1
Muslim Lifestyle

Inilah Adab Komunikasi Pria dan Wanita dalam Islam

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Umroh.com – Pada dasarnya laki-laki dan perempuan yang bukan mahram tidak dilarang untuk berbicara. Syaratnya, pembicaraan yang dilakukan memenuhi ketentuan secara syara’. Pembicaraan boleh dilakukan jika tidak berkhalwat, tidak menimbulkan fitnah, isi pembicaraan mengandung kebaikan, serta tetap menjaga adab-adab kesopanan yang berlaku. Misalnya saat interaksi jual beli, membahas persoalan penting, atau menghadapi situasi darurat seperti saat ada bencana atau tindakan medis. Berikut akan dijelaskan beberapa adab komunikasi pria dan wanita dalam Islam.

Umroh.com merangkum, di masa Rasululullah dan Sahabat, banyak kisah istri-istri Rasulullah yang berbicara dengan para Sahabat. Misalnya ketika memberi jawaban atas suatu pertanyaan tentang Islam. Setelah Rasulullah wafat, Aisyah ra. atau sang Ummul Mukminin juga menjadi guru bagi para Sahabat.

Baca juga: 5 Hal yang Wajib Dilakukan saat Taaruf

Dalam melakukan percakapan antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim, kita bisa meneladani sikap para istri nabi. Sebagaimana firman Allah di surat Al Ahzab ayat 32, “Karena itu janganlah kamu (isteri-isteri Rasul) tunduk (yakni melembutkan suara) dalam berbicara sehingga orang yang dalam hatinya ada penyakit memiliki keinginan buruk. Tetapi ucapkanlah perkataan yang baik”. 

Ayat itu menjelaskan tentang adab saat berbicara dengan lawan jenis yang bukan muhrim. Baik secara langsung, maupun via teks atau media sosial. Untuk menjaga diri dari fitnah, hendaknya wanita dan pria yang berdialog atau berkirim pesan dengan lawan jenis bukan muhrim bisa menjaga diri dengan perilaku berikut.

Adab Komunikasi Pria dan Wanita dalam Islam

1. Tidak Melembutkan Suara 

Menurut para ulama, firman Allah yang memerintah ‘jangan tunduk (jangan melembutkan suara)’ berarti tidak menimbulkan suara atau pesan yang bisa memberi rasa atau ikatan di dalam hati. Tidak dianjurkan pula memberi pesan yang bisa membuat lawan jenis bukan muhrim merasa tertarik saat mendengar atau membacanya. 

Jika lawan jenis berkomunikasi lewat teks (chat) atau media sosial, dianjurkan untuk tidak menuliskan pesan yang merayu, manja, atau mengumbar kata-kata romantis. 

webinar umroh.com

Temukan ratusan paket umroh dari >50 travel umroh terpercaya izin Kemenag dan tersedia keberangkatan di >50 kota hanya di marketplace Umroh.com. Transaksi Aman, Ibadah Nyaman di Umroh.com.

2. Tidak Berkhalwat 

Saat berkomunikasi secara langsung, tidak dibolehkan untuk berkhalwat. Berkhalwat artinya berduaan, antara laki-laki dan perempuan bukan muhrim, di tempat sepi dan tidak diketahui orang lain. Ini dilarang karena bisa menjadi jalan setan untuk menggoda keduanya melakukan larangan Allah. Misalnya saling berpandangan atau bersentuhan dengan syahwat, atau lebih jauh daripada itu. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah bersabda, “Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita, kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut”. 

Rasulullah bersabda (diriwayatkan Imam Ahmad, Imam At Tirmidzi, dan Imam Al Hakim), “Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita kecuali yang ketiganya adalah setan”. 

Bukan hanya saat berkomunikasi secara langsung, istilah ‘berkhalwat’ juga bisa terjadi saat berkomunikasi lewat telepon atau teks (chat). Misalnya dengan bercakap-cakap tentang hal yang tidak penting, atau saling bertukar pesan untuk memadu kasih. Tanpa disadari, tindakan itu sebenarnya dilakukan untuk memuaskan hawa nafsu semata. Terlebih jika keduanya membicarakan hal yang tidak senonoh, maka percakapan yang dilakukan jelas berhukum haram.

3. Mengucapkan Perkataan yang Baik 

Selain menjaga agar tidak mengemas percakapan dengan nuansa romantis yang dilarang, kita juga harus memastikan bahwa ucapan-ucapan yang disampaikan saat berkirim pesan adalah ucapan yang baik. Perhatikan adab saat berkomunikasi dengan lawan jenis bukan muhrim. Jangan sampai kita membicarakan hal-hal yang tidak patut, tercela, atau berbau asusila.

Jadi walaupun kita dilarang untuk melembutkan suara secara berlebihan, namun bukan berarti kita bisa menyampaikan kata-kata yang kasar dan tidak menyenangkan. Tetap jaga adab, dan ucapkan perkataan yang baik dan sopan. 

Menjaga diri dari melembutkan suara atau menyampaikan rayuan dalam berkirim pesan teks, merupakan upaya mencegah niat buruk dari orang yang memiliki penyakit hati. 

Jadilah tamu istimewa Allah di Tanah Suci dengan pilih paket umrohnya di umroh.com!

4. Tundukkan Pandangan 

Tim Umroh.com memaparkan, saat ini, chatting atau berkirim pesan teks bisa juga dilakukan melalui media sosial. Di setiap platform, biasanya dilengkapi dengan fitur berkirim pesan secara pribadi. Dari sinilah biasanya akan berkembang hubungan yang lebih dari sekedar teman di media sosial. Hubungan tersebut bisa berkembang menjadi rekan dalam satu komunitas yang memiliki visi yang sama, rekan kerja, atau berkembang menjadi hubungan romantis.  

Kemungkinan yang terakhir (hubungan romantis) harus diwaspadai, terutama jika antara wanita dan pria telah berkirim pesan dalam waktu yang lama dan intensitas yang tinggi. Jika tidak memperhatikan adab-adab dalam berkirim pesan dengan lawan jenis, maka interaksi itu bisa mengarah dalam perbuatan yang dilarang, dan menjadi jalur masuknya syetan. 

Karena itu saat bermain media sosial, masing-masing orang harus pandai dalam menundukkan pandangan. Menundukkan pandangan bukan hanya berlaku di dunia nyata, namun juga dunia maya. Dunia maya menyimpan berbagai informasi (terutama gambar) tentang masing-masing orang. Tidak sedikit orang yang gemar mengunggah gambar-gambar diri di media sosial. Inilah yang seringkali menjadi jalan maksiat jika seseorang tidak bisa menahan pandangannya.  

Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di umroh.com!

Dalam menentukan boleh atau tidaknya chat dengan lawan jenis bukan mahram, memang digunakan syarat-syarat yang hanya bisa diukur oleh diri sendiri. Seperti bahasa yang digunakan termasuk merayu atau tidak, isi pembicaraan merupakan hal penting atau tidak, dan sebagainya. Karena itu, dibutuhkan kejujuran masing-masing pribadi dalam mengukurnya, dan sejauh mana kita merasa diawasi oleh Allah. Semakin kuat iman seseorang, maka semakin takut ia untuk melanggar hal-hal yang telah dibatasi Allah, dan rasa diawasi oleh Allah juga semakin kuat.