1
Motivasi Muslim Lifestyle News

Inilah Cinta Menurut Pandangan Islam (Part 4)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Berbicara soal cinta, saat ini, orang telah menjadi lebih kritis dan memiliki pandangan individualis mengenai cinta. Dan wanita juga telah mengambil peran yang lebih kuat dalam masyarakat, dimana hal ini juga akan turut berdampak terhadap pandangan seseorang mengenai cinta. Karena alasan ini, banyak seseorang yang memandang jika akan lebih bijaksana bagi orang tua untuk tidak memaksa anak-anak mereka menikahi seseorang tanpa persetujuan dan penerimaan penuh dari mereka. Nasihat ini didasarkan pada pengetahuan langsung dari banyak pernikahan yang diatur dan yang tidak diatur berdasarkan kesesuaian atau kesregan hati.

Seharusnya keluarga dan teman-teman bagi seorang muslim adalah mereka yang benar-benar mencari pasangan yang cocok untuknya. Jika kehendak Allah adalah bahwa seorang muslim bertemu, atau secara pribadi mengetahui seseorang dengan siapa dia tertarik, maka dia harus segera pergi ke keluarganya k berbicara tentang hal itu. Orang tua hendaknya mengizinkan anak mereka mengadakan pertemuan bersama dengan seseorang yang awalnya mereka sukai atau cintai. Pertemuan-pertemuan ini harus benar-benar bertujuan untuk mempelajari kepribadian dan harapan masing-masing pasangan mereka.

Jika setelah beberapa pertemuan ini mereka merasa tidak cocok, maka mereka harus mengakhiri semua komunikasi yang membicarakan hal itu dan kembali menjadi saudara dan saudari Muslim biasa. Jika setelah berdoa memohon petunjuk Allah melalui shalat istikharah membuat mereka merasa dekat dan cocok, maka yang terbaik adalah menikah secepat mungkin. Mungkin ada waktu-waktu tertentu untuk lebih saling mengenal, tetapi apabila mereka mau melakukan hal yang berkaitan untuk menikah secara budaya, itu tetaplah bisa mengubah hukum yang ada dalam Islam, sehingga perbuatan mereka yang dilakukan berdasarkan tradisi harulah tidak boleh sampai menyimpang dari aturan Islam.

Perbedaan mendasar antara pernikahan Islami dan pernikahan barat adalah bahwa di barat pasangan pada umumnya bertemu tanpa bantuan keluarga. Pertemuan mereka biasanya merupakan hasil dari ketertarikan pria dan wanita yang dicintai dan mereka telah menikmati kebersamaannya. Kemudian mereka melanjutkan sebagai pasangan menikah, butuh waktu sampai bertahun-tahun sampai mereka memutuskan jika mereka ingin menjalani sisa hidup mereka satu sama lain melalui suatu ikatan. Darisana lah mereka menikah. Mereka merasa sudah jatuh cinta selama jangka waktu tertentu. Jadi mereka hidup bersama setelah menikah (bahkan tidak jarang yang sebelum menikah pun telah menjalani hidup bersama dan tinggal dalam satu atap) dan menjalani hari-hari bersama, serta memungkinkan juga untuk bercerai di kemudian hari karena satu dan lain alasan.

Dalam Islam, pernikahan dilindungi oleh hukum ilahi dari Allah.Sehingga darisini lah pernikahan diwajibkan untuk mendasarkannya atas perintah Allah dan tidak boleh melanggarnya. Dalam menjalankan pernikahan yang didasarkan atas hukum Allah, kita pun harus mengetahui beberapa faktor. Faktor pertama adalah bahwa pernikahan, jika dilakukan dengan benar, pertama kali dibentuk melalui aturan-aturan Islam dan bukan keinginan fisik yang sering dapat membuat seorang pria bertindak dengan cara apa pun, sehingga pernikahan juga akan langgeng dan tidak mudah untuk berpisah dan meninggalkan pasangan ketika sudah merasa puas (terutama dalam “memanfaatkan” fisik pasangan_.

Begitu pasangan Muslim secara resmi menikah, mereka memahami bahwa meskipun dengan kecocokan, mereka harus bekerja selama sisa hidup mereka untuk menjaga cinta, kasih sayang, pengertian, rasa hormat, dan perasaan saling memaafkan diantara mereka. Mereka telah menandatangani perjanjian dengan Allah yang membawa hak dan tanggung jawab antara satu sama lain. Dasar-dasar ikatan itu ditemukan dalam Alquran pada ayat 21 Surat al-Rum,

“Dan dari tanda-tanda-Nya adalah bahwa Dia menciptakan untukmu dari pasanganmu agar kamu dapat menemukan ketenangan di dalamnya; dan Dia menempatkan di antara kamu kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya di dalamnya ada tanda-tanda untuk orang-orang yang berpikir.” (30:21)