Umroh.com – Junub merupakan keadaan yang tidak suci termasuk dalam kategori hadas besar. Hadas besar hanya bisa disucikan dengan mandi wajib. Ada hal yang menyebabkan seseorang junub, yaitu keluarnya air mani, berhubungan seksual suami isteri, meninggal dunia, haid, dan nifas. Lalu apa saja hal yang dilarang bagi orang junub? Berikut penjelasannya.
Hal yang Dilarang Bagi Orang yang Junub
Berikut ini beberapa hal yang dilarang bagi orang yang junub, diantaranya.
1. Sholat
Sholat merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dalam melakukan sholat kita harus suci dari hadas keil maupun hadas besar. Mensucikan diri dari hadas kecil cukup dengan berwudhu. Namun berbeda dengan mensucikan diri dari hadas besar harus melakukan mandi wajib.
Berdasarkan firman Allah ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (QS. An-Nisa’ 4 : 43).
Baca juga: Bolehkah Tayamum Sebagai Pengganti Mandi Junub?
Maksud kata “shalat” dalam ayat (لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ) yang berkaitan dengan junub adalah tempat shalat. Sebab, melewati jalan tidak mungkin dilakukan saat shalat. Oleh karena itu, larangan shalat bagi orang yang junub merupakan larangan yang lebih kuat (orang yang junub hanya boleh untuk sekedar berlalu saja, bagaimana mungkin dia bisa menetap di tempat shalat dan mengerjakannya?).
Hal ini juga berdasarkan riwayat Muslim dan yang lainnya dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا تُقْبَلُ صَلَاةٌ بِغَيْرِ طُهُورٍ
“Tidak diterima shalat tanpa bersuci”.
Makna hadits ini mencakup kesucian orang yang berhadats dan orang yang junub. Hadits ini menunjukkan haramnya shalat dari keduanya.
Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Yuk download aplikasinya di sini sekarang juga!
2. Berdiam Diri di Masjid
Umroh.com merangkum, masjid merupakan tempat yang suci, maka dari itu seseorang dalam keadaan hadas tidak diperbolehkan untuk masuk ke masjid, akan tetapi jika hanya melewati dan tanpa berdiam diri maka itu tidak haram.
Berdasarkan firman Allah ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَى حَتَّى تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّى تَغْتَسِلُوا
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri masjid) sedang kamu dalam keadaan junub, terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (QS. An-Nisa’ 4 : 43).
Hal ini juga berdasarkan riwayat Abu Dawud dari Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
لَا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنُبٍ
Aku tidak menghalalkan masuk Masjid untuk orang yang sedang haid dan juga orang yang sedang junub. (HR. Abu Dawud).
3. Thawaf
Thawaf merupakan rukun haji. Dalam melaksanakan thawaf sama halnya dengan sholat, disyaratkan dalam keadaan suci dari hadas apapapun saat menjalankannya.
Al-Hakim meriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Thawaf di Baitullah itu seperti shalat, hanya saja kalian dibolehkan berbicara. Karena itu, siapa yang berbicara dalam tawaf, berbicaralah yang baik saja.” (HR. Al-Hakim dan beliau menshahihkannya).
Karena thawaf itu sama dengan shalat, maka orang yang junub juga dilarang untuk thawaf sebagaimana halnya mereka terlarang untuk shalat.
Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda cuma di umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
4. Membaca Al Qur’an
Dari Ibnu Umar beliau berkata; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
لَا يَقْرَأُ الْجُنُبُ وَالْحَائِضُ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ
“Orang junub dan wanita haid tidak boleh membaca sesuatu pun dari Al-Qur`an.” (HR. Ibnu Majah, hadits ini hadits dhaif).
Tambahan catatan dari kitab al-Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab karya Imam An-Nawawi:
Madzhab kami adalah haram membaca al-Qur’an sedikit maupun banyak bagi orang yang junub dan wanita yang sedang haid. Ini adalah pendapat kebanyakan ulama’. Ini diriwayatkan dari Umar bin Al-Khattab, Ali, dan Jabir radhiyallahu ‘anhum, juga pendapat Hasan al-Bashri, Az-Zuhri, An-Nakha’i, Qatadah, Ahmad, dan Ishaq.
