Begitu lahir, Rasulullah disusukan kepada seorang wanita desa yang bernama Halimah as-Sa’diyah. Halimah menerima Muhammad SAW yang masih bayi dan baru lahir, kemudian digendongnya untuk kembali ke kampungnya di Badui Bani Sa’ad. Selama empat tahun, Nabi Muhammad kecil diasuh oleh Halimah. Hingga kemudian saat ia berusia 4 tahun, Muhammad SAW kecil kembali dalam asuhan ibunya.
Saat dalam asuhan ibunya, Aminah Muhammad SAW diajak ke makam Ayahnya di dekat Madinah. Saat itu kakek Rasulullah, Abdul Muthalib juga ikut dalam perjalanan. Namun dalam perjalanan pulang dari makam, Aminah mengalami sakit keras. Ia demam, lalu menemui ajalnya di perjalanan. Aminah yang wafat itu kemudian dikuburkan di Al Abwa, sebuah dusun yang ada di antara kota Madinah dan Mekkah. Muhammad SAW kecil dan sang kakek, Abdul Muthalib kemudian kembali ke Mekkah.
Muhammad SAW Diasuh Abdul Muthalib dengan Penuh Kasih Sayang
Selama di Mekkah, Muhamamd SAW diasuh oleh kakeknya dengan penuh kasih sayang. Abdul Muthalib selalu berusaha menyenangkan hati cucu kesayangannya itu.
Alkisah, Abdul Muthalib memiliki sebuah hamparan tempat duduk di bawah Ka’bah. Semua anak-anak Abdul Muthalib biasa duduk di sekeliling hamparan itu. Saking mulianya tempat itu, tidak ada anak-anaknya yang berani duduk mendekat ke hamparan tersebut jika Abdul Muthalib belum datang. Itu karena mereka sangat menghormati Abdul Muthalib sebagai ayahnya.
Rasulullah yang saat itu masih kanak-kanak suatu ketika duduk di atas hamparan tersebut. Anak-anak kakeknya, yang berarti adalah paman-pamannya, kemudian menghampirinya dan hendak mengambilnya dari hamparan tersebut. Mereka berusaha meraih tangan Rasulullah agar bisa ditarik mundur dari hamparan milik Abdul Muthalib itu.
Melihat hal tersebut, Abdul Muthalib pun berkata, “Biarkan cucuku berbuat sekehendaknya. Demi Allah, ia kelak akan mempunyai kedudukan penting”. Abdul Muthalib kemudian meraih Muhammad kecil dan mendudukkannya di dekatnya.
Dengan penuh kasih sayang, dielus-elusnya punggung Muhammad SAW kecil dengan tangannya. Abdul Muthalib berusaha menyenangkan hati cucunya itu, dan membiarkannya berbuat sesuai dengan apa yang ia inginkan agar ia merasa senang.
Selepas Waftnya Abdul Muthalib, Muhammad SAW Diasuh Pamannya
Abdul Muthalib kemudian wafat dan meninggalkan Muhammad SAW yang masih kecil. Muhammad kecil kemudian diasuh oleh pamannya, Abu Tholib. Sebelumnya, Abdul Mutholib telah mewasiatkan agar Abu Tholib yang mengasuh Muhammad kecil.
Abu Tholib juga merupakan seseorang yang penyayang. Dalam asuhannya, Nabi Muhammad dibesarkan dengan penuh kasih sayang dan dijaga dengan hati-hati. Jika Abu Thalib berdagang, Muhammad SAW kecil selalu diajaknya. Hingga kemudian Muhammad diajak pamannya itu berdagang hingga ke negeri Syam.
Suatu ketika saat Abu Thalib dan Muhammad melakukan perjalanan ke negeri Syam, tiba-tiba Abu Thalib memutuskan untuk kembali pulang ke Mekkah. Saat itu, Nabi Muhammad dihalang-halangi masuk ke ibukota Syam karena ada seorang pendeta yang melarangnya. Pendeta tersebut menasehati Abu Thalib agar membawa kembali Muhammad SAW pulang, karena kelak ia akan memikul sebuah pekerjaan yang besar.