahudi yang tunanetra. Nenek yang setiap hari mengemis dan tinggal sendirian di itu dikenal sering memaki-maki, dan menjelek-jelekkan Rasulullah. Walaupun orang tua Yahudi tersebut menunjukkan kebencian yang terang-terangan terhadap Rasulullah, yang justru dilakukan Rasulullah adalah mendatanginya setiap hari.
Apa yang dilakukan Rasulullah terhadap nenek Yahudi yang tunanetra itu? Ternyata Rasulullah selalu datang untuk menyuapinya. Kepada nenek yang tuna netra itu, Rasulullah tidak menyebutkan bahwa dirinya adalah Muhammad yang senantiasa dijelek-jelekkannya. Bahkan sambil menyuapi, Rasulullah juga mendengar sumpah serapah dari orang tua Yahudi tersebut. Namun Rasulullah tetap menyuapi orang tersebut dengan lembut setiap hari, dan mendengarkan makian yang ditujukan kepadanya.
Abu Bakar Melanjutkan Kebiasaan Rasulullah
Saat Rasulullah telah wafat, Abu Bakar As Siddiq ingin meniru dan melanjutkan apa yang telah dilakukan Rasulullah. Abu Bakar kemudian tahu dari Aisyah bahwa Rasulullah setiap hari selalu mendatangi nenek tua Yahudi yang buta dan tinggal sendiri.
Abu Bakar pun mendatangi nenek Yahudi itu sambil membawa makanan, seperti yang biasa dilakukan oleh Rasulullah. Kedatangan Abu Bakar kemudian disambut oleh nenek Yahudi itu dengan gembira. Rupanya, ia telah menantikan kedatangan orang yang selalu menyuapinya setiap hari.
Abu Bakar kemudian mulai menyuapi orang tua tersebut. Saat Abu Bakar menyuapinya, nenek Yahudi yang buta itu terkejut dan bertanya, “siapa kamu?”. Abu Bakar berusaha meyakinkan bahwa ia adalah lelaki yang biasa datang. Nenek itu pun menyangkalnya, “Bukan. Yang biasanya datang selalu menyuapiku dengan makanan yang sudah lembut”. Mendengar kata-kata yang dilontarkan oleh orang tua yang itu, Abu Bakar pun tidak bisa menahan tangisnya.
Nenek Yahudi itu pun kemudian bertanya, “ke mana orang yang biasa menyuapiku?”. Abu Bakar menjawab, “Ia telah wafat”
Abu Bakar pun bertanya kepada nenek Yahudi itu, “Tahukah engkau, siapa yang datang kepadamu setiap hari dan menyuapimu?”. Abu Bakar kemudian berkata, “dialah Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam”. Abu Bakar pun menjelaskan bahwa dia adalah Abu Bakar As Siddiq.
Mendengar jawaban dari Abu Bakar, orang tua Yahudi yang tunanetra itu pun kaget bukan kepalang. Pecahlah tangis nenek Yahudi tersebut. Ia tidak menyangka bahwa selama ini yang telah berbuat baik dan bersikap lembut terhadapnya adalah Rasulullah Muhammad yang selalu dibenci dan dihinanya. Di hadapan Abu Bakar, nenek Yahudi itu pun bersyahadat dan masuk Islam.
Dari kisah tersebut, kita bisa mencontoh akhlaq Rasulullah yang selalu bersikap baik, santun dan lembut. Bahkan kepada orang kafir yang membenci beliau terang-terangan, Rasulullah tetap menunjukkan sikap yang mulia.