Umroh.com – Para muadzin pada dasarnya membiasakan diri untuk bersholawat untuk Nabi SAW sebelu mengumandangkan adzan. Ada pula yang membaca surah Al Ahzab ayat 56 barulah diiringi dengan sholawat kepada Rasulullah SAW. Namun, tau tidak kalau ternyata sampai saat ini belum ditemukan dalil yang shahih mengenai hal tersebut. Lalu bagaimana sih bunyi doa sebelum adzan yang wajib dihafalkan?
Hal ini pun membuat sejumlah umat Islam bertanya-tanya mengenai dalil shahih. Adakah penjelasannya?
Baca juga: Belajar Adzan Yuk! Ini Tata Cara Adzan yang Benar
Bunyi Doa Sebelum Adzan
Umroh.com merangkum, sebagian besar ahli hadits menilai, hadits yang digunakan oleh ulama sebagai landasan sholawat tersebut ternyata memiliki riwayat yang bermasalah secara sanad. Hadits yang digunakan ternyata diriwayatkan oleh Imam Thabarani dalam Mujam al-Ausath-nya sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ : كَانَ بِلَالٌ إِذَا أَرَادَ أَنْ يُقِيمَ الصَّلَاةَ قَالَ : السَّلَامُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ، الصَّلَاةَ رَحِمَكَ اللَّه.
Dari Abi Hurairah, ia berkata: Sahabat Bilal biasanya ketika akan mengumandangkan iqamah salat (ada juga yang memahaminya sebagai azan) membaca salawat berupa, “Keselamatan untukmu wahai Nabi Muhammad Saw dan rahmat serta kasih sayang Allah. Kita akan salat, semoga Allah merahmatimu”
Menurut al-Haitsami, hadits tersebut termasuk hadits yang bermasalah, karena di dalam rangkaian sanadnya terdapat seorang perawi yang pernah meriwayatkan beberapa hadits tanpa diketahui sumbernya menurut Ibn Hajr al-Atsqalani dalam karyanya Lisan al-Mizan. Ia bernama Abdullah ibn Muhammad ibn al-Mughirah, seorang dari Kufah yang pernah menetap di Mesir. Ia dianggap lemah oleh para kritikus hadis. Imam al-Daruquthni ditanya oleh al-Sulami terkait kepribadian Abdullah ibn Muhammad, beliau menjawab kalau ia adalah seorang perawi yang dhoif (lemah).
Namun Ibn Adi, seorang kritikus hadits berpendapat bahwa hadits dari Abdullah ibn Muhammad ibn al-Mughirah seringkali tidak diperkuat oleh jalur yang lain, namun meski lemah, hadits-haditsnya tetap bisa dirujuk.
Dalil Doa Sebelum Adzan
Selain hadis tersebut, ada juga hadits lain yang memiliki redaksi hampir mirip. Hadits ini pernah dikutip oleh Imam al-Suyuthi dalam karyanya Jami al-Ahadits:
“Adalah Bilal ketika azan, ia mendatangi Nabi Muhammad Saw sembari mengucapkan salam kepadanya. Lalu Bilal berkata : Salat akan didirikan wahai Rasul, marilah salat dan menuju kebahagian wahai utusan Allah.”
Namun, hadits ini juga tergolong bermasalah lantaran salah satu perawinya yakni Kamil Abu al-Ala didhoifkan oleh Ibn Hibban dan al Nasai. Meski demikian, Ibn Main menganggap sebagai perawi yang tsiqah (terpercaya). Ibn Hajar juga memilih pendapat yang menyebutkan bahwa ia adalah seorang perawi yang shaduq (jujur) meski kadang beberapa kali keliru dalam meriwayatkan hadis.
Jadilah tamu istimewa Allah dengan temukan paket umroh terbaik di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Kesimpulan Doa Sebelum Adzan
Karena kita sudah mengetahui bahwa dalil sholawat sebelum adzan bersumber bukan dari hadits shahih, lantas bolehkah kita menggunakannya? Jawabannya adalah boleh, selama hadits tersebut tidak berbicara soal aqidah atau putusan halal-haram. Ibn Hajar al-Haitami dalam kitab al-Durr al-Mandhud pernah mengutip pendapat sebagai berikut:
“Para imam dari kalangan ahli hadis dan ahli fikih telah sepakat, sebagaimana yang disebutkan juga oleh Imam al-Nawawi dan lainnya, tentang bolehnya beramal dengan hadis dhoif dalam hal fadhail (keutamaan-keutamaan), anjuran kebaikan dan ancaman keburukan. Tidak dalam perkara yang berkaitan dengan hukum halal dan haram, selama tingkat kedhoifannya tidak terlalu parah.”
Pada hakikatnya, hadits dhoif bukanlah hadits maudhu (palsu) yang harus ditolak atau dibuang. Melainkan, banyak ulama yang mengamalkan hadits-hadits dhoif selama kedhoifannya tidak terlalu parah.
Dengan demikian dapat kita pahami bahwa persoalan ini merupakan persoalan khilafiyah (perbedaan pendapat) dikalangan ulama. Namun setidaknya, dengan mamahami dalil dan perbedaan ini bisa membuat kita untuk bersikap lebih bijak dalam menilai perbedaan pendapat antar ulama selama tidak bersinggungah dengan aqidah ataupun mempersoalkan halal-haramnya suatu perbuatan. Ditambah, kita perlu memahami bahwa tidak ada istilah bid’ah dalam persoalan yang masuk dalam ranah perbedaan pendapat ini.
Jadi, janganlah semerta-merta kita menilai mereka yang melakukan hal ini buruk, bid’ah dan semacamnya. Karena ulama sendiri telah sepakat bahwa meski dhoif, hal tersebut masih diperbolehkan untuk dilakukan. Terlebih persoalan sholawat yang sudah seharusnya kita lakukan sebagai ummat Nabi Muhammad SAW.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Itulah bunyi doa sebelum adzan yang bisa kita pelajar yakni dengan bersholawat untuk Nabi SAW. Semoga artikel ini bermanfaat dan semakin membuat kita terbuka pikirannya ya!