1
Sejarah Islam

Beginilah Kisah Menarik Abdullah Ibn Al-Mubarak soal Haji

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Seorang Tabiin bernama Abdullah Ibn Mubarak kala itu sedang menunaikan ibadah haji. Saat berada di Masjidil Haram, tidak sengaja ia tertidur. Dan ia bermimpi mendengar percakapan dua malaikat.

Percakapan Dua Malaikat di Dalam Mimpi 

Salah satu malaikat bertanya, “Berapa banyak umat Islam yang berhaji tahun ini?”. Malaikat lainnya menjawab, “Enam ratus ribu orang. Tetapi, tidak ada satu pun yang diterima. Hanya ada seorang tukang sepatu bernama Muwaffaq dari Damsyik. Ia tidak bisa berangkat haji, namun ibadahnya malah diterima. Karena tukang sepatu itu, semua orang yang berhaji tahun ini diterima hajinya”.

Baca juga: Panutan! Begini Potret Kesederhanaan Umar bin Abdul Aziz

Tiba-tiba Abdullah Ibn Mubarak terbangun. Ia termangu, dan merasa tidak percaya dengan apa yang didengarnya dalam mimpi. Timbul rasa penasaran di dalam hatinya, apakah peristiwa yang diceritakan malaikat di dalam mimpinya benar adanya. 

Umroh.com merangkum, Abdullah Ibn Mubarak akhirnya bertekad mencari kebenaran mimpi itu. Setelah selesai menunaikan ibadah haji, ia pulang dan menuju ke Damsyik. Dicarinya seorang tukang sepatu bernama Muwaffaq. 

Mimpi yang Merupakan Petunjuk Allah 

Saat tiba di Damsyik, ia mencari tahu dan akhirnya menemukan rumah sang tukang sepatu itu. Memang benar ada tukang sepatu bernama Muwaffaq. Ia mulai yakin bahwa mimpinya saat di Masjidil Haram bukanlah sekadar bunga tidur, melainkan petunjuk dari Allah.

Mau dapat tabungan umroh hingga jutaan rupiah? Cukup dengan download aplikasinya di sini, dan dapatkan tabungan Anda!

Abdullah Ibn Mubarak dipersilakan masuk oleh Muwaffaq. Di dalam rumah, Abdullah dan Muwaffaq mulai berbincang-bincang. Abdullah ingin mencari tahu cerita lengkap dari Muwaffaq untuk menjawab rasa penasarannya. Ia merasa takjub, bagaimana mungkin seseorang yang tidak pergi haji bisa diterima ibadah hajinya, bahkan menyebabkan seluruh jamaah haji diterima hajinya.

“Kebaikan apa yang telah engkau lakukan, sehingga engkau bisa tercatat telah berhaji, padahal kau tidak pergi ke Masjidl Haram?”, tanya Abdullah Ibn Mubarak kepada Muwaffaq. 

webinar umroh.com

Kisah dari Muwaffaq, Sang Tukang Sepatu 

Sang tukang sepatu kemudian bercerita, bahwa ia sebenarnya telah memiliki niat untuk pergi haji. “Melihat kondisi keuanganku yang sederhana ini, sangat mustahil rasanya mengumpulkan uang untuk bekal ibadah haji”, tutur Muwaffaq. “Namun dengan pertolongan Allah, tiba-tiba ada orang yang memberiku uang sebanyak 300 dirham sebagai bayaran jasaku setelah menambal sepatu seseorang”, lanjut Muwaffaq. 

Uang sebanyak itu dirasa Muwaffaq cukup untuk berangkat haji. Ia pun memiliki niat untuk berangkat haji di tahun itu. Muwaffaq lalu meminta persetujuan istrinya yang sedang hamil, dan sang istri mengijinkan.

Beginilah Kisah Menarik Abdullah Ibn Al-Mubarak soal Haji

Suatu hari sebelum berangkat haji, istri Muwaffaq mencium aroma masakan dari rumah tetangganya. Istri Muwaffaq yang sedang hamil itu sangat ingin menikmati makanan yang tampaknya sangat lezat itu.  

Melihat istrinya sedang ngidam, Muwaffaq pergi ke rumah tetangganya. Ia bermaksud meminta sedikit masakan yang tercium oleh istrinya. Muwaffaq yakin sang tetangga akan memberikannya, karena ia meminta untuk istrinya yang sedang hamil. 

Mau pergi umroh tapi kendala biaya? Tenang saja, cuma di sini, Anda bisa pergi umroh tapi tidak membuat kantong abis!

Namun dugaan Muwaffaq keliru. Tetangganya ternyata tak berkenan membagi masakan sedikit pun. Padahal Muwaffaq telah memohon dan berkata bahwa masakan itu untuk istrinya yang sedang hamil dan menginginkan masakan itu. 

Dengan lembut, sang tetangga berkata, “Aku sebenarnya tidak mau membuka rahasiaku ini. Sebenarnya rumah ini dihuni oleh diriku dan anak-anak yatim yang sudah tiga hari tidak makan. Kami tidak memiliki apapun untuk dimakan”. 

Sang tetangga lanjut bercerita, “Kemudian aku keluar rumah mencari sesuatu untuk dimakan. Tiba-tiba di sebuah jalanan, aku menemukan bangkai kuda. Bangkai kuda itu kemudian kupotong dan kubawa pulang untuk dimasak. Masakan itulah yang tercium oleh istrimu”. 

Tetangga Muwaffaq itu kemudian meminta maaf, “Maafkan aku. Bagi kami, masakan dari bangkai kuda ini halal, karena kami tidak memiliki pilihan lain. Namun bagimu, masakan ini haram untuk dimakan”.

Muwaffaq akhirnya kembali ke rumah. Ia menjelaskan apa yang diceritakan tetangganya itu kepada sang istri. Tiba-tiba Muwaffaq mengambil uang 300 dirham yang telah disimpannya sebagai bekal ibadah haji. Muwaffaq hendak memberikan uang itu untuk tetangganya, agar bisa digunakan untuk membeli makanan dan keperluan anak-anak yatim yang tinggal di sana. “Hajiku ada di pintu rumahku”, kata Muwaffaq. 

Balasan untuk Orang yang Berbuat Baik kepada Anak Yatim 

Usai sang tukang sepatu menuturkan kisahnya, Abdullah Ibn Mubarak tampak tercengang. Ia merasa takjub, dan tak menyangka dengan besarnya amal ibadah yang telah dilakukan oleh Muwaffaq.

Abdullah Ibn Mubarak merasa ia tidak ada apa-apanya. Selama ini, ia menyangka bahwa dirinya yang kaya raya itu sangat dermawan. Namun, ternyata ada orang yang lebih dermawan dan lebih tulus.

Baca juga: Mengenal Sosok Muhammad Al Fatih, Idola Para Remaja

Kisah yang didengarnya ini sesuai janji Allah dalam surat Al Baqarah ayat 220, “Dan mereka bertanya kepadamu mengenai anak-anak yatim. Katakanlah, ‘Memperbaiki keadaan anak-anak yatim itu amat baik bagimu.” Rasulullah SAW juga bersabda, “Barang siapa meletakkan tangannya di atas kepala anak yatim dengan penuh kasih sayang maka untuk setiap helai rambut yang disentuhnya akan memperoleh satu pahala dan barang siapa berbuat baik terhadap anak yatim, ia akan bersamaku di Jannah.”