1- Dzikir itu bagian dari ibadah. Ibadah itu bergantung pada niatnya. Ini berbeda dengan mu’amalah. Mu’amalah tidak bergantung pada niat. Bisa langsung dihukumi dzahirnya.
2- Perlu diperhatikan, agar kita tidak memvonis orang lain dengan serampangan, apalagi dengan menggunakan kaidah “tasyabbuh bi al-kuffar”, bisa berdampak fatal. Bahwa, ulama’, ustadz dan kaum Muslim yang dzikir di malam tahun baru, sebenarnya ingin mengisi malam tahun baru, daripada bengong di depan tv, dugem, atau begadang di tempat-tempat maksiat, sambil mabuk, dsb. dibuatlah even akbar, agar umat tidak ke tempat maksiat, tetapi ke masjid, atau tempat dzikir. Apakah ini tasyabbuh dengan orang kafir, jelas tidak. Karena niat dan tujuannya jelas dzikir, bukan menyerupai orang kafir.
3- Sekedar contoh, kalau logika tasyabbuh bi al-kuffar ini kita pakai, nanti peringatan maulid haram, karena menyerupai perayaan natal. Namun, Shalahuddin al-Ayyubi mengadakan ini atas restu para ulama’, dengan tujuan untuk membangkitkan sosok Nabi, dan membakar semangat perjuangan umat, setelah membaca sirah Nabi yang agung. Jadi, apakah ini tasyabbuh bi al-kuffar? Jelas tidak.
4- Karena itu, penting didudukkan, ini ibadah. Ibadah tergantung niat dan tujuan. Jika dzikir niatnya untuk menghidupkan malam tahun baru dengan dzikir, ya nggak papa. Karena kalau tidak, bisa jadi, umat Islam akan ditarik pada yang lain. Karena kaidahnya, “Jika seseorang tidak sibuk dalam ketaatan, pasti sibuk dalam kemaksiatan.” Jadi, tidak ada pilihan ketiga. Inilah yang menjadi alasan, memperingati maulid Nabi boleh, dengan tujuan untuk mengenang pribadi, dakwah dan perjuangan Nabi. Bukan, sekedar merayakan mulid. Kalau merayakan maulid saja, tanpa tujuan tadi, jelas tidak boleh.
5- Jadi, mengadakan dzikir di malam tahun baru, mengikuti, mengisinya dengan dzikir boleh. Tidak termasuk dalam ketegori tasyabbuh bi al-kuffar. Memang betul, dzikir harus setiap saat. Tidak salah, tapi juga tidak salah, kalau tahun baru diisi dengan dzikir.
*AKIBAT MEMBACA ALQURAN TERUS MENERUS*
*Berkata Abdul Malik bin Umair:*
*”Satu-satunya Manusia yang Tidak Tua*[ awet muda dan tidak pelupa adalah orang yang selalu membaca Al-Quran”.
*”Manusia yang Paling Jernih Akalnya* adalah para pembaca Al-Quran”.
*Berkata Al-imam Qurtubi :*
“Barang siapa yang membaca *Al-Quran*, maka Allah ﷻakan menjadikan *Ingatannya Segar* meskipun Umurnya telah mencapai 100 tahun”.
*Imam Besar Ibrahim al-Maqdisi memberikan wasiat pada muridnya Abbas bin Abdi Daim Rahimahullah.*
“Perbanyaklah membaca *Al-Quran* jangan pernah kau Tinggalkan, kerana sesungguhnya setiap yang kamu Inginkan akan dlMudahkan Setara dengan yang kamu baca”.
*Berkata Ibnu Solah :*
“Bahawasannya para Malaikat Tidak Diberi Keutama’an untuk membaca *Al-Quran*, maka oleh kerana itu para Malaikat Bersemangat untuk selalu Mendengar saja dari Bacaan Manusia”.
*Berkata Abu Zanad :*
“Di tengah malam, aku keluar menuju Masjid Rasulullah SAW. sungguh tidak ada satu Rumahpun yang aku lewati melainkan padanya ada yang Membaca *Al-Quran”.*
*Berkata sebagian ahli tafsir :*
“Manakala kita menyibukkan diri dengan *Al-Quran* maka kita akan Dibanjiri oleh sejuta Keberkahan dan Kebaikan di dunia”.
“Kami memohon kepada *Allahﷻ* agar memberikan taufiqnya kepada Kami dan semua yang membaca tulisan ini untuk selalu membaca *Al-Quran* dan mengamalkan kandungannya”.
Bila anda Cinta pada *Al-Quran* maka sebarkanlah. Demi *Allah,* sekian banyak orang yang membaca *Al-Quran* maka pahala akan mengalir pada anda.
*JADIKAN ALQURAN TEMAN DI DUNIA DAN PENOLONG DI AKHERAT*
*Ingat Orang yang bahagia adalah Orang yang nafasnya berhenti, tapi kebaikannya terus mengalir*
*Dan semoga yang membagikan ini di lancarkan rezekinya dan kebaikannya terus mengalir*
Semoga bermanfaat.