Perilaku yang ditunjukkan oleh orang tua akan ditiru anak. Jika orang tua ingin anaknya menjadi seseorang yang lebih lembut, maka orang tua harus berkomunikasi dengan lembut pada anak. Cara orang tua berbicara pada anak akan menjadi suara dalam dirinya (inner voice). Inilah yang kemudian akan keluar dan membentuk karakter anak.
Lalu bagaimana jika kita adalah orang tua yang sering emosional di depan anak? Perilaku anak yang terkadang susah diatur membuat kita tidak bisa mengendalikan emosi, dan menunjukkan sikap yang kurang lembut.
Di bawah ini adalah beberapa tips agar menjadi sosok orang tua yang lebih tenang dan lebih kalem kepada anak.
Kenali Kemarahan yang Muncul
Emosi marah sering muncul ketika kita merasa atau melihat sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak. Ketika anak melakukan hal yang tidak semestinya, bisa jadi kita memandang perbuatan mereka tidak baik, dan membuat kita emosi.
Emosi marah yang kita rasakan bukan hal yang sepenuhnya salah. Namun akan menjadi sebuah kesalahan jika menunjukkannya secara berlebihan di depan anak. Karena itu, tumbuhkan kesadaran dan kenali ketika rasa marah itu muncul.
Ketika rasa marah muncul, pastikan kita tidak membiarkan emosi marah itu mengendalikan diri kita. Sebaliknya, pastikan kita yang mengendalikan emosi tersebut. Jadi jangan sampai kita menunjukkan sikap atau perilaku kasar karena emosi yang kita rasakan.
Dengarkan sebelum Bicara
Jika apa yang dilakukan anak tidak patut menurut pandangan kita, tanyakan kepada anak, mengapa mereka melakukan hal tersebut. Bertanya kepada anak akan membuat kita mengerti sudut pandang mereka, dan tidak terpaku pada sudut pandang kita.
Ketika mereka memberikan jawaban, sebaiknya kita mendengarkan apa yang mereka katakan. Mungkin saja anak-anak akan menjawab bahwa mereka penasaran, sehingga melakukan sesuatu yang membuat rumah berantakan.
Setelah mereka memberikan jawaban, tarik nafas lalu pikirkan sisi baik dari jawaban yang mereka berikan, selama tidak bertentangan dengan norma. Mendengarkan jawaban anak bisa membuat kita lebih memahami karakter anak, serta lebih mudah mengarahkan mereka.
Jangan Bereaksi ketika Sedang Marah
Sebaiknya hindari bereaksi ketika sedang marah. Ketika kita mengetahui ada rasa marah dalam diri, sebaiknya kita tidak melakukan atau mengatakan apapun. Hal yang bisa kita katakan adalah pertanyaan tentang mengapa mereka melakukan hal tersebut. Selebihnya, lebih baik tahan perkataan dan perilaku hingga emosi benar-benar mereda. Selama menunggu emosi benar-benar mereda, pikirkan cara merespon yang lebih kalem dan tidak menggebu-gebu.
Komunikasikan Perasaan Kita
Ketika emosi sudah benar-benar mereda, saatnya kita bisa memberikan reaksi. Saat inilah sangat disarankan untuk mengkomunikasikan perasaan yang kita sebelumnya. Misalnya, dengan menjelaskan kepada anak bahwa perbuatan yang telah ia lakukan membuat kita marah.
Jelaskan dengan kalimat yang positif, tertata, dan tidak menyakiti hati anak. Hindari nada suara yang tinggi dan kalimat yang ketus. Dengan begitu, anak akan memahami perilakunya yang tidak menyenangkan hati orang tuanya. Anak juga terhindar dari perasaan sakit hati, atau melihat contoh kurang baik dari orang tua yang sedang emosi.