Hari ini begitu banyak sekali anak-anak yang telah mempelajari bagaimana konsep dasar ilmu matematika mengenai sebuah perbandingan. Seperti mana yang lebih besar, mana lebih kecil. Mana lebih banyak, mana yang lebih sedikit. Mana lebih tinggi, mana yang lebih rendah. Mana yang lebih halus, mana yang lebih kasar. Dan seterusnya. Termasuk juga mana yang lebih gemuk, serta juga mana yang lebih kurus. Hehehe, jangan baper ya, para emak-emak😁😅
Alhamdulillah anak-anak juga sudah cukup banyak yang dapat memahami definisinya, hal ini juga disebabkan karena comparing activities juga merupakan hal yang sering mereka jumpai sekaligus mereka lakukan dalam keseharian mereka. Anak-anak juga sudah memahami aplikasinya dalam soal matematika, seperti 100 > 25, dan seterusnya. Tetapi, ada juga lho hal yang lebih penting dari itu yang harus perlu kita perhatikan, mengenai tujuan nyata dari ilmu perbandingan dalam matematika selain untuk mendapatkan nilai yang baik di kelas dari bapak atau ibu guru.
Lalu untuk apa kita belajar tentang perbandingan?
Kegunaan yang dimaksud disini tentu saja kegunaan akan pengaplikasiannya di dunia nyata, yang tidak hanya sebatas teoritikan yang ditulis dibuku demi untuk mendapatkan nilai yang bagus dari guru semata. Pada artikel ini akan disampaikan kepada para pembaca, bahwasannya kita mempelajari perbandingan untuk dapat memahami suatu pengelompokan atau klasifikasi.
Misalnya saja dengan mengelompokkan buah jeruk berdasarkan kualitasnya. Jeruk yang ukurannya lebih besar dan bentuknya lebih bagus, akan dikelompokkan secara terpisah dari jeruk yang memiliki ukuran yang lebih kecil dan juga bentuknya kurang bagus. Harga jeruk yang memiliki kualitas lebih bagus pastinya akan lebih mahal disbanding yang kualitas lebih jelek.
Atau fungsi lain misalnya untuk mengelompokkan produk bisnis untuk dapat diletakkan di posisi yang tepat dalam sebuah supermarket misalnya, dimana peletakan itu berdasarkan kemiripan jenisnya. Seperti produk sabun diposisikan di dekat produk sampo, bukan di dekat ikan atau sayuran. Karena produk sabun lebih mirip produk sampo (sama-sama produk kesehatan), dibanding dengan produk ikan atau sayuran yang merupakan produk makanan.
Selain untuk memahami klasifikasi, belajar tentang perbandingan juga berkaitan dengan suatu keputusan untuk dapat memilih. Contohnya saja untuk orang yang kulitnya sangat sensitif, yang alergi terhadap tekstur kasar, pastinya akan memilih kain dengan tekstur yang lebih halus, seperti sutera. Orang yang doyan pedas misalnya, akan memilih menu yang lebih banyak menggunakan cabe, seperti ayam bumbu balado misalnya, dibanding memilih ayam semur.
Nah, di dalam Al-Qur’an Allah juga membuat perbandingan tentang hukum (aturan) bagi manusia,
“Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah bagi orang-orang yang yakin?” (TQS. Al-Maidah: 50)
Bagi kaum muslim, hukum (aturan) yang berasal dari Allah adalah aturan yang lebih baik dibanding hukum (aturan) yang berasal dari akal manusia yang jelas serba terbatas, yang tidak mampu menjangkau hakikat baik-buruk juga manfaat-madharat.
Buktinya sungguh terang. Hari ini kita banyak melihat kemaksiatan merajalela, kerusakan melanda di mana-mana, karena manusia memilih hukum jahiliyah sebagai way of life. Derajat manusia bahkan lebih sesat daripada hewan karena memilih menjalani hidup menggunakan hukum jahiliyah. Contoh nyatanya adalah eljibiti.
Karenanya, Mas dan Kakak harus rajin sholat, semangat belajar, juga berbakti kepada orang tua, karena semua itu adalah amalan yang sesuai dengan aturan Allah. Dengan mengikuti aturan Allah, selain Allah ridha dan menjanjikan surga, niscaya hidup kita pun akan selamat di dunia sekaligus di akhirat. Sungguh aturan Allah adalah aturan yang paling cocok untuk manusia, karena berasal dari Dzat Yang Maha mengetahui lagi Maha Sempurna.
Selain itu, kita juga harus ikut memperjuangkan tegaknya aturan Allah secara kaffah. Karena hanya dengan aturan-Nya manusia dan semesta akan mendapatkan keberkahan tak terhingga, bukan kehinaan dan kesempitan tiada berkesudahan di dunia, dan adzab yang keras di akhirat kelak.
“Jika sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (TQS. Al-A’raf: 96)