Suatu hari …
Kau melihat seorang ibu muda yang pergi ke swalayan membeli sayur dan lauk matang saat kau tengah berbelanja di pasar. Hampir tiap hari kau melihatnya membeli makanan yang sudah matang.
“Dasar ibu pemalas!”
Begitu cercamu. Sebab menurutmu, seharusnya ia bisa memasak makanannya sendiri sehingga tidak hanya membeli makanan yang matang.
Sayang kau tak tahu.
Ibu yang kau sebut pemalas itu, bisa saja ia meruapakan seorang pengantin baru yang memang sedang belajar memasak. Bisa saja suaminya sendiri yang justru memintanya membeli makanan jadi, agar ia tak kerepotan saat pagi hari, apalagi jika keduanya harus berangkat ke kantor sebelum pukul 7 pagi. Lagipula, bisa juga ia ingin membantu para pedagang dengan menjadi pembeli masakannya, sebab bisa saja ia merasa tersentuh dengan semangat para pedagang yang masih begitu bersemangat mencari nafkah, tanpa meminta-minta.
Jadi, ia yang pemalas, atau cercaanmu yang tak jelas?
**********
Suatu hari …
Kau dengar tetangga barumu melahirkan secara caesar.
“Dasar ibu pemalas!”
Begitu katamu. Sebab mungkin menurutmu seharusnya ia bisa melahirkan secara normal, apalagi jika usianya masih begitu muda dan selama ini tampak sehat-sehat saja. Pasti akan terbesit, kenapa harus caesar? Apalagi jika kita mendapati ada orang yang usianya sudah berkepala 4 saja masih bisa melahirkan secara normal. Mungkin akan muncul di benak kita jika sang ibu pasti ia malas mengejan, atau agar terus terasa seperti perawan.
Sayang kau tak tahu.
Bisa saja sang ibu tersebut sudah berikhtiar secara maksimal dengan berbagai cara agar bisa melahirkan secara normal. Namun bisa saja qaddarullah, ia mengalami eklampsia, sehingga operasi caesar harus dilakukan sebagai jalan sebagai suatu metode untuk menyematkan bayi dan dirinya.
Jadi, ia yang pemalas, atau penghakimanmu yang tak jelas?
**********
Ingatlah.
Kesibukan tiap orang berbeda.
Begitu juga dengan yang mereka lakukan untuk efisiensi waktu mereka.
Sudahi perseteruan ini. Jangan lagi cap para ibu dengan stigma buruk jika mereka mungkin melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pemikiran kita. Jangan ada lagi kubu lahir normal vs lahir caesar, kubu full ASI vs kubu susu formula, kubu ibu bekerja vs ibu rumah tangga, juga yang terbaru, kubu real food dan kubu ‘ibu pemalas’ karena makanannya dianggap bukan real food.
Tak perlu menghakimi, tak perlu merendahkan semau kita sendiri.
Sebab kau tak pernah tahu apa yang mereka sebenarnya lalui.
Dan hey, mencerahkan bisa dilakukan tanpa merendahkan, kan? 🙂
Tetaplah mencerahkan, tetaplah berbagi pengetahuan, namun dengan bahasa yang mengedukasi, bukan menghakimi 🙂
Renungkan sekali lagi.
Betulkah mereka yang pemalas?
Ataukah nyiyiranmu yang tak jelas?