1
Motivasi Sejarah Islam

Kisah Ini Menunjukkan Kelebihan dan Anugrah Menonjol dari Nabi Sulaiman (Part 1)

Google+ Pinterest LinkedIn Tumblr
Advertisements
webinar umroh.com

Nabi Sulaiman sendiri merupakan salah satu Nabi yang wajib dipercayai oleh umat Islam. Ia adalah putra dari Nabi Daud. Kita semua pasti tahu, bahwa para Nabi kerap kali diberikan kelebihan atau pun mukjizat oleh Allah SWT yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Tak terkecuali dengan Nabi Sulaiman sendiri. Beberapa kelebihan dan mukjizat sangat tampak pada diri Nabi Sulaiman.

Salah satu kelebihan yang tampak pada Nabi Sulaiman ialah beliau memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan golongan binatang dan jin. Namun tidak hanya sebatas itu saja, Nabi Sulaiman juga memiliki sifat yang sangat bijak dan adil. Sifat adil dan bijak pada diri Nabi Sulaiman tersebut seperti diterangkan oleh Syekh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di dalam tafsirnya yang berjudul Tafsir al-Lathif al-Manan fi Khulashah Tafsir Alquran.

Bahkan salah satu surah dalam Al-Qur’an yaitu Surat Al-Anbiya’ ayat 79, memberikan penjelasan yang menerangkan sikap bijak Nabi Sulaiman. Ayat tersebut memiliki arti: ”Maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat), dan kepada masing-masing mereka (Daud dan Sulaiman) telah Kami berikan hikmah dan ilmu dan telah Kami tundukkan gunung-gunung dan burung-burung, semua bertasbih bersama Daud. Dan kamilah yang melakukannya.”

Salah satu kisah yang juga menggambarkan betapa bijaknya sikap Nabi Sulaiman ialah pada suatu kejadian ketika ada dua orang ibu yang menuju padang rumput, dimana masing-masing ibu tersebut membawa bayi mereka. Kedua bayi itu ditaruh di sebuah batu besar, kemudian para ibu mengurus ladang mereka. Seorang ibu yang lebih muda sudah mempunyai firasat aneh terkait keselamatan sang bayi apabila ditinggal begitu saja. Dan memang terbukti, dimana seekor serigala datang secara tiba-tiba dan memangsa salah satu bayi itu. Kedua ibu pun bersedih dan memperebutkan bayi yang selamat.

Ibu yang usianya lebih muda berpikir bahwa bayi yang selamat adalah anaknya. Namun, ibu satunya lagi yang usianya lebih tua juga mengatakan jika yang selamat adalah bayinya. Hl tersebut menyebabkan pertengkaran dan perselisihan antara dua ibu tersebut. Karena tak kunjung menemukan solusi, mereka pun berkeinginan membawa permasalahan bayi tersebut kepada sang raja untuk diadili dan diungkap kebenarannya.

Ketika itu, Kerajaan Bani Israil dipimpin oleh Nabi Daud. Dua orang ibu itu lalu menghadap Nabi Dauh dan menceritakan kronologi bayi mereka. Di hadapan Nabi Daud, keduanya juga sama-sama mengaku jika sang bayi itu adalah anak mereka. Nabi Daud akhirnya mencoba memberikan nasehat kepada para ibu, sehingga mereka mau berkata jujur agar dapat terungkap kebenaran ibu dari bayi tersebut. Akan tetapi tetap saja keduanya bersikukuh jika bayi tersebut adalah buah hati mereka, dan taka da satu pun ibu yang mau mengaku jika bayinya memang telah tewas diterkam oleh serigala tadi.

Hal ini membuat Nabi Daud mengalami kesulitan menangani dua ibu tersebut. Di sisi lain tidak ada yang mengetahui bayi siapa sebenarnya yang selamat. Kemudian sang ibu yang lebih tua pun menceritakan kejadian dengan sangat detail juga dengan air mata berderai. Merasa kasihan, nyaris saja membuat Nabi Daud memutuskan jika sang ibu tua merupakan orang yang berhak atas bayi itu. Nabi Daud pun berharap Allah bersedia menganugerahkan kembali seorang anak kepada sang ibu muda yang masih bisa hamil sehingga masih memiliki kesempatan untuk mengandung janin dari rahimnya.

