Jangan meremehkan “Aamiin”. Maka tidak cukup di dalam hati. Nabi menjelaskan ihwal “Aamiin” ini. Kata Nabi, “Jibril mengajariku “Aamiin”, ketika aku selesai membaca al-Fatihah. “Aamiin” itu seperti stempel untuk al-Qur’an.” Bahkan dalam riwayat lain, “Aamiin itu adalah stempel Allah, Tuhan semesta alam.”
Abu Bakar menjelaskan, “Maknanya, “Aamiin” itu merupakan stempel Allah untuk hamba-Nya. Karena ia bisa menolak segala penyakit dan bala’ dari mereka.”
Bahkan, dalam hadits lain disebutkan, “Aamiin itu salah satu tangga di surga.” Maknanya, kata Abu Bakar, “Kata yang dengannya, orang yang mengucapkannya berhak mendapatkan salah satu tangga surga.”
Wahab bin Munabbih berkata, “Aamiin terdiri dari 4 huruf (yaitu, Alif, Mim, Ya’ dan Nun), dimana di setiap hurufnya Allah ciptakan satu malaikat. Malaikat itu berkata (ketika ada yang mengucapkan “Aamiin”), “Allahummaghfir likulli man qala Aamiin (Ya Allah, ampunilah setiap orang yang mengucapkan Aamiin).”
Karena itu, sampai seorang penyair mengatakan, “Aamiin, Aamiin, aku tidak rela hanya dengan mengucapkan sekali, hingga aku akan mengulangnya 2000 Aamiin..” Penyair yang lain mengatakan, “Allah mengasihi seorang hamba yang berkata, ‘Aamiin”..
Nabi sendiri, ketika habis membaca al-Fatihah, selalu mengucapkan “Aamiin.” hingga bacaannya terdengar oleh barisan pertama dalam shalat. Jadi, tidak cukup mengucapkan “Aamiin” di dalam hati.
Bahkan, saking istimewanya “Aamiin”, kata Nabi, “Sesungguhnya Allah telah memberikan kepada umatku, apa yang tidak diberikan kepada siapapun sebelum mereka: (1) “as-Salam”, yaitu salam penghuni surga; (2) Barisan malaikat; (3) Amin..” (Dinukil dari Tafsir al-Qurthubi, tentang Aamiin).
Masyaa Allah.. Andai, kita tahu kemuliaan “Aamiin”, kita tidak akan melewatkan kata “Aamiin”, meski kelihatannya enteng..
*Rendahkan Diri Kita Di Hadapan Allah Swt Agar Hati Terasa Ringan Untuk Mendekat dan Taat KepadaNya !*
*Jangan Sampai Kita Masuk Dalan Jahiliyah Modern !*
_’Jahiliyah adalah segala sesuatu yg merenggut dan mengambil hak prerogatif (kekuasaan berhukum) Allah Ta’ala dalam membuat dan menetapkan suatu hukum, aturan, dan undang-undang. Masyarakat Islam bukanlah sebuah perkumpulan atau kelompok manusia yg menamakan diri mereka ‘Muslim’ sedangkan syariat Islam tidak dijadikan undang-undang masyarakat tsb, walaupun mereka patuh melaksanakan shalat, mengerjakan puasa, dan menunaikan haji ke Mekah.’_
Sayyid Qutb, Ma’alim fi al-Tariq
Astaghfirullahal azhim…
Allahumma sholli ‘ala Muhamma…
_Ya Allah,_
_dengan waktu dhuhaMu, keagunganMu, keindahanMu, kekuatanMu, dan penjagaanMu, jika rezeki kami berada di atas langit maka turunkanlah, jika berada di dalam bumi maka keluarkanlah, jika sukar mudahkanlah, jika haram sucikanlah, jika jauh dekatkanlah,_
_dengan kebenaran dhuhaMu, kekuasaanMu (Wahai Tuhanku), datangkanlah pada kami apa yg Engkau datangkan kepada hamba-hambaMu yg soleh”._
Aamiin allahumma aamiin