Abu Musa Al Asy’ari adalah nama kunyah dari Abdullah bin Qays. Setelah mendengar kabar keberadaan utusan Allah penyebar tauhid di Mekah, ia segera meninggalkan kampung halamannya di Yaman.
Umroh.com merangkum, selama di Mekah, beliau banyak menghadiri majelis Rasulullah. Di situlah pengetahuan sekaligus keimanannya meningkat. Ilmu-ilmu dari Rasulullah dibawanya ke Yaman, untuk diajarkan pada orang-orang di kampung halamannya. Ia pun berhasil mendakwahkan Islam kepada beberapa orang.
Baca juga: Inilah Al-Khazani, Ilmuwan Islam Penemu Teori Gravitasi
Mengenal Sosok Abu Musa
Ketika kaum muslimin Mekah hijrah ke Habasyah, dirinya ikut menyertai. Saat berada di Yaman, beliau mendengar kabar bahwa Rasulullah meninggalkan kota Mekah untuk berhijrah. Dia memutuskan untuk ikut dengan mereka bersama dua orang kakaknya, Abu Burdah dan Abu Ruhm, serta sekitar 50 orang dari Yaman. Mereka menuju Habasyah berkendara perahu. Di Habasyah, dia beserta rombongan tinggal bersama kaum muslimin.
Setelah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam hijrah ke Madinah, rombongan Abu Musa juga hendak menyertai. Kepada para Sahabat di Madinah, Rasulullah berkata, “Besok akan datang kepada kalian kaum yang hatinya lebih lembut dari kalian dalam menerima Islam”. Kaum yang dimaksud adalah rombongannya, atau disebut juga Kabilah Al Asy’ari.
Kedatangan Kabilah Al Asy’ari mendapat sambutan hangat dari kaum muslimin di Madinah. Mereka datang bersamaan dengan Ja’far dan pasukannya dari perang Khaibar. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam kemudian menjamu mereka. Kepada kabilah Asy’ari, Rasulullah juga memberikan ghanimah walaupun mereka tidak ikut berperang. Rasulullah memberikan ghanimah kepada orang-orang yang berlayar di kapal bersama Ja’far dan Sahabatnya saat menuju Madinah.
Rasulullah bersabda tentang Abu Musa dan kaumnya, “Orang-orang Asy’ari ini bila mereka kekurangan makanan dalam peperangan atau ditimpa paceklik, maka mereka kumpulkan semua makanan yang mereka miliki pada selembar kain, lalu mereka bagi rata. Mereka termasuk golonganku, dan aku termasuk golongan mereka”.
Sambutan istimewa tersebut membuat para Sahabat paham bahwa Abu Musa adalah seseorang yang memiliki kedudukan penting bagi kaum muslimin. Beliau memang dikenal sebagai sosok yang cerdas, bijaksana, dan memahami ilmu agama. Tak heran jika ia menjadi orang yang dihormati.
Harga pas di kantong, yuk pilih paket umroh Anda sekarang juga!
[xyz-ihs snippet="Iframe-Package"]
Sifat Terpuji Abu Musa
1. Dikenal Bijaksana
Dengan kepandaiannya, beliau dikenal bijaksana dan penuh ketenangan. Sehingga jika memutuskan suatu perkara, ia selalu memberikan hasil yang tepat, benar, dan bisa diterima. Karena itu ia termasuk dalam empat orang hakim kaum muslimin. Mereka adalah Amr bin Ash, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, dan Abu Musa.
2. Dikenal sebagai Ahli Fikih
Kepandaiannya membuatnya dikenal sebagai seseorang yang sangat memahami ilmu agama. Sebagian besar ilmunya diperoleh saat menimba ilmu kepada Rasulullah. Sehingga di kalangan kaum muslimin dia juga dikenal sebagai ahli fikih. Kala itu, ada enam tokoh populer sebagai ahli fikih. Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Mas’id, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka’ab, dan Abu Musa.
Selain banyak ilmu, beliau juga banyak amal. Ia rajin berpuasa, sehingga amalannya ini bisa diteladani oleh orang-orang yang hendak mengamalkan ilmunya. Bahkan beliau wafat saat ia berpuasa di hari yang panas.
3. Penunggang Kuda yang Handal
Bukan hanya pandai, dirinya pun dikenal sebagai sosok dengan fisik yang kuat, sehingga handal dalam menunggang kuda. Imam Hasan Al Bashri pernah berkata, “Tidak ada seorang pengendara kuda yang datang ke kota Basrah, yang lebih baik dari Abu Musa Al Asy’ari”.
Saat terjun di medan perang, beliau berjuang dengan penuh keberanian dan tanggung jawab. Rasulullah pernah melukiskan dirinya dengan sanjungan. Beliau bersabda, “Pemimpin dari orang-orang berkuda adalah Abu Musa”.
4. Seorang Ahlul Quran
Bacaan Al Quran Abu Musa dikenal sangat baik. Bahkan dikisahkan ketika dirinya membaca Al Quran, suaranya sangat merdu dan syahdu, hingga merasuk ke dalam jiwa orang-orang yang mendengarnya. Mereka yang mendengar bacaan beliau akan merasakan ketenangan dan kedamaian.
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga mengagumi keindahan suaranya. Suatu malam, Rasulullah mendengar lantunannya. Karena takjub dengan keindahan suara Abu Musa, Rasulullah bersabda, “Wahai Abu Musa, sungguh engkau telah dikaruniai suatu suara yang indah (salah satu seruling) dari keluarga Daud”.
Hal ini membuat Umar bin Khattab selalu meminta dirinya untuk melantunkan ayat suci Al Quran jika bertemu. “Buatlah kami rindu kepada Rabb kami, Wahai Abu Musa”, pinta Umar bin Khattab.
Baca juga: Selain Dokter, Ini Pekerjaan Lain Ibnu Tufail
5. Didoakan Rasulullah
Rasulullah pernah mendoakannya agar diberi ampunan dan diberi tempat yang terpuji. Diriwayatkan Imam Bukhari dan Imam Muslim, Rasulullah berdoa, “Ya Allah, ampunilah dosa Abdullah bin Qays (Abu Musa). Masukkanlah ia pada hari kiamat di tempat yang terpuji”.
6. Dipercaya oleh Khalifah
Kecerdasan dan keluasan ilmunya membuatnya dipercaya oleh khalifah dalam urusan kenegaraan. Khalifah Umar bin Khattab pernah mengutus beliau untuk menjadi panglima dan gubernur. Di hadapan rakyatnya, Abu Musa berseru, “Sesungguhnya Amirul Mukminin Umar bin Khattab telah mengirimku kepada kalian, agar aku mengajarkan kepada kalian kitab Allah dan sunnah Nabi, serta membersihkan jalan hidup kalian”.