Umroh.com – Karakter dalam Islam dikenal dengan istilah akhlak, yaitu kondisi lahir dan batin manusia. Akhlak terbagi menjadi akhlak baik dan akhlak buruk. Karakter individu sesungguhnya pun cerminan dari apa yang ada dalam diri individu. Termasuk hal nya memiliki sifat tawadhu. Tidak ketinggalan juga dalil tawadhu yang mana wajib bagi seorang umat muslim miliki.
Perlu dipahami bahwa, sikap bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok
Baca juga : Pengertian Sombong dalam Islam dan Penyebabnya
Dalil Tentang Tawadhu
Umroh.com merangkum, orang yang tawadhu menyadari bahwa apa saja yang dia miliki, baik bentuk rupa yang cantik atau tampan, ilrnu pengetahuan, harta kekayaan, maupun pangkat dan kedudukan dan lain-lain sebagainya, semuanya itu adalah karunia dari Allah SWT. Dengan kesadaran seperti itu sama sekali tidak pantas bagi dia untuk menyornbongkan diri sesama rnanusia, apalagi menyombongkan diri terhadap Allah SWT.
Manusia pada dasarnya bersifat lemah, apabila dia mempunyai kekuatan atau kemampuan itu hanya terbatas. Hal itu senada dengan firman Allah SWT yang artinya :
“ Karena Manusia Diciptakan ( bersifat )Lemah”. ( Q.S an-Nisa : 28 )
Melalui kesadaran itu maka engganlah manusia berlaku angkuh di hadapan Allah SWT maupun di hadapan makhluk-Nya. sebaliknya manusia senantiasa mengembangkan perilaku tawadhu. Sebagai wujud tawadhu, Allah SWT memberikan tuntutan perilaku pergaulan dalam masyarakat sebagaimana disebutkan dalam surah Luqman ayat 18 – 19 yang artinya :
“ Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia ( karena sombong ) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah SWT tidak menyukai orang – orang yang sombong dan membanggakan diri. Dan sederhanakan lah dalam berjalan dan lunakkan lah suara-mu. Sesungguhnya seburuk – buruk suara ialah suara keledai ”.
Dari ayat diatas disebutkan bahwa kita dilarang memalingkan muka dari sesama manusia, sebaliknya kita diperintahkan supaya bersifat ramah dan tawadhu kepada manusia. Diantara perilaku tawadhu yang lain ialah tidak berjalan sombong dan berbicara dengan halus serta sopan.
Terhadap orang tua kita pun hendaknya bersikap tawadhu tidak boleh keras dan mencelanya sekalipun kita lebih pandai atau kaya dan berpangkat. Dalam surah al – Isra ayat 24 disebutkan yang artinya :
“ Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah, “ Wahai Tuhanku, Sayangilah keduanya sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku pada waktu kecil ”.
Seseorang yang akan memohon kepada Allah SWT juga harus dengan sikap tawadhu dan berbahasa yang halus sehingga mudah terkabul doanya. Sebaliknya orang yang berdoa kepada Allah SWT dengan sikap sombong dan berlebihan maka dia termasuk orang yang melampaui batas. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surah al- Araf ayat 55 yang artinya :
“ Berdoalah kepada Tuhanmu dengan rendah hati dan suara yang lembut. Sungguh, Dia tidak menyukai orang – orang yang melampaui batas ”.
Bila hidup bukan untuk ridha Allah lantas apalagi yg engkau cari? Segera penuhi panggilan-nya bersama Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Keutamaan Memiliki Sifat Tawadhu
Salah satu sifat orang yang bertakwa adalah selalu merendahkan diri dan hatinya, berperilaku layaknya padi yang ‘semakin menunduk saat semakin berisi. Berikut ini Keutamaan sifat tawadhu :
1. Tidak akan membuat derajat seseorang menjadi rendah
Malah dia akan dihormati dan dihargai. Masyarakat akan senang dan tidak ragu bergaul dengannya. Bahkan lebih dari itu derajatnya di hadapan Allah SWT semakin tinggi.
“Sedekah tidaklah mengurangi harta. Tidaklah Allah menambahkan kepada seorang hamba sifat pemaaf melainkan akan semakin memuliakan dirinya. Dan juga tidaklah seseorang memiliki sifat tawadhu’ (rendah hati) karena Allah melainkan Allah akan meninggikannya.” (HR. Muslim no. 2588). Orang yang memiliki sifat tawadhu justru orang yang memiliki derajat tinggi di mata Allah sebab ia mampu menahan bahaya hawa nafsu dalam islam.
2. Sifat Para Rasul
Para Nabi pun juga selalu rendah hati, padahal mereka adalah manusia pilihan Allah SWT. “Dan sesungguhnya Allah mewahyukan padaku untuk memiliki sifat tawadhu’. Janganlah seseorang menyombongkan diri (berbangga diri) dan melampaui batas pada yang lain.” (HR. Muslim no. 2865). Keutamaan dan pentingnya mengenal rasul sebagai orang yang paling mulia tidak pernah merasa sombong terlebih kita semua yang hanya manusia biasa yang berlimpahan dosa, tentu kita wajib menjadi seseorang yang tawadhu.
3. Kedudukan Tinggi
Imam Asy Syafi’i berkata di dalam dalil tawadhu, “Orang yang paling tinggi kedudukannya adalah orang yang tidak pernah menampakkan kedudukannya. Dan orang yang paling mulia adalah orang yang tidak pernah menampakkan kemuliaannya.” (Syu’abul Iman, Al Baihaqi, 6: 304). Orang yang mulia ialah orang yang tawadhu dan tidak sombong.
4. Jauh dari Laknat Allah
Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Siapa yang maksiatnya karena syahwat, maka taubat akan membebaskan dirinya. Buktinya saja Nabi Adam ‘alaihis salam bermaksiat karena nafsu syahwatnya, lalu ia bersitighfar (memohon ampun pada Allah), Allah pun akhirnya mengampuninya. Namun, jika siapa yang maksiatnya karena sifat sombong (lawan dari tawadhu’), khawatirlah karena laknat Allah akan menimpanya. Ingatlah bahwa Iblis itu bermaksiat karena sombong (takabur), lantas Allah pun melaknatnya.”
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
Setiap orang tentunya pernah berbuat salah, belum tentu orang yang salah lantas menjadikan alasan untuk sombong dan merasa lebih baik darinya sebab tidak ada yang mengetahui akhir dari hidupnya yang mungkin ia akan bertaubat sungguh sungguh dan menjadi manusia yang lebih baik, sebab itu wajib untuk tidak memandang buruk pada orang lain.