1
Sejarah Islam

Ini Keunikan Bangunan Masjid Agung Demak yang Menyimpan Cerita Bersejarah

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Salah satu peninggalan yang menjadi saksi sejarah persebaran Islam di Tanah Jawa adalah Masjid Agung Demak. Masjid yang terletak di Alun-Alun Demak ini menyimpan banyak cerita tentang Raden Patah dan beberapa wali kala itu. Cerita tersebut tersimpan dalam beberapa bagian bangunan Masjid Agung Demak.

Dibangun oleh Raden Patah

Masjid Agung Demak didirikan oleh Raden Patah, Raja Kerajaan Demak. Masjid Agung Demak kemudian menjadi tempat berkumpul para Wali saat mendakwahkan agama Islam di Pulau Jawa.

Atap Limas Bertumpuk yang Penuh Filosofi

Ciri khas masjid di tanah Jawa adalah atapnya yang berbentuk limas. Masjid Agung Demak memiliki atap limas yang bertumpuk tiga. Sebagai masjid tertua di Jawa, bentuk atap limas di Masjid Agung Demak ini merupakan wujud dari aqidah Islamiyah yang terdiri dari tiga bagian, yaitu Iman, Islam, dan Ihsan.

Selain itu, atap limas dibuat bertumpuk agar tidak jauh berbeda dengan tempat ibadah umat Hindu, yang saat itu merupakan mayoritas di Tanah Jawa. Dibuat mirip dengan budaya lokal, Raden Patah dan Wali-Wali berusaha menarik hati masyarakat saat itu agar mau mengenal Islam.

Saka Guru Sumbangan dari Empat Wali

Di dalam Masjid Agung Demak, ada empat tiang (saka) utama yang sangat besar. Empat tiang, yang masing-masing setinggi 16 meter itu, merupakan sumbangan dari empat wali di tanah Jawa, yaitu Sunan Ampel, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, dan Sunan Kalijaga.

Bukan hanya sumbangan dari empat wali besar, tiang itu juga memiliki keunikan tersendiri. Salah satu tiang yang besar itu merupakan buatan Sunan Kalijaga. Tiang tersebut terbuat dari serpihan kayu atau tatal yang diikat. Walaupun bukan dari kayu utuh, namun saka guru ini sangat kuat menopang Masjid Agung Demak. Konon, tatal atau potongan kayu kecil ditambahkan karena saat itu tidak cukup kayu untuk membangun saka guru. Jadi, tiang ditambal dengan potongan kayu kecil tanpa lem atau paku.

Tiang Pemberian dari Majapahit

Di bagian teras Masjid Agung demak, terdapat delapan tiang yang menopangnya. Tiang tersebut disebut dengan Saka Majapahit. Konon, tiang atau Saka Majapahit itu merupakan hadiah dari Prabu Brawijaya V Raden Kertabumi kepada Raden Patah. Saat itu, Raden Patah, yang merupakan putra Raja Brawijaya dari Majapahit itu, masih menjabat sebagai Adipati Notoprojo di Glagahwangi Bintoro Demak.

Pintu Bledeg yang Konon Anti Petir

Pintu Bledeg (Pintu Petir) merupakan pintu utama di Masjid Agung Demak. Bagian bangunan ini dibuat oleh Ki Ageng Selo, yang dikenal mampu menaklukan petir. Di pintu yang terbuat dari kayu jati yang tebal ini, terukir prasasti Candra Sengkala yang berbunyi ‘Nogo Mulat Sarira Wani’, yang merupakan penanda waktu dibangunnya pintu, yaitu tahun 1388 Saka atau 1466 Masehi.

webinar umroh.com

Terdapat Museum Peninggalan Para Wali

Ada beragam benda-benda peninggalan bersejarah yang bisa kita nikmati di Masjid Agung Demak ini. Seperti tiang masjid dan bedug yang terletak di sebelah kanan masjid. Di belakang masjid, terdapat makam sultan-sultan dan keluarga Kesultanan Demak, seperti Raden Patah, Pati Unus, dan Raden Trenggono.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.