1
Sejarah Islam

Ini Alasan Bukan Rasulullah yang Menulis Al Quran

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Salah satu keistimewaan Al Quran adalah diturunkan kepada seseorang yang Ummi, yaitu Rasulullah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Arti ‘ummi’ adalah seseorang yang tidak bisa membaca, menulis, atau menggunakan ilmu hisab. Keistimewaan itu ditegaskan oleh Allah di dalam Al Quran. Namun siapa sangka ternyata bukan Rasulullah yang menulis Al Quran, apa alasannya?

Allah berfirman di surat Al Ankabut ayat 48, “Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al Quran) sesuatu Kitabpun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu Kitab dengan tangan kananmu; andaikata (kamu pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari(mu).”  

Baca juga: Bikin Penasaran, Ini Keajaiban Al Quran pada Sidik Jari Manusia

Karakteristik Rasulullah yang ummi ini juga telah disebutkan dalam kitab-kitab sebelumnya. Rasul sebelumnya juga telah memberikan peringatan agar kelak mengikuti rasul terakhir yang tidak bisa membaca dan menulis tersebut. 

Orang yang Beruntung adalah yang Beriman terhadap Petunjuk Rasul yang Ummi 

Allah berfirman, “Orang-orang yang mengikut Rasul (yang merupakan) Nabi yang ummi (tidak bisa membaca, menulis, dan menggunakan ilmu hisab) yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan hal-hal yang ma’ruf dan melarang mereka dari hal-hal yang mungkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk, dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur’an) adalah orang-orang yang beruntung.” (QS.Al A’raf: 157) 

Di surat tersebut, dijelaskan bahwa mereka yang beruntung adalah yang bersedia mengikuti Rasul yang ummi, beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya, serta mengikuti petunjuknya. Namun perlu diingat, bahwa walaupun Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam adalah seseorang yang ummi, bukan berarti beliau tidak memiliki ilmu, tidak cerdas, dan tidak mampu untuk menghafal. 

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!

Hikmah Diturunkannya Al Quran kepada Seseorang yang Ummi 

Umroh.com merangkum, diturunkannya Al Quran kepada seseorang yang Ummi menjadi bukti bahwa kitab tersebut bukanlah hasil karangan seseorang. Orang-orang yang menolak untuk beriman bisa saja mencari pembenaran tentang kepalsuan Al Quran, bahwa kitab tersebut ditulis oleh seseorang yang bisa memperoleh pengetahuan dengan membaca kitab-kitab sebelumnya. 

Sementara itu, orang-orang yang beriman juga akan semakin yakin, bahwa Al Quran benar-benar kitab yang berisi Wahyu dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala, yang memiliki dan menciptakan alam semesta. 

webinar umroh.com

Jadilah tamu Allah dengan temukan caranya di Umroh.com!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]

Jika Bukan Rasulullah, Lalu Bagaimana Al Quran Disusun? 

Al Quran, yang bisa kita baca saat ini, adalah kitab yang telah melewati proses penyusunan. Wahyu dan firman Allah diturunkan kepada Rasulullah secara berangsur-angsur dan tidak berurutan, seperti yang tercantum dalam Al Quran saat ini. 

Menurut para ulama, ada beberapa pendapat yang menjelaskan tentang proses penyusunan Al Quran. Sebagian besar ulama berpendapat bahwa yang mengurutkan surat di dalam Al Quran adalah para Sahabat, setelah sebelumnya dihimpun secara langsung oleh Rasulullah. 

Sebelum masa pemerintahan Utsman bin Affan, mushaf yang dimiliki oleh para Sahabat memiliki urutan yang berbeda-beda. Banyak dari sahabat Rasulullah mengurutkan surat-surat tersebut berdasarkan ayat yang mereka terima dari Rasulullah. Antara satu Sahabat dengan Sahabat lainnya memiliki mushaf dengan urutan surat yang berbeda-beda.  

Misalnya mushaf milik Ali Bin Abi Thalib yang urutan surat di dalamnya sesuai dengan urutan diturunkannya kepada Rasulullah. Yaitu diawali dengan surat Al Alaq, kemudian Al Mudatsir, surat Qaf, kemudian surat Al Muzzammil, Al Lahab, At Takwir, dan sebagainya. Sementara ada juga Sahabat lain, seperti Ubay bin Ka’ab, yang menyusun mushaf Al Quran dengan didahului surat Al Fatihah, Al Baqarah, An Nisa, Ali Imran, lalu Al An’am. 

Di masa pemerintahannya, Utsman bin Affan kemudian memerintahkan para sahabat untuk menyusun Al Quran, dan mengawalinya dengan tujuh surat terpanjang atau Sab’u at-Thiwal. 

Dikisahkan oleh Utsman bin Affan, bahwa ketika ayat-ayat Al Quran itu turun kepada Rasulullah, beliau memanggil sebagian Sahabat yang menulis Al Quran, kemudian berkata, “Letakkanlah ayat-ayat ini dalam surat, yang di dalamnya disebutkan ayat ini dan itu”. 

Selain pendapat tersebut, ada juga ulama yang berpendapat bahwa urutan surat-surat dalam Al Quran merupakan tawqifi dari Rasulullah. Para ulama berpegang pada dalil bahwa ketika masa Utsman bin Affan, para Sahabat lain bersepakat dengan mushaf yang ada. Sementara mushaf yang berbeda telah dilenyapkan agar tidak terjadi fitnah di kalangan umat muslim. Jadi, penertiban surat-surat dalam Al Quran telah dilakukan pada zaman Rasulullah masih hidup. 

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!

Rasulullah bersabda kepada para Sahabat, “Telah turun kepadaku hizb (bagian) Al-Qur’an, sehingga aku tidak ingin keluar sampai selesai.” Aus bin Hudzaifah menjelaskan bahwa kemudian ia bertanya kepada para sahabat Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, ‘Bagaimana kalian membagi pengelompokan Al-Qur’an?’ Para Sahabat menjawab, ‘Kami membaginya menjadi tiga surat, lima surat, tujuh surat, sembilan surat, sebelas surat, tiga belas surat, dan hizb Al-Mufashshal yaitu dari surat Qaf sampai akhir’” (HR. Ahmad). 

Pendapat tersebut juga memiliki sanggahan. Riwayat tersebut hanya berlaku bagi beberapa surat, sehingga muncul pendapat ketiga. Ada ulama yang berpendapat bahwa kebanyakan surat-surat dalam Al Quran telah diketahui urutannya sejak masa Rasulullah masih hidup. Sementara penertiban surat lainnya diserahkan kepada generasi selanjutnya.