Lalu Nabi Sulaiman yang merupakan putra mahkota yang selalu mendampingi Nabi Daud, mencoba untuk membantu sang ayah dalam menyelesaikan masalah itu secara adil. Saat itu Nabi Sulaiman meninta sebilah pedang. Sungguh terkejut sekali orang-orang yang hadir di persidangan, termasuk dua ibu tersebut. Keterkejutan juga begitu tampak saat Nabi Sulaiman juga mengungkapkan bahwa pedang ia minta dimaksudkan untuk membelah kedua bayi yang diperselisihkan oleh dua ibu tersebut.

webinar umroh.com

Ia kemudian menaruh sang bayi di atas meja dan bertindak seolah-olah hendak menggunakan pedangnya untuk membelah sang bayi menjadi dua bagian sama rata. Semua orang yang hadir jelas tak habis pikir, sangat mustahil seorag pria dengan jiwa yang sehat, terlebih lagi keturunan raja, hendak membunuh sang bayi. Sontak saja hal tersebut membuat sang ibu yang lebih muda berteriak untuk mencegah Nabi Sulaiman melakukan tindakan tersebut. Ia pun lebih rela untuk memberikan bayi itu pada sang ibu yang lebih tua daripada harus melihat sang bayi tewas terbelah oleh pedang yang digunakan Nabi Sulaiman. Di sisi lain sang ibu tua seperti tidak ada reaksi dan tenang-tenang saja melihat aksi Nabi Sulaiman yang hendak membelah sang bayi, dimana ia sendiri juga setuju dengan keputusan Sulaiman untuk membelah bayi tersebut.

Akhirnya Nabi Sulaiman pun mengungkap kebenaran dari maksud tindakan yang dia lakukan. Jelas saja dia tidak akan mungkin membelah sang bayi yang pastinya membuat sang bayi juga tewas. Ia melakukan hal tersebut untuk menguji naluri keibuan dari dua ibu tersebut, sehingga dapat terungkap kebenaran mengenai siapakah ibu asli yang merupakan pemilik bayi tersebut. Beliau pun menyerahkan sang bayi kepada si ibu muda yang lebih rela memberikan sang bayi kepada ibu lain meskipun bukan ibu kandungnya, daripada anaknya harus tewas terbelah.

Darisana kita bisa melihat betapa jelinya Nabi Sulaimana menguji naluri seorang ibu untuk menemukan ibu asli dari sang bayi dalam kasus tersebut. Karena Nabi Sulaiman pastinya sudah terpikir di benaknya bahwa sang ibu asli pasti tidak akan begitu saja melihatnya anaknya tewas terbelah oleh pedang, dan sebisa mungkin mencegahnya, meski harus rela berpisah dan melihat bayinya dikasihkan orang lain. Sedangkan sang ibu yang tenang-tenang saja dan tidak ada perasaan gelisah atas aksi Sulaiman, bahkan setuju dengan keputusan Sulaiman untuk membelah bayi tersebut, sudah jelas ia tidak memiliki naluri keibuan sehingga bisa dipastikan juga jika ia bukanlah ibu asli dari bayi tersebut.

Melihat keputusan Nabi Sulaiman, sang ibu muda tersenyum gembira dan begitu lega. Orang-orang yang hadir yang terdiri dari pengawal istana pun ikut girang dengan cara calon raja mereka untuk memutuskan suatu perkara. Di sisi lain, sang ibu tua yang iri dan dengki dihukum karena telah berbohonh dengan mengakui bayi orang lain adalah miliknya.

Melihat kebijaksanaan anaknya, Nabi Daud pun begitu bangga. Beliau merasa puas dengan keputusan yang dilakukan oleh calon pewaris takhtanya. Nabi Daud pun tak segan-segan memuji jika Nabi Sulaiman benar-benar hebat.