1
Sejarah Islam

Keteladanan Umar bin Abdul Aziz dalam Memimpin

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Amirul Mukminin Umar bin Abdul Aziz, begitulah sekiranya rakyat memanggilnya. Seorang pemimpin yang sholeh, kharismatik, bijaksana, dan dekat dengan rakyatnya. Sosoknya yang begitu melegenda tentu membuat hati penasaran untuk mengenalnya. Berbagai peristiwa pada masa pemerintahannya menimbulkan rasa cinta untuk selalu meneladaninya. 

Mengenal Sosok Umar bin Abdul Aziz

Umroh.com merangkum, nama lengkapnya Abu Hafsh, Umar bin Abdul Aziz bin Marwan bin Al- Hakam bin Abu Al-Ash bin Umayyah bin Abd Syams bin Manaf. Lahir pada tahun 63 H. Merupakan sosok yang benar- benar layak di beri gelar pemimpin orang – orang yang beriman.  Ayahnya bernama Abdul Aziz bin Marwan, yang merupakan salah seorang dari gubernur Klan Umayah. Sedangkan ibunya bernama Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Khatab.

Baca juga: Panutan! Ini Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz yang Jadi Teladan

Beliau merupakan khalifah ke 8 Dinasti Bani Umayyah. Beliau menjadi khalifah pada usia 36 tahun dan masa pemerintahannya cukup singkat, yakni hanya 2,5 tahun mulai dari 99 – 102 H./717 – 720 M. Meskipun begitu dia berhasil melakukan berbagai perubahan, perkembangan dan keberhasilan di segala bidang yang luar biasa dan menakjubkan.

Pada masanya, keadilan benar-benar tegak. Rasa aman meliputi seantero negeri. Harta begitu melimpah ruah. Bahkan, pada suatu kesempatan, Umar bin Usaid memberi kesaksian tentang Umar bin Abdul ‘Aziz bahwa sebelum beliau wafat, masyarakat sudah dalam kondisi makmur. 

Salah satu kunci sukses beliau dalam menjalankan roda pemerintahanya (99-102 H/717-720M) adalah dengan cara menetapkan aturan atau kebijakan – kebijakan yang sangat tepat untuk kesejahteraan umat dengan tidak egois mementingkan dirinya sendiri.

Kebijakan Umar bin Abdul Aziz saat Memimpin

1. Tidak ambisi menjadi pemimpin dan menolak diperlakukan istimewa

Selama masa kekhalifahannya tidak serta merta gila jabatan dan sangat menolak untuk diperlakukan istimewa.  Umar menolak kendaraan dinas, dan meminta kepada salah seorang di antara mereka untuk mendatangkan binatang tunggangannya. Al-Hakam bin Umar mengisahkan, ”Saya menyaksikan para pengawal datang dengan kendaraan khusus kekhalifahan kepadanya sesaat dia diangkat menjadi Khalifah. Waktu itu Umar berkata, ’Bawa kendaraan itu ke pasar dan juallah, lalu hasil penjualan itu simpan di Baitul Maal. Saya cukup naik kendaran ini saja (hewan tunggangan).’

Mau pnunya kesempatan untuk pergi umroh gratis? Yuk download aplikasinya di sini, InshaAllah tanah suci di depan mata!

2. Menerapkan pola hidup sederhana, khususnya untuk diri dan keluarganya

Kesederhanaan beliau dalam kehidupan benar-benar diilhami oleh perilaku hidup sederhana Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Beliau sangat sederhana dalam berpakaian. Suatu ketika Maslamah bin Abdul Malik menjenguk dirinya yang sedang sakit. Maslamah melihat pakaian Umar sangat kotor. Maslamah berkata kepada istri umar, Fathimah binti Abdul Malik, ”Tidakkah engkau cuci bajunya?” Fathimah menjawab, ”Demi Allah, dia tidak memiliki pakaian lain selain yang ia pakai.”

webinar umroh.com

Pada kesempatan lain beliau shalat Jum’at di masjid bersama orang banyak dengan baju yang bertambal di sana-sini. Salah seorang jamaah bertanya, ”Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya Allah telah mengaruniakan kepadamu kenikmatan. Mengapa tak mau kau pergunakan walau sekedar berpakaian bagus?” Umar bin Abdul Aziz tertunduk sejenak, lalu dia mengangkat kepalanya dan berkata, ”Sesungguhnya berlaku sederhana yang paling baik adalah pada saat kita kaya dan sebaik-baik pengampunan adalah saat kita berada pada posisi kuat.”

3. Menolak suap dalam bentuk apa pun

’Amr bin Muhajir meriwayatkan, suatu saat dirinya ingin makan apel, kemudian salah seorang anggota keluarganya memberi apel yang diinginkan. Lalu Umar berkata, ”Alangkah harum aromanya. Wahai pelayan, kembalikan apel ini kepada si pemberi dan sampaikan salam saya kepadanya bahwa hadiah yang dikirim telah sampai.”

