Setiap orang bebas mengemukakan pendapatnya di Indonesia. Akan tetapi, kebebasan berpendapat itu seharusnya tidak membuat kita sembarangan dalam melontarkan ucapan. Apapun pendapat yang kita miliki, sebaiknya kita berusaha untuk menjaga ucapan. Menjaga ucapan penting agar kita senantiasa memberi dampak positif. Baik bagi diri sendiri, maupun bagi orang lain. Selain itu, menjaga ucapan adalah salah satu akhlak dari seorang muslim.
Asal Berbicara Memberi Dampak Negatif
Melontarkan ucapan tanpa memperhatikan perasaan orang lain dan dampak negatifnya akan merusak hubungan. Baik hubungan antara individu, meupun kelompok, masyarakat, dan sebagainya.
Pikirkan Sebelum Bicara
Salah satu langkah menjaga ucapan adalah dengan memikirkan terlebih dahulu apa yang hendak dibicarakan. Usahakan untuk selalu berbicara hal-hal yang bermanfaat. Jika ternyata apa yang hendak kita ucapkan adalah hal yang tidak bermanfaat, sebaiknya kita diam dan menahan diri untuk tidak membicarakannya.
Menurut Imam Syafi’i, seseorang harus menimbang gagasan terlebih dahulu sebelum mengucapkannya. Jika itu mengandung manfaat, maka bicaralah. Namun jika kita ragu, maka tahan ucapan tersebut hingga kita benar-benar yakin, apa yang kita bicarakan akan memberikan manfaat bagi orang lain.
Ucapan Memiliki Kaitan Erat dengan Keimanan Seseorang
Ucapan seseorang ternyata sangat berhubungan dengan kualitas keimanannya. Seseorang mukmin akan berusaha membuktikan bahwa ia adalah orang beriman, yang tidak akan menyakiti seseorang lewat lisannya.
Menurut Imam Syafi’i, ucapan seseorang sangat berkaitan erat dengan keimanannya. Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari, bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka jangan ia menyakiti tetangganya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka memuliakan tamunya. Siapa saja yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diam”.
Setiap Ucapan Akan Dimintai Pertanggungjawaban
Orang yang beriman juga percaya bahwa setiap kata yang diucapkannya akan dicatat oleh malaikat, dan kelak akan dipertanggungjawabkan. Dalam surat Qaf ayat 18, Allah berfirman bahwa “tiada yang terucap pada perkataan selain padanya terdapat malaikat Raqib dan Atid”. Karena itu, sebelum kita melontarkan sebuah ucapan atau ujaran, sebaiknya kita menimbang-nimbang. Apakah ucapan kita baik atau tidak, dan apakah kita sanggup mempertanggungjawabkannya di hadapan Allah kelak.
Diam Lebih Baik
Jika ternyata kita belum mampu menjaga ucapan (agar mengucapkan hal-hal yang baik saja), lebih baik diam dan tidak berkata apapun. Diam juga merupakan salah satu bentuk menjaga diri agar tidak mengucapkan hal-hal yang tidak bermanfaat.
Seseorang mampu diam saat ia boleh berbicara termasuk dalam orang yang bijaksana. Ia tahu bahwa seorang mukmin hendaknya selalu berkata yang baik, atau diam.