1
Motivasi Muslim Lifestyle News

Kesetaraan Gender Itu Ada Batasnya

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Jika kita ingin membahas soal keseteraan gender, terlebih dahulu kita haruslah melihat sosok seorang ibu. Sosok ibu sungguh luar biasa. Bisa dibilang beliau itu wonder woman. Ibu adalah ratunya rumah tangga, manager segala bidang, perawat terbaik saat ada salah satu anggota keluarga sakit, sekaligus pendidik utama. Ibu yang mengajari kita tentang adab dan akhlak yang baik, tak bosan mengingatkan dan mengajak anak-anaknya untuk sholat. Gimana the best kan? Tugas mulia yang diganjar pahala spesial dari Allah SWT. That’s why, kita sebagai seorang anak harus berbuat baik kepada kedua orang tua dan senantiasa mendoakannya. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surat Al Isra: 23

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik- baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia”.

Noted, Allah melarang kita tuh untuk membantah apalagi membentak mereka. So, seandainya kamu mau menyampaikan pendapat ke orang tuamu sampaikanlah dengan cara dan perkataan yang baik.

Jika peran seorang Ibu begitu sangat luar biasa dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya, mengapa masih banyak remaja yang sepertinya hilang kontrol orang tua, akhirnya melakukan aksi kenakalan remaja?. TemanS, sadar ngga sadar, perlahan tapi pasti barat telah berhasil mem”brainwash” pemikiran para perempuan khususnya muslimah dengan paham kesetaraan gender yaitu persamaan hak sepenuhnya antara kaum perempuan dan laki-laki tanpa adanya diskriminasi.

Menurut paham ini perempuan yang hebat itu adalah perempuan yang berkarir di luar rumah. Yang bisa bersaing dengan laki-laki bahkan melebihinya. Apapun yang dilakukan oleh laki-laki harus bisa dilakukan oleh perempuan. Kaum perempuan yang terbius dengan ide ini lebih senang dan bangga ketika menjabat sebagai wanita karir yang sibuk di luar rumah.

Sebaliknya, perempuan yang memilih menjadi ibu rumah tangga dianggap sebagai sebuah kemunduran atau kuno karna dianggap ngga produktif alias ngga menghasilkan uang (materi) ditambah tidak memiliki prestise di tengah masyarakat.

Kerja dan berkarir di luar rumah menjadikan peran dan tugas hakiki seorang perempuan (Ibu) di dalam rumah menjadi terkorbankan terutama perannya sebagai pendidik anak-anaknya.

Pemikiran feminis yang muncul dari paham liberal- sekuler akhirnya melahirkan perempuan yang merasa dirinya mampu berdikari alias berdiri di atas kaki sendiri. Maksudnya hidup tanpa laki-laki pun sanggup karna sudah punya penghasilan sendiri bahkan cenderung meremehkan laki-laki dalam hal ini adalah suaminya.

webinar umroh.com

Kalau sudah begini bisa ditebak apa yang akan terjadi di dalam keluarga terutama anak-anaknya. Ya, lahirnya anak-anak broken home, yang selanjutnya terlahir pula generasi muda yang lemah, generasi yang salah arah. Padahal Allah SWT sudah me”warning” dalam kalam muliaNya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka.

Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”. TQS. An Nisa: 9

For you all, brothers and sisters.. memang ngga semua anak dengan kondisi broken home jadi anak nakal ya.. banyak juga dari mereka justru menjadi anak yang tangguh bahkan jadi anak yang sholih/sholihah. Karna mereka mencari dan bertemu dengan teman yang mengajak kepada kebaikan, teman surga yang menunjukkan arah hidup yang benar. Malah dari kesholihan anak broken home ini ngga sedikit yang menjadi wasilah bagi kedua orang tuanya kembali berbagi peran di keluarga sesuai dengan tuntunan Islam.