Pesan yang ditulis dalam postingan ini buat para ayah atau suami demi menjaga kekuatan energi dan semangat istri anda dalam mengurus anak, setidaknya 3 hal yang harus dilakukan:
Pertama, jika anda melihat istri anda mulai marah-marah tidak jelas, emosian tidak jelas, bantulah istri anda. Misalkan saja dengan mendekati anak-anak anda dan berkata: “Sini anak-anak sama Ayah.” Atau bisa juga dengan mendekati istri anda dan berkata, “Ada yang bisa Ayah bantu, Bunda sayang?”
Kalimat itu memang terksesan sederhana, tapi sadarilah jika hal itu akan membuat semangat istri-istri anda terjaga. Itulah suami yang bertanggung jawab. Bukannya malah semakin menojokkan dan mengeluarkan kata-kata yang bikin emosi seperti, “kamu nih gak bener mendidik anak, yang sabar dong!”
Atau saat anak-anak anda mengacak-ngacak rumah, dan melihat istri anda berkata “jangan diacak-acak, main yang lain,” para suami juga bisa berkata “tidak apa-apa! Namanya juga anak-anak.” Dalam kasus ini, memang benar perkataan suaminya asalkan saja memang setelah itu sang suami lah yang membereskan. Jangan malah sebaliknya, karena hal yang bisa membuat tambah emosi istrinya jika setelah itu bukannya suami yang membereskan, tapi kemudian yang diminta membereskan justru istrinya, padahal dari pagi si istri sudah melakukan pekerjaan semacam itu.
Gampang memang jika hanya bisa menyalahkan! Tapi jika pun memang benar salah, sebagai “imam”, sesalah apapun istri kita, itu juga kontribusi kita di dalamnya yang tidak sensitif terhadap situasi istri.
Jika situasi berulang terlalu sering, saatnya istri anda, “diupgrade” suasana hatinya dan “upgrade” kompetensinya. “Upgrade” suasana hati dengan memberikan istri untuk melihat “pemandangan” berbeda. Jalan-jalan sepekan sekali, “couple time” tanpa anak dengan kita setidaknya sebulan sekali, keluar kota setahun 2x.
“Upgrade” kompetensi istri-istri anda dengan memberikan berbagai kesempatan pada istri untuk mau belajar. Misalkan dengan membantu istri untuk menghadiri majlis-majlis ilmu: seminar parenting, beli buku, halaqoh, dauroh, gabung komunitas yang baik-baik dll. In Syaa Allah ini semua akan membantu.
Kedua, hentikan meremehkan perkara-perkara yang mungkin menurut kita sepele tapi bisa saja tidak menurut para istri. Jangan biasakan ngomong pada istri “lebay deh”. Karena kita tidak merasakan situasi seperti mereka. Ingat ya, yang lebay menurut kita bisa jadi serius menurut orang lain.
Ketiga, untuk merasakan energi empati, sesekali sediakan waktu setidaknya 1x sepekan urus anak sendiri dari pagi sore, tanpa istri. Seorang suami boleh mulai mencoba untuk sering melakukannya, dengan anak-anak mereka, pada saat istri ngaji ada acara dll. Dan jangan juga mencoba untuk turut serta mengajak sang anak untuk ikut ibu mereka pada saat ada acara yang hanya dikhususkan untuk para ibu ya.
Ketika sang suami menjaga anak-anaknya, mengajaknya jalan-jalan ke mall, atau jadi “dad stay at home” tanpa bantuan istri, rasakanlah perbedaannya. Pasti terasa sekali bukan? Dari situlah seharusnya para suami semakin dapat menyadari betapa hebatnya istri-istri dengan tanggung jawabnya.
Lalu untuk para ibu, jangan pernah juga menyerah dan jadi inferior dan merasa “saya masih emosian, sering gak sabar, dll”. Hal itu normal-normal saja para ibu shalihah.. Yang penting kita masih bisa mengontrol diri kita agar jangan sampai emosi yang kelewat batas hingga dapat membahayakan perkembangan fisik dan mental sang anak!