🌹UNTUKMU PARA IBU RUMAH TANGGA🌹
Jangan bu… Jangan dulu dilanda sendu…
Ketika Engkau mendengar kabar, di kantor barunya sahabatmu kembali mendapat promosi, serta merta dirimu merasa tak berarti sebab hanya tumpukan pakaian kotor yg Kau hadapi sehari2.
Tarik nafasmu, hembuskan perlahan bu… Luruskan niatmu lagi!
Jangan Kau ganggu kekhusyukanmu mencuci dengan perasaan bahwa dirimu tak memiliki prestasi.
Mencuci baju, memantau ketersediaan stok pakaian bersih dan suci, serta mengatur pendistribusian baju siap pakai kedalam lemari, bukanlah sekadar rutinitas yg tak berarti. Jika niatmu agar senantiasa terjaga kebersihan yg adalah separuh dari iman, supaya pakaian suci, yg menjadi syarat diterimanya shalat anggota keluargamu, senantiasa terpenuhi, maka itu adalah amalan yg bernilai tinggi.
Cobalah kalkulasi, berapa pahala yg menyertaimu setiap mereka sholat 5 kali sehari. Dikali seminggu, sebulan, setahun…
Jika Engkau ikhlas bu, melakukan semuanya semata demi meraih ridha Allah Ta’ala, Engkau adalah manajer yg paling berprestasi ketika Yaumul Hisab tiba.
Jangan bu… Jangan dulu dihantui cemburu…
Saat di media sosial Kau dapati, sederet foto teman yg sedang melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri, tiba2 Engkau merasa dunia begitu kelabu karena mengantar anak2 ke sekolah adalah perjalanan dinas terjauhmu.
Tarik nafasmu, hembuskan perlahan bu… Kukuhkan kesabaranmu lagi!
Jangan kau usik ketekunanmu mendidik anak2 dengan anggapan bahwa Kau tak memiliki kompetensi.
Menjadi madrasatul ‘ula bukan tugas mudah dan perkara remeh belaka. Dibutuhkan kehandalan berpikir dan berstrategi. Sungguh tak mudah ‘menaklukkan’ anak2, meski itu anakmu sendiri. Karenanya, ketika Engkau memutuskan bahwa Engkau lah yg memegang kendali, bukan guru privat atau guru mengaji, sesungguhnya Engkau tengah melakukan investasi yg tak pernah mengenal kata rugi.
Cobalah dirinci. Untuk satu saja kebaikan yg Engkau ajarkan kepada anak2mu, lalu ia amalkan di sepanjang umurnya, untuk setiap huruf hijaiyah yg Engkau kenalkan padanya, hingga ia bisa membaca dan menghapal surat demi surat dalam Al-Quran dengan baik dan benar, lalu ia baca surat2 itu di setiap shalatnya, setiap hari, selama berbulan2 hingga berpuluh2 tahun kemudian. Betapa banyak pahala yg mengalir padamu meski ruh tak lagi dikandung badan.
Jika Engkau ikhlas bu, melakukan semuanya semata demi meraih ridha Allah Ta’ala, Engkau adalah pebisnis paling sukses saat menghuni alam barzah.
Jangan bu… Jangan dulu didera pilu…
Kala sampai berita seorang kawan hendak melanjutkan pendidikannya ke jenjang yg lebih tinggi, sekonyong2 Engkau sedih karena merasa tak mampu lagi meng-up grade diri.
Tarik nafasmu perlahan bu… Kencangkan semangatmu lagi!
Jangan kau rusak keistiqamahanmu dalam menuntut ilmu syar’i dengan anggapan itu tak bisa menaikkan gengsi.
Mengkaji kitab2 ulama dalam sebuah majelis ilmu, yg rutin Kau hadiri pada waktu2 tertentu adalah cara meng-up grade diri yg paling diridhai Allah Jalla jalaluhu. Setiap langkah yg menyeretmu sampai majelis itu, setiap tetes bahan bakar yg meluncurkan kendaraanmu menuju ke sana akan diganjar dengan pahala.
Dan tidaklah Engkau duduk di dalamnya dengan penuh ketakziman, kecuali malaikat tengah merentangkan sayapnya, merengkuhmu dengan segenap keberkahan. Ia akan memohonkan untukmu suatu anugerah berharga bernama sakinah. Sebuah ketentraman jiwa yg belum tentu Engkau dapatkan ketika menuntut ilmu selain ilmu agama di universitas manapun di seluruh dunia.
Jika Engkau ikhlas bu, melakukan semuanya semata demi meraih ridha Allah Ta’ala, Engkau adalah penuntut ilmu dengan sebaik2 gelar ketika seluruh manusia berkumpul di Padang Mahsyar.
Jangan bu… Jangan Engkau lakukan itu!
Mengukur segala ‘kemewahan’ yg Engkau punya dengan nilai2 yg berlaku di dunia. Profesimu itu mulia, sungguh amat mulia. Terlalu mulia untuk kau sandingkan dengan dunia yg buruk lagi hina.
*Nasehat ini terlebih2 untuk diriku sendiri, yg masih amatir dalam profesi ini.
Baraakallahufiikum