1
Parenting

Jika Anak Sering Mengatakan “Tidak Bisa”, Lakukan 4 Hal Ini

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Ada anak yang berani dan ingin melakukan segala sesuatu sendiri. Namun ada juga anak yang masih merasa takut untuk mandiri dan sering berkata “Aku nggak bisa”.

“Doni, coba kamu setrika pakaianmu sendiri, ya”. Doni menjawab, “ aku nggak bisa, Ma. Takut”.

“Doni, ayo bersihkan ruang bermainmu”. “Gimana caranya, Ma. Aku nggak bisa”.

“Doni, cuci piringmu sendiri, ya Nak”. “Nggak bisa, Ma.”

Setiap orang tua pasti ingin anaknya menjadi mandiri. Namun keinginan ini sedikit terhambat jika anak terus menerus berkata “tidak bisa” saat diminta belajar melakukan sesuatu.  Jika anak Anda sering mengatakannya, lakukan hal ini untuk melatihnya lebih mandiri.

Kurangi Membantu Anak

Saat melihat anak yang kesulitan, wajar jika orang tua merasa tidak tega dan ingin membantu memecahkan masalahnya. Akan tetapi, terlalu sering mengulurkan tangan untuk anak bisa membuat mereka terbiasa dengan bantuan kita. Anak-anak jadi menggantungkan diri kepada kita.

Seketika menolong mereka saat mereka berkata “aku tidak bisa” sama artinya Anda dengan membenarkan pernyataan tersebut. Pada akhirnya, anak akan percaya bahwa ia memang tidak bisa melakukannya dan harus dibantu agar bisa menyelesaikannya.

Jika orang tua merasa anak sudah seharusnya bisa melakukan sesuatu, berikan instruksi langkah demi langkah agar beban yang ia rasakan berkurang. Misalnya saat orang tua meminta anak untuk merapikan ruang bermainnya. Saat ia menolak dengan berkata “tidak bisa”, minta ia untuk membereskan satu bagian terlebih dahulu. Orang tua bisa mengatakan “coba masukkan dulu semua mainanmu di dalam keranjang, nanti Mama beri tahu selanjutnya”.

webinar umroh.com

Biarkan Anak Melakukan Langkah Terakhir

Ada kalanya orang tua memang harus membantu anak untuk menyelesaikan sesuatu. Misalnya ia masih butuh bantuan untuk mencuci piringnya sendiri. Jika dibiarkan, piring licin yang dipegangnya bisa jatuh dan pecah. Bisa dipahami jika anak berkata “aku nggak bisa”. Akan tetapi, ada orang tua tetap ingin melatih agar kelak ia terbiasa mencuci piringnya sendiri.

Untuk membantunya, orang tua bisa melakukan beberapa tahap awal, namun di tahap terakhir, minta ia untuk menyelesaikannya. Misalnya orang tua bisa membantu anak untuk mencuci piring dengan sabun, namun untuk membilas dan menaruhnya di rak piring, minta anak untuk melakukannya. Biarkan anak merasakan kepuasan setelah berhasil melakukan suatu tugas.

Beri Penekanan untuk Mengalihkan Pikiran Negatif Anak

Saat anak akhirnya mau melakukan tugas yang diberikan orang tua, bantu mereka untuk meyakinkan diri bahwa ia sebenarnya bisa. Misalnya saat anak akhirnya berhasil mencuci piring hingga meletakkannya kembali di rak piring, katakan padanya “Tuh, kan, ternyata kamu bisa. Kalau kamu mau mencoba, ternyata bisa juga, kan?”. Penekanan yang diberikan orang tua bisa membantu anak untuk mengalihkan pikiran negatif mereka. Anak – anak yang tadinya berpikir bahwa ia ‘tidak bisa’, pemikirannya akan berubah dan yakin bahwa ‘ia bisa jika mau mencoba’.

Puji Anak dengan Keahliannya

Saat anak bersedia melakukan tugas-tugas kecil yang Anda berikan, amati tugas mana yang paling ia kuasai. Misalnya, setelah beberapa lama melakukan beberapa tugas, orang tua akhirnya menyadari bahwa anak Anda sangat ahli dalam membantu merapikan meja makan. Puji keahliannya dan biarkan ia yang melakukan tugas tersebut untuk keluarga.

Misalnya orang tua bisa memuji, “Wah, ternyata adek pintar merapikan meja makan, ya. Meja makannya jadi lebih bersih kalau adek bersihkan. Mulai sekarang, bantu mama merapikan meja setelah kita makan bersama, ya”. Ini akan memberikan sensasi keberhasilan atas jerih payah yang ia lakukan. Kepercayaan yang orang tua berikan juga bisa mengembangkan konsep diri anak. Ia yang tadinya merasa ‘tidak bisa’, akhirnya merasa lebih percaya diri.

Membujuk anak yang merasa tidak percaya diri dan sering berkata “tidak bisa” memang membutuhkan kesabaran. Namun dengan beberapa pendekatan tersebut, semoga orang tua bisa sedikit demi sedikit memupuk rasa percaya diri anak dan kelak ia bisa menerima segala tantangan.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.