Berbicara soal arsitektur, kita juga sudah sepatutnya memandang beberapa orang islam juga merupakan arsitek handal yang tidak kalah hebat dengan arsitek-arsitek non muslim yang ada. Arsitektur dari kaum muslimin sendiri jelasnya paling terkenal pada masa kejayaan Islam, seperti zaman dinasti Umayyah. Perkembangan arsitektur sendiri secara sistematis telah dirintis dari masa Umayyah. Arsitek terkenal pada waktu itu adalah Al-Walid yang merupakan putra Khalifah Abd al-Malik.
Ia telah memiliki bakat dan potensi yang besar dalam bidang arsitektur semenjak ia masih berusia muda. Ia juga tak henti-henti menekuni bakatnya hingga mewarisi tahta kekhalifahan. Pada saat luang, ia sering bercengkrama dengan pembantu-pembantunya, terlebih membicarakan bangunan-bangunan indah. Salah satu prestasi mengagumkan yang pernah dia ukir adalah merenovasi Masjid Agung Umayyah yang terletak di ibu kota pemerintahan, Damaskus, Suriah.
Disamping itu, dalam History of the Arabs, Philip K Hitti menjelaskan jika Al-Walid memperluas dan memperindah Masjidil Haram di Makkah serta merenovasi Masjid Nabawi yang terletak di Madinah. Al-Walid pula lah yang mengenalkan struktur mihrab, yaitu cerukan pada dinding masjid sebagai penunjuk arah kiblat dan tempat imam, untuk pertama kalinya.
Beliau pula lah yang mulai memperkenalkan struktur menara masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang paling penting. Menara masjid mulai dibangun pada zaman pemerintahan Al-Walid. Beliau juga mewariskan beberapa bangunan, terutama istana kekhalifahan. Salah satu yang terkenal keindahannnya yaitu Istana al-Qubbah al-Khadra, al-Ukhaydir, serta al-Musyatta.
Pembangunan Istana Musyatta sendiri masih belum selesai beliau meninggal pada usia 40 tahun. Arsitek lainnya yang terkenal pada abad ke-7 Masehi di antaranya Ibrahim bin Ghanaim bin Said. Berdasarkan penuturan Khalid Azabi, Ibrahim merupakan salah satu orang kepercayaan Khalifah al-Zahir. Ibrahim mendesain dan memimpin langsung pembangunan istana khalifah yang berlokasi di luar Kota Damaskus.
Pada zaman kekuasaan Dinasti Mamluk, nama Shihab Eddine Ahmed bin Mohammed bin Ali Toulouni cukup naik daun. Beliau dipercaya menjadi kepala arsitek di istana khalifah. Menurut ahli sejarah al-Asqalani, Shihab sangat mahir di bidangnya sampai dijuluki sebagai pemimpin para arsitek. Ia juga pernah diberi amanat untuk merenovasi Masjidil Haram di Makkah. Setelah beliau wafat, jejaknya dilanjutkan oleh putranya yang bernama Muhammad.
Ketika tiba zaman dinasti Turki Usmani, lahir juga arsitek lainnya. Salah satu arsitektur bangunan yang cukup tersohor di masa khilfah Utsmani adalah Ali Acemi. Dia merupakan arsitektur yang banyak mendirikan bangunan megah yang dibangun pada zaman Dinasti Usmani. Ali diberi jabatan sebagai kepala arsitek istana pada September 1525 M. Karyanya yang cukup tersohor seperti bangunan Masjid Coban Mustafa Pasha, dan kompleks Coban Mustafa Pasha.
Menurut Jonathan Bloom dan Sheila Blair dalam buku Islamic Arts and Architecture, gaya arsitektur Ali Acemi sangat mengandalkan presisi. Kompleks Coban Mustafa Pasha, merupakan contoh bangunan yang didekorasi dengan hiasan panel serta bahan marmer.
Ada juga tokoh lainnya yaitu Kodja Mimar Sinan. Beliau kemudian dinobatkam sebagai salah satu arsitek terbesar pada zaman Turki Usmani. Dia pernah mendapatkan posisi sebagai arsitek kepala dan insinyur teknik sipil. Sinan mempunyai andil dalam membangun Kota Istanbul di bawah empat masa kepemimpinan sultan, yaitu Salim I, Sulaiman I, Salim II, dan Murad III. Setidaknya ada 476 bangunan telah dibuatnya dan sebagian masih berdiri kokoh sampai sekarang.