1
Sejarah Islam

Ini yang Terjadi Jika Kita Mewangikan Nama Allah SWT

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Allah adalah Tuhan yang Maha Esa pemiliki semesta alam ini. Sudah sepantasnya kita sebagai umatNya memuliakan keagungannya. Allah selalu memudahkan kehidupan umatnya yang beriman. Sebaliknya Allah akan mempersulit kehidupan setiap umat yang tidak patuh atas ajaranNya. Di sampingNya memberikan kemudahan kita sebagai umat muslim yang beriman harus memberikan timbal balik dengan mengagungkan Allah melafalkan segala bentuk kemuliaannya, salah satunya mengucapkan Asmaul Usnah. 

Baca juga: Terungkap, Ini Fakta Sebenarnya saat Firaun Menyebut Dirinya Tuhan

Mengenal Sosok yang Ditunjuk Sebagai Wali Allah

Dalam ilmu tasawuf, ketaqwaan individu tidak bisa dilihat secara dzahir semata. Siapa sangka sosok yang popular ahli maksiat berubah menjadi wali Allah. Dia adalah Bisyr bin Harits, lahir di dekat kota Merv sekitar tahun 150 Hijriah/767 Masehi dan wafat di kota Baghdad tahun 227 H/841 M.

mewangikan nama allah
source: freepik.com

Bisyr dikenal sebagai pemuda kaya raya hedonis dan gemar melakukan maksiat. Sisa hidupnya, ia menekuni kehidupan asketis setelah bertemu dengan seorang Sufi. Bisyr berpaling menjadi seorang Sufi yang dikagumi oleh sang Imam Ahmad Ibnu Hanbal dan Khalifah al Ma’mun sebagai panutan.

Baca juga: Mendekatkan Diri dengan Allah Cukup Lakukan Hal Ini

Kisah Seorang Sufi Bertemu dengan Wali Allah

Umroh.com merangkum, kisah pertemuan Bisyr dengan seorang Sufi berawal dari kejadian yang tidak diduga. Pada suatu waktu dalam kondisi mabuk dan berjalan sempoyongan akibat minuman keras, Bisyr menemukan secarik kertas bertuliskan, ”Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang,”. Kertas itu, tanpa dibaca diambil oleh Bisyr kemudian dioleskan sari mawar sehingga membuat kertas itu harum. Setelah itu, kertas yang dianggap berharga ia simpan dengan baik dengan rasa hormat dalam rumahnya.

Baca juga: Ini Cara Mudah Agar Anda Bisa Mendekatkan Diri dengan Allah

Pada malam itu, seorang Sufi bermimpi. Dalam mimpinya, si Sufi diperintah untuk menyampaikan pesan kepada Bisyr. Berikut bunyinya, ”Engkau telah mengharumkan nama-Ku, maka Aku mengharumkanmu. Engkau telah memuliakan nama-Ku, maka Aku memuliakanmu. Engkau telah menyucikan nama-Ku, maka Aku menyucikanmu. Dengan kekuasaan-Ku, Aku sungguh mengharumkan namamu di dunia ini dan di akhirat kelak.”

webinar umroh.com

Terbangun dari tidur, si Sufi sempat terbesit, ”Bisyr amoral,”. ”Mungkin mimpiku keliru.” Sang Sufi itu kembali berwudlu’, shalat lalu kembali tidur. Tapi, si Sufi mengalami mimpi yang sama secara berulang kali.

Baca juga: Ini Alasan Utama Harus Membaca Shalawat

Keesokan hari sang Sufi pergi mencari Bisyr. Ternyata, Bisyr sedang berada di sebuah pesta anggur bersama koleganya. Sang Sufi bertanya, ”Apakah Bisyr di sini?,” ”ya,” mereka menjawab. ”Tapi ia sedang mabuk dan tidak berdaya,”. ”Beritahu dia, aku punya pesan untuknya,” kata Sufi itu.

Selang beberapa menit, si Bisyr menemui sang Sufi. ”Pesan dari siapa?,” tanya Bisyr setelah diberi tahu.

