Masa Daulah Umayyah II menjadi puncak pencapaian kaum muslimin. Saat itu, Cordoba, Spanyol menjadi pusat peradaban sekaligus pusat ilmu pengetahuan. Di sana lahir para ilmuwan di berbagai bidang, seperti dari filsafat, sains, sastra, kedokteran, dan sebagainya.
Para ulama dan ilmuwan tersebut banyak menghasilkan buku yang ilmunya masih banyak digunakan hingga saat ini. Inilah yang kemudian membuat banyak orang-orang Eropa berlomba mendaftarkan diri di perguruan tinggi Islam yang ada di Cordoba, serta di Sevilla dan Granada.
Cordoba Dikenal dengan Buku-Buku
Sebagai pusat ilmu pengetahuan, Cordoba saat itu juga dikenal sebagai tempat yang banyak menjual buku-buku. Ribuan buku diproduksi setiap tahun di Cordoba, dan dijual di Pasar buku Cordoba, yang selalu sibuk oleh pembeli yang haus akan ilmu. Pembeli di pasar buku Cordoba berasal dari berbagai wilayah di Spanyol yang merupakan para cendekia yang menuntut ilmu di Cordoba.
Perpustakaan Besar yang Dibangun Al Hakam II
Selain pasar buku, Cordoba juga dikenal dengan perpustakaan yang lengkap dan besar. Perpustakaan Islam Cordoba itu dirintis oleh Khalifah Al Hakam II, pemimpin Daulah Umayyah II sejak tahun 961 M. Al Hakam II saat itu sedang gencar membangun Cordoba sebagai pusat pengetahuan.
Di masa kepemimpinannya, ia adalah seseorang yang memajukan perpustakaan di Cordoba, sehingga berhasil menjadi tempat rujukan bagi para cendekia. Al Hakam II sendiri memang dikenal sebagai seseorang yang sangat memperhatikan ilmu, dan gemar menuntut ilmu pengetahuan.
Kecintaan Al Hakam Terhadap Buku
Al Hakam II memiliki perpustakaan pribadi yang isinya adalah gabungan koleksi buku para penghuni istana. Mulai dari ayahnya, Abdurrahman III, saudaranya, hingga anak-anaknya. Kumpulan buku di perpustakaannya tersebut kemudian mencapai ratusan ribu buah.
Kecintaan Al Hakam II terhadap buku membuatnya rela menukar emas dengan buku. Salah satunya adalah kitab Al-Aghani, yang saat itu rela ditukarnya dengan 100 Dinar emas agar ia mendapatkan salinan pertama. Salinan pertama kitab tersebut kemudian disimpan di dalam perpustakaan yang dibangunnya.
Berbagai macam buku penting menjadi koleksi perpustakaan Cordoba yang didirikan oleh Al Hakam II. Di antaranya adalah buku-buku ilmu hadits, bahasa, kesehatan, sejarah, hingga hukum.
Pemimpin yang Memperhatikan Ilmu Pengetahuan
Al Hakam II bukan hanya gemar mengumpulkan buku, tapi juga membaca dan menganalisanya. Ia sering membuat catatan saat menemukan sesuatu yang menarik pada buku-buku yang dibacanya. Al Hakam kemudian mengaitkan bahan temuannya itu kepada para sarjana yang menguasai ilmu yang relevan.
Ini menjadi bukti bahwa Al Hakam II bukanlah seorang pemimpin yang hanya memperhatikan kekuasaan dan politik, namun juga ilmu pengetahuan. Seorang sejarawan menyebut Al Hakam II adalah orang yang senantiasa memastikan agar ilmu pengetahuan bisa dikaji secara optimal.
Begitu cintanya ia dengan buku buku dan perpustakaan yang dibangunnya, Al Hakam II sampai mempekerjakan pustakawan, penerjemah, korektor, serta para penyalin naskah untuk mengelola perpustakaan itu. Ia juga mengundang sarjana-sarjana asing untuk mengunjungi perpustakaannya dan melihat-lihat koleksi buku di perpustakaan Cordoba. Inilah yang kemudian membuat orang-orang asing menyadari kekuatan Daulah Umayyah II di Cordoba. Baik dari segi politik, maupun dari segi ilmu pengetahuan dan peradabannya.
Kegemaran terhadap buku juga dimiliki oleh para penduduk di Cordoba. Mereka juga banyak mengoleksi buku, karena buku dianggap sebagai tanda intelektual dan kewibawaan seorang kala itu. Mereka adalah orang yang akan bangga jika memiliki koleksi buku pribadi yang merupakan manuskrip dari penulis yang terkenal.