1
News

Di Negara yang Waktu Siangnya Sangat Lama, Bagaimana Jam Imsak dan Berbukanya?

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umat muslim diperintahkan untuk melakukan ibadah puasa, terutama puasa wajib di bulan Ramadhan. Puasa sendiri didefinisikan sebagai menahan nafsu dan hal-hal yang membatalkan puasa lainnya dari terbit fajar hingga tenggelamnya matahari.

Dari definisi tersebut, orang Indonesia akan memahami bahwa puasa berlangsung selama sekitar 13 jam. Indonesia memang letaknya tepat di garis khatulistiwa, sehingga Subuh di bulan Ramadhan rata-rata datang pukul jam 4.30, dan berbuka pada saat Maghrib di sekitar pukul 17.45. Tentunya waktu sahur dan berbuka ini disesuaikan dengan waktu subuh dan maghrib di masing-masing zona waktu di Indonesia.

Waktu Berpuasa sebagaimana Tercantum di Al Qur’an

Kondisi ini juga hampir sama dengan kondisi di Arab, letak diturunkannya perintah puasa. Allah memerintahkan umat muslim untuk berpuasa sebagaimana tercantum dalam surat Al Baqarah ayat 187, bahwa kita diperintahkan “..makan dan minumlah hingga jelas bagimu mana benang putih dan mana benang hitam karena Fajar”.

Menurut para ulama, ayat ini diturunkan dan ditujukan kepada masyarakat yang saat itu mendiami letak geografis yang mirip dengan letak geografis Arab. Maksudnya, ayat ini menyasar kepada daerah yang juga memiliki durasi siang dan durasi malam yang sama dengan durasi siang dan malam di Arab. Di Arab Saudi sendiri, bulan Ramadhan biasanya jatuh di musim panas, dan warga di sana berpuasa selama rata-rata 14 jam.

Kondisi Khusus, di Negara dengan Waktu Siang / Malam Terlalu Lama

Para ulama menilai ayat ini tidak menyasar pada letak geografis yang sifatnya langka,  seperti yang waktu siangnya lebih panjang atau malamnya terlalu lama. Misalnya di negara Skandinavia seperti Swedia, Norwegia, dan Finlandia, yang mataharinya terbit selama kurang lebih 21 jam di bulan Ramadhan. Atau seperti di Rusia, di mana matahari bersinar selama 19 jam saat bulan Ramadhan.

Waktu puasa, seiring dengan waktu shalat di negara-negara tersebut, tentu akan mengalami perbedaan dengan waktu di Arab, tempat diturunkannya perintah puasa dan shalat.

webinar umroh.com

Keputusan para Ulama

Untuk umat muslim yang berada di negara-negara tersebut, para ulama menggunakan metode ilhaq, yaitu menyamakan hukum suatu kasus atau masalah yang belum dijawab oleh kitab dengan kasus atau masalah serupa yang telah dijawab oleh kitab (menyamakan dengan pendapat yang sudah jadi). Dengan metode tersebut, umat muslim yang berada di belahan dunia di mana waktu siang atau malam yang terlalu lama, tidak menggunakan terbit dan tenggelamnya matahari sebagai penanda waktu shalat atau puasa.

Mengambil Perhitungan Waktu dari Negara Terdekat

Mereka bisa mengambil perhitungan waktu imsak dan berbuka dari negara terdekat, yang memiliki durasi siang dan malamnya cenderung berimbang. Jadi mereka bisa tetap berpuasa dan berbuka puasa walaupun matahari masih belum tenggelam.

Para ulama berpendapat, pilihan tersebut menjadi alternatif untuk mematuhi perintah Allah dalam Al Qur’an, tanpa menimbulkan kemudharatan bagi umat muslim yang mengamalkannya. Menurut para ulama, Allah sendiri tidak menghendaki kesulitan bagi umatnya. Para ulama menjalankan pilihan ini dengan tetap menjaga norma-norma umum, sesuai dengan kaidah fiqih: bahwa turun ke realitas yang lebih rendah dimungkinkan ketika udzur  mewujudkan idealitas yang lebih tinggi.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.