Di dalam kitabnya Sunannya, Imam At-Tirmidzi menulis:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقْرَأْ الْحَائِضُ وَلَا الْجُنُبُ شَيْئًا مِنْ الْقُرْآنِ
قَالَ وَفِي الْبَاب عَنْ عَلِيٍّ قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ ابْنِ عُمَرَ حَدِيثٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ إِسْمَعِيلَ بْنِ عَيَّاشٍ عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَقْرَأْ الْجُنُبُ وَلَا الْحَائِضُ وَهُوَ قَوْلُ أَكْثَرِ أَهْلِ الْعِلْمِ مِنْ أَصْحَابِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَالتَّابِعِينَ وَمَنْ بَعْدَهُمْ مِثْلِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ وَابْنِ الْمُبَارَكِ وَالشَّافِعِيِّ وَأَحْمَدَ وَإِسْحَقَ قَالُوا لَا تَقْرَأْ الْحَائِضُ وَلَا الْجُنُبُ مِنْ الْقُرْآنِ شَيْئًا إِلَّا طَرَفَ الْآيَةِ وَالْحَرْفَ وَنَحْوَ ذَلِكَ وَرَخَّصُوا لِلْجُنُبِ وَالْحَائِضِ فِي التَّسْبِيحِ وَالتَّهْلِيلِ
Dari Ibnu Umar dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Wanita haid dan orang yang junub tidak boleh membaca sesuatu pun dari Al Qur’an.” Ia berkata; “Dalam bab ini ada juga hadits dari Ali.” Abu Isa berkata; “Hadits Ibnu Umar, kami tidak mengetahuinya kecuali dari hadits Isma’il bin Ayyasy, dari Musa bin Uqbah, dari Nafi’, dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda, “Seorang yang junub dan wanita haid tidak boleh membaca Al Qur`an.” Ini adalah pendapat kebanyakan ahli ilmu dari kalangan sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, tabi’in dan orang-orang setelah mereka seperti Sufyan Ats-Tsauri, Ibnu Al-Mubarak, Syafi’i, Ahmad dan Ishaq. Mereka mengatakan, “Wanita haid dan orang junub tidak boleh membaca sesuatu dari Al-Qur’an, kecuali ujung ayat, atau satu huruf, serta yang semisalnya. Namun mereka memberi keringanan bagi orang junub dan wanita haid untuk membaca tasbih (Subhanallah) dan tahlil (Laa Ilaaha Illalaah).”
Menurut kami, pendapat inilah yang kuat yang merupakan pendapat kebanyakan ahli ilmu dari salafus shalih yaitu para sahabat, tabi’in dan orang – orang setelah mereka sebagaimana dijelaskan oleh Imam an-Nawawi dan Imam At-Tirmidzi di atas.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!
5. Menyentuh dan Membawa Mushaf Al Qur’an
Menyentuh mushaf atau Alquran dilarang ketika dalam keadaan hadas besar. Hal tersebut merupakan perintah Allah melalui firmannya,
لَا يَمَسُّهُ إِلَّا الْمُطَهَّرُونَ
tidak menyentuhnya kecuali orang-orang yang disucikan. (QS. Al-Waqi’ah 56 : 79).
Juga berdasarkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
أَنْ لَا يَمَسَّ الْقُرْآنَ إِلَّا طَاهِرٌ
“Tidak ada yang boleh menyentuh al Qur’an kecuali yang telah bersuci.” (Daruquthni meriwayatkannya secara marfu’ dan Malik meriwayatkannya di dalam al-Muwaththa’nya secara mursal).
Demikian 5 hal terlarang bagi orang yang sedang berjunub. Semoga kita selalu menjalankan sesuai yang disyariatkan.