Pada suatu ketika, tanpa terasa Nabi Muhammad sudah berdakwah selama 13 tahun di kota Makkah, yang juga menjadi kota paling utama di muka bumi.
Dalam kurun waktu tersebut, sudah ada sejumlah sahabat-sahabat yang gugur dengan cara syahid demi membela panji-panji Islam. Beberapa dari mereka yang gugur juga tidak tanggung-tanggung dibunuh dengan cara yang keji dan biada. Contohnya saja seperti beberapa sahabat yaitu Yasir, Sumayyah, dan beberapa sahabat.
Beberapa sahabat yang masih selamat juga tak jarang mendapatkan siksaan yang sangat kejam. Contohnya saja seperti Bilal bin Rabah, Khabbab bin Al Arat, Ammar bin Yasir, dan beberapa sahabat lainnya.
Sudah banyak pula mungkin beragam tindakan intimidasi, penghinaan, pelecehan, dan permusuhan yang dilakukan dilakukan oleh kafir quraisy. Dan sudah tak terhitung pula berbagai kejadian yang telah ada selama Rasulullah berdakwah di Makkan.
Akan tetapi, semua peristiwa yang telah terjadi bisa ditanggapi Rasulullah dengan tenang dan penuh perhitungan. Hai itu semua tentu saja berkat bimbingan wahyu ilahi.
Ada kalanya saat Rasulullah dizalikim musuh, beliau justru lebih memilih untuk menahan diri. Dan salah satu alasan beliau kala memilih tindakan untuk menahan diri adalah karena merasa belum adanya kekuatan yang cukup untuk dapat melawan terlebih lagi menundukkan kekuatan musuh.
Dan setelah beberapa lama, akhirnya dengan segala kesabaran dan juga keyakinan, Rasulullah memutuskan untuk berhijrah dari Makkah. Beliau akhirnya meninggalkan kota paling mulia di muka bumi yaitu Makkah beserta Ka’bah. Kondisi Makkah dan Ka’bah kala itu memang sedang dikuasai oleh orang-orang kafir.
Yang juga menjadi pertimbangan terhadap keputusan beliau untuk meninggalkan Makkah adalah karena beliau lebih memilih untuk dapat mempertahankan keselamatan hidup sahabat-sahabatnya.
Selain itu, beberapa sahabatnya juga telah diperbolehkan untuk berhijrah ke Etiopia. Selanjutnya ada juga yang pergi ke Madinah. Mereka lebih memilih untuk menempuh cara-cara tersebut daripada melakukan perlawanan sebelum terwujudnya persiapan dan kekuatan yang matang dan mumpuni.
Hal itu tetap saja berani diputuskan meskipun emosi dan juga amarah para sahabat kepada orang orang quraisy seperti sudah tidak tertahankan lagi. Hal tersebut juga tergambar pada pengakuan sahabat Khabbab bin Al Arat berikut:
Kami mengadu kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kala itu sedang berbaring di bawah naungan Ka’abah, berbantalkan bajunya. Kami berkata kepada beliau:
أَلاَ تَسْتَنْصِرُ لَنَا، أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ لَنَا؟
Mengapa engkau tidak memohonkan pertolongan bagi kami?
Mengapa engkau tidak berdoa kepada Allah untuk kami?
(bersambung ke part 2)