1
News

Kehidupan Warga Afghanistan Berubah karena Saffron. Ini Sebabnya

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Saffron merupakan rempah-rempah dengan harga termahal di dunia. Harga Saffron yang mahal disebabkan karena proses yang diperlukan agar rempah tersebut siap digunakan.

Harganya Mencapai Ratusan Juta

Satu pon saffron harganya mencapai $6.000 (Rp 85 juta) hingga $13.000 (Rp 185 juta). Proses pengolahan saffron diawali dengan proses pencabutan bunga saffron dengan hati-hati, hingga mengambil tangkai putik dari bunga Saffron. Tangkai putik inilah yang kemudian dikenal sebagai rempah bernama saffron.

Perusahaan Rempah Asal Amerika, Mengimpor Saffron dari Afghanistan

Sebuah perusahaan di Chicago, yang bernama Rumi Spice, mengimport 500 pon saffron setiap tahunnya dari Afghanistan. 85% saffron yang ada di dunia berasal dari Iran. Namun saffron dengan kualitas terbaik berasal dari Afghanistan.

Saffron asal Afghanistan dikenal dengan kualitasnya yang tinggi. Aromanya lebih wangi dan lebih tajam. Kondisi lingkungan di Afghanistan memberikan pengaruh baik terhadap kualitas saffron yang dihasilkan. Dataran yang tinggi serta iklim yang kering membuat saffron tumbuh dengan baik di Afghanistan.

Dahulu, petani Afghanistan menanam opium, yang juga tumbuh subur dengan kondisi lingkungan tersebut. Akan tetapi, kini banyak yang beralih menanam saffron karena dirasa lebih menguntungkan. Opium sendiri merupakan salah satu bunga yang menjadi bahan baku narkotika.

Berawal dari Tugas sebagai Tentara di Afghanistan

webinar umroh.com

Rumi Spice sendiri mulai berdiri pada tahun 2015. Saat itu, Rumi Spice bekerjasama dengan 10 petani Afghanistan. Kini, sudah ada 500 petani yang menjadi partner Rumi Spice.

Awalnya, pendiri Rumi Spice, Keith Alaniz, merupakan tentara yang saat itu ditugaskan ke Afghanistan. Saat itu, ia dan rekannya melihat bahwa Afghanistan ternyata menghasilkan produk pertanian yang berkualitas, namun tidak banyak yang mengetahuinya. Penyebabnya bisa jadi karena negara ini sebelumnya terkurung perang selama 30 tahun. Akibat perang, Afghanistan tidak bisa mengirimkan produk andalannya ke pasar internasional.

Ingin Membantu Petani Afghanistan untuk Masuk ke Pasar Amerika

Alaniz kemudian mendapat sebuah ide yang saat itu dianggapnya gila. Ia ingin membantu petani Afghanistan terhubung dengan pasar di Amerika Serikat, mulai dari para chef, hingga warga yang menyukai rempah. Salah satu produk yang berhasil diterima baik hingga kini adalah Saffron.

Nama perusahaan, Rumi, sendiri diambil dari nama seorang penyair dan penulis asal Afghanistan, Jalaluddin Rumi. Dengan nama itu, Alaniz berusaha mengubah pola pikir warga Amerika. Dulu, Afghanistan identik dengan perang, terorisme, dan opium. Kini, Alaniz dan Rumi Spice berusaha meyakinkan Amerika bahwa Afghanistan tidak sekadar hal tersebut. Namun juga produk pertanian yang berkualitas, serta pemikir dan filsuf yang terkenal sejak abad 13 lalu.

Saffron Afghanistan Diterima Baik di Amerika

Dulu, Keith dan partnernya harus membawa Saffron dengan koper dari Afghanistan ke Chicago, Amerika Serikat. Namun kini, Rumi Spice berhasil menjadi importer terbesar dari saffron yang diproduksi Afghanistan. Perputaran uang di perusahaan itu mencapai jutaan dolar setiap tahunnya, hanya untuk saffron.

Seluruh Proses Melibatkan Warga Afghanistan

Bukan hanya petani yang diuntungkan dengan produksi saffron di Afghanistan ini. Seluruh proses produksi, mulai dari saffron ditanam, hingga disortir dan dikemas, melibatkan warga Afghanistan. Karyawan terbanyak Rumi Spice adalah wanita Afghanistan yang bekerja di penyortiran saffron.

Melibatkan wanita dalam proses produksi juga awalnya tidak mudah. Umumnya, wanita di Afghanistan tidak terbiasa bekerja di luar rumah. Akan tetapi, Rumi Spice meyakinkan kepala keluarga bahwa proses yang ada diperusahaan tersebut sangat aman.

Awalnya, Rumi Spice mempekerjakan 100 wanita untuk memproses saffron. Kini, sudah ada lebih dari 1.000 wanita yang membantu Rumi Spice memproses saffron agar siap dikemas. Proses pengemasan juga dilakukan di Afghanistan. Tujuannya agar warga di sana juga mendapatkan manfaat ekonomi yang lebih banyak.

Tommy Maulana

Alumni BUMN perbankan yang tertarik berkolaboraksi dalam bidang SEO, Umroh, Marketing Communication, Public Relations, dan Manajemen Bisnis Ritel.