Saat ini, Finlandia memang dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki sistem pendidikan baik dan juga menjadi teladan serta role model bagi banyak negara-negara lain. Karena itulah, tak ada salahnya jika nilai-nilai positif dari sistem pendidikan di Finlandia juga dapat diterapkan di Indonesia.
Barangkali teman-teman khususnya yang berprofesi sebagai pendidik atau akademisi, mungkin ada yang ingin menerapkan beberapa pola pendidikan di Finlandia pada sekolahnya masing-masing.
Jika memang iya, berikut beberapa penerapan sistem pendidikan di Finlandia yang perlu diketahui. Secara umum sekolah di Finlandia menerapkan :
-Tidak ada sistem rangking, semua anak hebat di bidangnya masing-masing. Dalam banyak aktivitas, kelas dibentuk gabungan misal kelas 1&2, 3&4, 5&6, 7&8, 10&11
-Terkait kematangan mental, start usia sekolah SD wajib berusia 7 tahun, kurang dari itu tidak diperbolehkan.
-Tidak ada ujian nasional. Hanya ada ujian untuk tes masuk universitas. Evaluasi mutu siswa ada di masing-masing guru, karena hanya guru yang memahami kemampuan siswa, bukan negara.
-Semua sekolah negeri memiliki mutu yang sama, tidak ada sekolah unggulan. Semua sekolah negeri gratis biaya sekolah, makan siang, transport, dan kesehatan. Mendirikan sekolah swasta diperbolehkan , namun syaratnya ketat sekali.
-Kualitas guru sekolah negeri sangat terjamin mutunya. Pemerintah Finlandia memberi penghargaan profesi guru setara dengan profesi dokter, engineer, lawyer. Semua guru harus Master (S2), Asisten Guru (S1) yang berasal dari 10 besar lulusan terbaik di universitas. Tidak ada sertifikasi dan evaluasi tahunan guru. Kualitas guru dilihat dari kualitas murid yang dihasilkan. Rasio Guru:Murid = 1:12
-Pengaturan jam belajar di kelas pendek, mewajibkan siswa bermain outdoor terkena sinar matahari, meskipun hujan (diberikan alat pelindung hujan). Bermain outdoor hanya dibatalkan jika cuaca badai dengan titik suhu minus. Setiap 45 menit belajar harus break bermain selama 15 menit. Sementara itu break makan siang 45-50 menit.
-Jam sekolah yang pendek lebih memberi ruang berpikir bebas dan kreatif. Untuk SD jam belajarnya 4-5 jam/hari. Sedangkan SMP dan SMA jam belajarnya seperti mahasiswa yaitu kedatangan ke sekolah menyesuaikan mata pelajaran yang dipilih
-Ada lembaga pemerintah yang disediakan gratis di setiap “kecamatan” untuk menampung anak2 usia 13-18 tahun beraktivitas selepas pulang sekolah jika di rumah tidak ada ortu (ortu bekerja).
-Bagaimana dg PR? ada tapi minim sekali itu pun hanya untuk siswa yg membutuhkan penekanan khusus. Tidak ada PR klasikal.
Hayo, mana yang sekitanya bisa diterapkan di sekolah Anda? meskipun sekolah kita banyak terikat sistem nasional, jangan menyerah…karena masih ada celah untuk menjadi sekolah yang humanis lho!