’Amr bin Muhajir mempertanyakan sikap Umar tersebut, ”Wahai Amirul Mukminin, orang yang memberi hadiah apel itu tak lain adalah sepupumu sendiri dan salah seorang yang masih memiliki hubungan kerabat yang sangat dekat denganmu. Bukankah Rasulullah Saw. juga menerima hadiah yang diberikan orang lain kepadanya?”

beliau menjawab, ”Celaka kamu, sesungguhnya hadiah yang diberikan kepada Rasulullah Saw. adalah benar-benar hadiah, sedangkan yang diberikan kepadaku ini adalah suap.”

4. Menegakkan keadilan dan mengabdikan diri untuk mensejahterakan umat

Tekadnya untuk menyejahterakan rakyatnya dan menegakkan keadilan adalah prioritas utama. Keseriusan Umar bin Abdul Aziz dalam menegakkan keadilan dapat disimak dalam tafsir yang ditulis Ibnu Abi Hatim. Dalam kitab itu disebutkan Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi mengatakan bahwa Umar bin Abdul Aziz memanggilnya dan berkata, ”Katakan kepadaku tentang keadilan.”

Punya rencana pergi umroh dalam waktu dekat? Yuk pilih paketnya di umroh.com, InshaAllah rencana Anda terwujud sekarang juga!

[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]

Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi berkata, ”Engkau telah menanyakan suatu perkara yang sangat besar. Jadilah engkau kepada anak kecil laksana seorang ayah, dan kepada orangtua laksana seorang anak kecil. Sedangkan kepada yang sebaya laksana seorang saudara, demikian pula kepada kaum wanita. Berilah manusia sanksi sesuai dengan kesalahanya, dan sesuai dengan kondisi fisiknya. Janganlah kamu memukul seseorang dengan satu cemeti pun karena kemarahanmu, sehingga kamu akan dianggap sebagai orang yang melampaui

5. Melestarikan lingkungan hidup

Beliau benar-benar memperhatikan aspek lingkungan hidup, dimana semua makhluk hidup, termasuk hewan dan tumbuhan mendapatkan keadilan. Karena hutan dilestarikan, maka binatang-binatang liar seperti serigala tak perlu turun ke desa untuk mencari mangsa. Hewan-hewan tersebut telah mendapatkan segala apa yang dibutuhkan.

6. Menghukum orang sesuai dengan kesalahannya

Ketika dirinya menjadi Khalifah, Khalid datang menemuinya untuk bertugas sebagai pengawal Umar. Umar bin Abdul Aziz berkata kepada Khalid, ”Letakkan pedang itu!” Lalu dilanjutkan dengan berdoa, ”Ya Allah, saya telah mencopot pedang itu dari Khalid dan saya memohon kepada-Mu janganlah Engkau angkat pedang itu untuk selamanya.”

Yahya al-Ghassani menceritakan, saat Umar bin Abdul Aziz mengangkatku sebagai pejabat di Mosul, aku mendapatkan wilayah itu dipenuhi tindak kriminal yang sangat tinggi. Lalu aku menulis surat untuk meminta nasehat kepada Umar apakah harus menghukum mereka dengan prasangka dan tuduhan tanpa bukti konkrit, atau dengan bukti-bukti dan keterangan yang jelas sebagaimana diajarkan di dalam Sunnah Rasulullah Saw.?”

Beliau lalu mengirim surat balasan yang isinya perintah agar aku melakukan proses hukum berdasarkan fakta sesuai dengan Sunah Rasulullah Saw. ”Jika kebenaran dan keadilan tidak juga mampu menghadirkan perbaikan kepada mereka, maka jangan harap mereka akan menjadi baik,” jelas Umar.

Umar bin Abdul-Aziz wafat disebabkan oleh sakit akibat diracun oleh pembantunya. Umat Islam datang berziarah melihat kedhaifan hidup khalifah sehingga ditegur oleh menteri kepada isterinya, “Gantilah baju khalifah itu”, dibalas isterinya, “Itu saja pakaian yang khalifah miliki”.

Umar akhirnya pun meninggal dunia. Anak-anaknya ditinggalkan tidak berharta dibandingkan anak-anak gubernur lain yang kaya. Setelah kejatuhan Bani Umayyah dan masa-masa setelahnya, keturunannya adalah golongan yang kaya berkat doa dan tawakkal Umar bin Abdul-Aziz.

Mau dapat tabungan umroh? Yuk download aplikasinya di sini dan dapatkan tabungan hingga jutaan rupiah!

Selama pemerintahan, umat dan masyarakat berada dalam kemakmuran. Tidak ada orang miskin terabaikan. Tak ada orang yang kelaparan. Semuanya hidup serba kecukupan. Hal ini diungkapkan oleh Umar bin Usaid, ”Demi Allah, Umar bin Abdul Aziz tidak meninggal dunia hingga seorang laki-laki datang kepada kami dengan sejumlah harta dalam jumlah besar dan berkata, ’Salurkan harta ini sesuai kehendakmu.’ Ternyata tak ada seorang pun yang berhak menerimanya. Sungguh Umar bin Abdul Aziz telah membuat manusia hidup berkecukupan.”