1
Motivasi News Sejarah Islam

Kisah Ashim Bin Tsabit yang Jasadnya Dikerumuni Lebah (Part 1)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Adalah ‘Ashim bin Tsabit Al Anshori (‘ Ashim bin Tsabit bin Aqlah ra.) salah satu sahabat Rasul SAW yang tidak absen dalam peristiwa Badar dan Uhud. Rasul saw. pernah memujinya, menyeru para sahabat untuk cara berperang ‘ Ashim.

 

Rasulullah SAW berkata, “Bagaimana caramu berperang Wahai ‘Ashim?” ‘Ashim memeragakan busur anak panah yang ada di tangannya.” Jika musuh di hadapanku 100 hasta kupanah dia, jika musuh mendekat dalam jarak tikaman lembing, aku bertanding hingga lembingku sampai patah, jika lembingku patah, kuhunus pedangku lalu aku pakai pedang” ia ahli dalam panah dan bermain pedang.

 

Kisah ini bermula di peristiwa uhud (3 H), Ia berhasil membunuh tiga laki-laki sekaligus (Musafi’, Kilab, Jallas). Ketiganya adalah putra salah seorang pemuka Quraisy, Thalhah dan Sulafah binti Sa’ad bin Suhaid, keluarga tersebut dalam bagian pasukan Quraisy di perang Uhud. Ketika pertempuran mulai mereda/hampir selesai.

 

Kaum Quraisy (kalangan wanitanya) berlompatan kegirangan berhasil menuntut balas terhadap peristiwa satu tahun sebelumnya (Badar) dimana banyak tokoh-tokoh mereka yang terbunuh. Dalam peristiwa Uhud tak sedikit kaum muslimin yang gugur, mereka (Quraisy) menendang, mencincang, merusak mayat-mayat kaum muslimin. Ada yang dibelah perutnya, dipotong hidung dan telinganya dijadikan kalung.

 

webinar umroh.com

Sulafah binti Sa’ad hatinya gundah, gelisah dan tak menentu, menunggu kemunculan suami dan ketiga anaknya. Lama menunggu tak kunjung datang, ia putuskan masuk ke arena pertempuran, ia masuk hingga jauh ke dalam. Diperiksalah satu persatu wajah-wajah yang sudah tak bernyawa.

 

Tiba-tiba ia menjadi tertegun karena mendapati suaminya sudah terbaring tak bernyawa dengan berlumuran darah, pandangannya pun kosong dan hampa, ia sampai melompat bagai singa betina yang wajahnya memerah penuh amarah. Dia arahkan pandangannya ke segenap penjuru arah mata angin, dia dapati tidak jauh dari suaminya dua anaknya Musafi’ dan Kilab sudah tak bernyawa.

 

Jallas anaknya yang ketiga sudah dalam keadaan bersimbah darah antara hidup dan mati. Ia dekati, ia peluk tubuh anaknya dia angkat dipangkuannya, ia bersihkan darah dikening dan wajahnya.

 

Sullafah berkata, “Siapa yang telah berbuat seperti ini wahai anakku?”

 

Dengan nafas yang terputus putus, Jallas menjawab, “’Ashim bin Tsabit al Anshori, dia pula yang juga membunuh Musafi’ dan…” Belum selesai dia bicara ajal telah menjemputnya.

 

Sullafah binti Sa’ad bagai orang gila, menangis meraung-raung sekeras-kerasnya, ia bersumpah, “Aku tidak akan makan dan menghapus air mata ini sebelum membalas dendam kepada ‘Ashim bin Tsabit dengan menjadikan batok kepalanya sebagai mangkok tempat minum khomr”. Untuk mewujudkan dendamnya ia membuat sayembara menjanjiakan 100 ekor unta kepada siapapun yang berhasil membawakan batok kepala ‘Ashim bin Tsabit kepadanya.

 

Sofyan bin Kholid, salah seorang lelaki Quraisy tergiur dengan iming-iming yang ditawarkan tersebut, ia pun akhirnya mengatur strategi dan rencana, kemudian ditemuilah beberapa orang dari suku Adhul dan Qarah, agar pura-pura masuk islam pergi ke Madinah untuk menemui Rasulullah SAW.

 

Benar saja, di tahun 4 H beberapa orang yang berasal dari suku Adhul dan Qarah datang ke Madinah guna untuk menemui Rasulullah SAW, meminta kepada beliau agar mengirim beberapa sahabat untuk mengajarkan Islam kekampung mereka, salah seorang yang diminta adalah Ashim bin Tsabit.

 

(bersambung ke part 2)