1
Parenting

Jika Anak Terlalu Perfeksionis, Atasi dengan 4 Hal Ini

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Anak-anak memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang easy going, namun juga ada yang perfeksionis. Memangnya anak-anak bisa memiliki sifat perfeksionis? Tentu. Anak yang perfeksionis tampak dari karakternya yang mudah kesal dengan tugas baru yang lebih sulit. Kekesalan tersebut timbul karena mereka tidak nyaman dengan tantangan-tantangan, dan menginginkan segalanya berada pada kendalinya.

Sebagian orang dewasa menganggap karakter perfeksionis merupakan hal yang dibutuhkan dalam keberhasilan. Seseorang yang perfeksionis biasanya memiliki standar yang tinggi dalam segala hal, sehingga sangat dibutuhkan bagi pihak yang menginginkan kemajuan. Padahal, tidak selalu sifat perfeksionis merupakan hal yang baik. Jika berlebihan, sifat perfeksionis bisa merusak diri sendiri bisa merusak diri sendiri, lho.

Dua Macam Sifat Perfeksionis

Ada dua macam sifat perfeksionis. Yaitu pertama, mereka yang memiliki keinginan untuk mencapai yang terbaik (excellence-seeker). Tipe ini biasanya memiliki pola pikir yang berkembang, sehingga cukup sehat untuk perkembangan seseorang.

Tipe yang kedua adalah yang mencari kesempurnaan untuk menghindari penilaian buruk dari orang lain. Dengan kata lain, ia ingin tampil sempurna di hadapan orang lain. Biasanya, orang dengan sifat perfeksionis seperti ini cenderung sulit untuk maju karena cenderung mengkritik diri sendiri, mudah cemas, dan cepat menyerah.

Perbedaan tipe pertama dan tipe kedua akan tampak dari pembawaan seseorang. Mereka yang perfeksionis dengan tipe pertama cenderung optimis dan bahagia, sedangkan yang tipe kedua cenderung merasa takut dan suka menunda pekerjaan.

Untuk menghindari anak berkembang dengan sifat perfeksionis yang tidak sehat, lakukan hal di bawah ini.

  1. Dorong Anak untuk Menetapkan Standar Tinggi, namun Masih Bisa Dicapai

Anak yang perfeksionis biasanya menyukai standar yang tinggi. Misalnya ketika mengikat sepatu, ia ingin agar tali sepatunya tampak rapi. Atau ketika diminta untuk mengerjakan tugas sekolah, ia ingin mendapat nilai yang tinggi.

Bantu anak untuk menetapkan standar yang tinggi, namun masih bisa dicapai. Misalnya ketika ia ingin mendapat nilai 100 di semua mata pelajaran, tanyakan apa yang akan ia lakukan untuk mencapainya. Jika dari jawaban anak tidak memungkinkan untuk mencapai target tersebut, sampaikan bahwa tidak masalah jika kali ini tidak mendapat nilai 100 di semua mata pelajaran.

webinar umroh.com
  1. Ajari Anak untuk Mengatakan “Belum Bisa”, bukan “Tidak Bisa”

Anak yang perfeksionis terkadang akan merasa kesal jika hasil yang dicapai tidak sesuai harapannya. Jika ia mengeluh dan mengatakan “Aku tidak bisa”, bimbing ia untuk menggantinya dengan kata “Belum bisa”. Orang tua bisa berkata “Tidak apa-apa, sekarang adek hanya belum bisa. Kita bisa coba lagi nanti”.

  1. Jadilah Orang Tua yang Tidak Malu Menunjukkan Ketidaksempurnaan

Anak-anak belajar lebih cepat dengan keteladanan. Jika orang tua menunjukkan bahwa tidak masalah sesekali melakukan kesalahan, anak akan memahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Ceritakan saat Anda melakukan kesalahan. Bila perlu, minta tanggapan anak mengenai hal yang harus dilakukan untuk memperbaiki kesalahan tersebut.

  1. Tekankan Kegembiraan pada Kegiatan Anak, Bukan Kesempurnaan

Ketika anak melakukan suatu kegiatan, hindari bertanya mengenai hasil akhir aktivitas tersebut. Tanyakan padanya perasaannya pada hari itu.  Orang tua bisa menanyakan “Apa kamu senang?” terlebih dahulu. Biarkan ia bercerita, dan puji hal-hal baik yang telah ia lakukan. Menekankan percakapan pada proses akan membuat anak tidak terlalu terpaku pada hasil akhir yang (harus) baik.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.