”Pesan dari Allah,” jawab si Sufi.

”Ahh!” pekik Bisyr, sambil mencucurkan air mata. ”Itu pesan makian atau penyucian? Tunggu, aku akan pamit pada teman-temanku. Teman-teman,” Bisyr berkata pada teman-teman minumnya. ”Aku telah mendapat panggilan. Aku pergi. Aku ucapkan selamat tinggal. Kalian tidak akan pernah lagi melihatku begini.” Sejak kejadian itu, Bisyr dikenal sebagai orang yang sangat saleh.

Fariduddin menulis dalam Tadzkiratul Auliya, Ahmad ibnu Hanbal, salah satu pencetus Madzhab Fiqh, sering mengunjungi Bisyr. Dalam kitab itu, disebut sang Imam Ahmad begitu percaya kepada Bisyr. Hingga para murid sang Imam Ahmad ibnu Hanbal sempat bertanya.

”Ya..Imam Ahmad..Anda seorang ulama tanpa tanding dalam bidang hadits, fikih, teologi dan tiap bidang ilmu pengetahuan. Kemasyhuran Imam juga disegani oleh sang khalifah. Namun, mengapa Imam masih saja bergaul dengan Bisyr yang dikenal amoral. Apakah itu pantas?”

Ahmad ibnu Hanbal menjawab, ”Memang benar, dalam semua bidang ilmu pengetahuan yang kalian sebutkan aku lebih ungul dari si Bisyr. Tapi ketahuilah wahai muridku…Si Bisyr itu mengenal Allah Swt lebih baik daripada aku.”

Mendengar jawaban sang Imam, para murid baru menyadari bahwa si Bisyri memiliki ilmu bathin (baca ilmu hakikat dan makrifatullah, red.) yang tidak semua orang bisa mempelajari dan mengamalkan.

Sebagian orang menafsiri sikap sang Imam Ahmad ibnu Hanbal sebagai bentuk pelajaran kepada para muridnya bahwa ‘alm al-Kitab (orang yang mengusai banyak ilmu agama) tidak bisa mengantarkan dirinya menjadi kekasih (wali) Allah Swt. Sebab, dalam ilmu tasawuf, menjadi Wali Allah (waliyullah) harus memiliki ilmu dan metode yang dibimbing oleh seorang mursyid yang tergolong ‘alm an-nur (mencapai alam nur). Ilmu itu dinamakan ilmu bathin (bukan ilmu dzahir) yang dilalui secara berjenjang sebagaimana ajaran para Sufi dulu.

Dalam tulisan Fariduddin ‘Atthar, sang Imam Ahmad ibnu Hanbal kerap bersama Bisyr sambil belajar tentang ilmu mendekatkan diri kepada Allah. ”Beri tahu aku tentang Tuhanku,” pinta Imam Ahmad sebagaimana ditulis dalam kitab Tadzkiratul Auliya.

Baca juga: Keajaiban Al Quran pada Tembok Zulkarnain

Hikmah dari Kisah Seorang Wali Allah

Hikmah di balik kisah tersebut, tidak sedikit umat islam yang kurang memperhatikan kehormatan nama Allah. Begitu banyak orang yang menjadikan kertas-kertas bertuliskan ayat-ayat Al Quran sebagai pembungkus makanan atau sayuran. Pembeli yang menemukan kertas bertuliskan nama Allah atau ayat-ayat Al Qur’an pun membiarkannya begitu saja dan tidak memuliakannya. Ini menunjukkan bahwa iman dan cinta mereka kepada Allah masih sangat tipis.

Akan tetapi Bisyr Al Hafi kendati saat itu berperangai buruk, ia mengerti akan kebesaran Allah dan memiliki hati yang mengagungkan Allah. Ia tidak rela melihat nama Allah diinjak-injak. Sikap beliau yang demikian ini membuahkan hasil yang luar biasa. Allah memberinya hidayah dan menjadikannya salah seorang kekasih-Nya.

Oleh karena itu, mari kita agungkan Allah dari lubuk hati yang paling dalam, sehingga Allah pun memuliakan kita.