Umroh.com – Tanggal 10 Dzulhijah menjadi saat umat muslim merayakan Idul Adha. Sebelum hari raya Idul Adha, ada anjuran untuk mengerjakan puasa sunnah. Puasa Arofah di tanggal 9 Dzulhijah, dan puasa Tarwiyah di tanggal 8 Dzulhijah.
Anjuran ini berasal dari hadis riwayat Ibnu Abbas yang disampaikan oleh Abusy Syaikh dan Ibnu An Najjar. “Puasa pada hari tarwiyah (8 Dzulhijah) akan mengampuni dosa setahun yang lalu. Sedangkan puasa hari Arafah (9 Dzulhijah) akan mengampuni dosa dua tahun.”
Baca juga: Selain Menghapus Dosa, Ini 7 Manfaat Lain Puasa Tarwiyah
Permasalahan Hadis Puasa Tarwiyah
Tetapi para ulama menilai hadis puasa tarwiyah dan arofah tersebut tidak shahih dan dhaif (lemah). Bahkan Imam Asy Syaukani menyatakan hadis tersebut di dalam riwayatnya ada perawi yang pendusta.
Ibnu Taimiyah mengungkapkan bahwa umat muslim tidak boleh beramal dengan menyandarkan pada hadis yang lemah. Namun, Imam Ahmad bin Hambal dan sebagian ulama lain membolehkan hadis dhaif diamalkan, selama diketahui hadis tersebut tidak diketahui shahih tidaknya, atau tidak diriwayatkan oleh perawi yang pendusta. Selain itu, boleh mengamalkan hadis dhaif jika memang ada dalil syar’i yang mendukungnya.
Para ulama menjelaskan bahwa tidak boleh menyatakan hukum dari suatu amalan (wajib atau sunnah) yang berasal dari hadis yang dhaif. Pendapat ini sesuai dengan kesepakatan (ijma’) para ulama.
Bolehkah Mengamalkan Puasa Tarwiyah di Tanggal 8 Dzulhijah?
Umroh.com merangkum, setelah mengetahui perselisihan para ulama tersebut, bukan berarti kita dilarang sama sekali berpuasa di tanggal 8 Dzulhijah. Para ulama menjelaskan bahwa kita boleh berpuasa di tanggal tersebut, selama kita menyandarkannya pada keutamaan beramal di awal bulan Dzulhijjah. Puasa memang merupakan amalan yang sangat baik dilaksanakan di awal bulan Dzulhijah sebelum Idul Adha. Rasulullah dan para Sahabat disebut memperbanyak puasa di tanggal 1 hingga 9 Dzulhijah.
Hari-hari di awal bulan Dzulhijah memang merupakan saat dimana kita disunnahkan memperbanyak amal sholeh. Dituturkan Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda: “Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai Allah melebihi amal sholeh yang dilakukan pada hari-hari ini (10 hari pertama bulan Dzulhijah).” Para sahabat bertanya: “Tidak pula jihad di jalan Allah?” Beliau menjawab: “Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun.” (HR.Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, & Ahmad).
Para ulama menjelaskan bahwa sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijah merupakan hari-hari mulia. Jika melakukan amal sholeh di tanggal tersebut, kita akan mendapat keutamaan dilipatgandakan pahala. Dengan demikian, kita disunnahkan beribadah dengan sungguh-sungguh di tanggal itu.
Di awal bulan Dzulhijah itulah para ulama menjelaskan banyak ibadah pokok berkumpul menjadi satu. Ibadah yang diperintahkan di hari-hari tersebut misalnya anjuran berpuasa, sedekah, dan manasik haji. Bahkan disebutkan bahwa keistimewaan ini tidak dijumpai di hari-hari lain.
Komite Tetap Kajian dan Fatwa Arab Saudi mengatakan hukum berpuasa Arafah adalah sunnah bagi yang tidak berhaji. Sementara jika hendak berpuasa di hari sebelumnya (hari tarwiyah) dibolehkan.
Mau jadi tamu Allah di Tanah Suci? Yuk temukan paketnya cuma di Umroh.com!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Rasulullah Banyak Berpuasa di Awal Bulan Dzulhijah
Berpuasa di tanggal 8 Dzulhijah adalah hal yang sunnah, jika kita berpedoman pada anjuran untuk banyak beramal di awal bulan Dzulhijah. Seperti hadis yang mengungkapkan bahwa Rasulullah banyak berpuasa di tanggal tersebut.
Imam Abu Daud meriwayatkan hadis dari Hunaidah bin Kholid, dari istrinya, bahwa istri-istri Rasulullah berkata, “Rasulullah biasa berpuasa pada sembilan hari awal Dzulhijah, pada hari ‘Asyura’ (10 Muharram), berpuasa tiga hari setiap bulannya, …”
Di tanggal tersebut, ada juga anjuran untuk puasa Arofah di tanggal 9 Dzulhijah. Kali ini, hadis yang menjelaskannya adalah hadis yang shahih, sehingga bisa kita amalkan.
Dari Abu Qotadah, Rasulullah bersabda, “Puasa Arofah dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR.Muslim).
Mengapa Tanggal 8 Dzulhijah Disebut Hari Tarwiyah?
Jika tanggal 9 Dzulhijah disebut hari Arofah, maka tanggal 8 Dzulhijah disebut hari Tarwiyah. Hari dimana jamaah haji berangkat ke Mina. Di Mina, mereka bermalam dan melaksanakan shalat lima waktu. Mulai dari Dzuhur, Ashar, Maghrib, Isya, hingga Subuh di hari Arafah (keesokan harinya).
Tanggal 8 Dzulhijah disebut hari tarwiyah atau yaumut tarwiyah, yang berarti ‘hari menyegarkan diri’. Para ulama menjelaskan bahwa istilah itu disematkan karena ditanggal 8 Dzulhijah, para jamaah haji melihat air setelah sebelumnya air tidak atau jarang ditemui.
Di hari tarwiyah itulah jamaah haji bisa melihat air untuk menghilangkan rasa haus. Mereka juga mulai bisa mengisi perbekalan air untuk menyegarkan diri di tengah terik padang pasir saat berjalan ke Mina dan Arafah.
Punya rencana untuk berangkat umroh bersama keluarga? Yuk wujudkan rencana Anda cuma di Umroh.com!
Sementara itu, ada penjelasan ulama lainnya yang mengatakan bahwa hari tarwiyah berkaitan dengan turunnya perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih anaknya, Ismail. Di hari kedelapan Dzulhijah itulah Nabi Ibrahim mendapat mimpi yang merupakan wahyu dari Allah untuk menyembelih putra kesayangannya.